Ferwell

1.7K 196 11
                                    

Terhitung dua hari, hingga kini yoongi belum mendapat kabar apapun dari jimin. Tidak chat maupun telpon. Meskipun bukan dominan tapi yoongi berperan sebagai yg lebih tua dalam hubungan ini membuat ia mau tak mau harus mengalah dan mengerti, belum pernah sekalipun menjalani sebuah ikatan tak membuat yoongi bisa gegabah dalam nertindak.

Berfikir, karena dulu ia pernah merasakan menjadi remaja dan siswa tingkat akhir itu pasti membuat jimin kehilangan banyak waktu untuk belajar. Jadi yoongi merasa bukan saatnya mempertanyakan kenapa jimin tak berkabar bahkan tak nampak terlihat batang hidungnya saat jam istirahat dikantin sekolah.

Sebenarnya bisa saja yoongi bertanya pada yoonji, tapi itu bukan opsi yg baik. Karena yoongi bukan tipe pemberani untuk melibatkan orang lain bahkan keluarga sendiri untuk terlibat dalam hubungannya.

"yoon ko gue gak ngeliat jimin ya, udah berapa hari gitu." seokjin membuka percakapan saat ada senggang yg diciptakan keduanya karena perjalanan menuju ruang kelas tempat mereka mengajar dilantai 3.

Helaan nafas lebih dulu menyapa indera pendengar seokjin, sebelum dilanjut dengan suara halus khas si sulung min "gatau gue juga."

Jika sudah begini, seokjin bisa apa.? bukankah seokjin tidak punya hak.? toh juga selama seokjin mengenal yoongi, ia adalah pribadi tertutup. Tak membiarkan sembarang orang membaca dirinya. Jika yoongi bercerita maka seokjin siap mendengar, jika tidak seokjin tak pernah memaksa. Lebih baik menunggu hingga kawannya itu buka suara.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Kelas hari ini berjalan lancar, dan jam pergantian pelajaran baru saja berdering. Baik yoongi maupun seokjin lebih memilih diam di kantor para guru untuk berbenah meja yg akan ditinggalkan.

Benar, hari ini adalah hari terakhir mereka menjalani PPL di Sekolah ini. 2 bulan sangat tak terasa sekali jika dijalani dengan gembira, iya'kan.? yoongi tak menjamin jika jimin ingat hal ini, jangankan ingat bahkan mungkin tahu saja tidak.

"barang gue banyak yoon." keluh seokjin.

Yoongi menengok kardus yg penuh barang-barang milik seokjin, menggelengkan kepala tak mengerti kenapa juga seokjin menaruh barang begitu banyak yg bahkan menurutnya tak penting.

"ngapain juga bawa-bawa kotak musik."

"buat hiasan, biar gak terlalu monoton mejanya."

"meja dari mana juga bentuknya gitu-gitu aja, ada atasnya sama punya kaki. Gak ada meja yg punya tangan."

Seokjin tergelak, merasa sangat terhibur dengan perkataan yoongi yg ada benarnya juga. Beruntung sekali ruang guru hanya ada mereka berdua, jika ada orang selain mereka yoongi bersumpah ia tak mau mengakui seokjin sebagai teman.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Mengabaikan jam istirahat keduanya tetap larut dalam acara mari membenahi meja kerja, seokjin yg memang tak bisa menahan lapar harus menahan malu dengan suara perutnya yg lumayan nyaring.

~kkrruukkk~

Yoongi menoleh, mendapati seokjin dengan cengiran lebar "hehe.. Laper yoon."

Merogoh ransel, seokjin mendapati yoongi mengeluarkan satu bungkus roti sandwich rasa coklat favoritnya. Membawa serta tangannya kehadapan wajah seokjin sambil berkata "gue cuma punya ini."

"lo gak makan.?"

"masih kenyang."

"beneran buat gue ya.? kalo udah masuk perut jangan minta ganti."

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang