LIMA : 🍒

1.4K 215 37
                                    

Sudah tiga hari sejak kejadian itu berlalu, baik Jisung maupun Chenle, belum ada diantara mereka yang memulai pembicaraan. Tidak ada yang berubah, kecuali kalau akhir-akhir ini Jaemin dan Renjun sering mengajak Chenle untuk bergabung, yang mau tidak mau membuat Jisung harus mencari alasan agar tidak bertemu dengannya, juga tentang Lucas yang semakin menempel pada Chenle.

"Selamat pagi, starlight!"

Teriakan Lucas sangat nyaring, bukan hanya terdengar ke kelas Jisung, mungkin suaranya menggema diseluruh Sekolah.

Jisung yang tengah membaca buku ditempatnya berdecih sebal. "Mulai lagi si bagong!"

"Cemburu bilang" Jeno mengejek.

"Tahi kambing!" Jisung sebal.

Haechan sudah cekikikan di bangkunya. "Cemen banget, Jisung"

"Apaan?!" Dia menutup bukunya kasar, sengaja, supaya dua cecunguk itu tutup mulut, tapi tentu saja mereka tidak, yang ada Jisung malah habis diketawain.

"Jaemin sama Renjun mau ajak Chenle main" Jeno memberi informasi.

Secepat kilat Jisung menanggapi. "Kapan?"

Haechan mati-matian menyembunyikan senyumnya dibalik telapak tangan.

"Minggu, lah"

"Dimana, terus kemana?"

"Nanya mulu kaya wartawan!"

"Loh, yang kasih informasi duluan siapa?"

Jeno mendelik. "Rumah Jaemin, kalo mau gabung hayu. Lo ruwet banget, padahal cuma dicuekin doang" dia ngeledek, iya, Jisung juga paham.

"Ga gitu, ya" Jisung berdecih, menumpu wajahnya keatas meja. "Kalo Ayah ga ngajak pergi, gue ikut deh"


























Baru dua mata pelajaran dan Jisung sudah sama sekali tidak tertarik, jadi dia membuat alibi untuk pergi ke kamar mandi, aslinya dia melipir ke Toserba yang biasa dia jadikan tempat pelarian. Dia duduk disana, ditemani sebotol teh pucuk dan dua batang rokok yang dia selipkan diantara telinga.

Jisung memandang sekitar dengan enggan, tidak ada yang menarik, hanya ada jejeran lemari berisi makanan ringan dan minuman, juga penjaga toko yang berumur hampir tigapuluh. Sesudah memberi sejumlah uang, dia keluar, untuk duduk di smoking area, setelah sebelumnya membuka seragam -menyisakan shirt berwarna hitam ditubuhnya dan menggantung itu di kursi, meminimalisir kemungkinan bau tembakau yang akan menempel dipakaiannya.

Pematik dinyalakan, rokok sudah berpindah tempat diantara belah bibirnya, dia menarik napas dalam, merasakan nikmatnya nikotin yang sampai ke paru-paru, lalu membuang asap yang mengepul didalam rongga mulutnya dengan perlahan. Jisung mengulangnya sampai habis rokok sebatang, membuang sisa puntung ke kakinya yang langsung dia injak sampai tidak terbentuk.

Rasanya satu saja tidak cukup, jadi dia mengambil sisanya yang masih menggantung di telinga. Pematik sudah siap di tangan, rokok sudah bertengger di bibir, api hampir menyala ketika lengannya malah ditahan oleh Chenle yang entah datang darimana.

Napasnya berantakan saat dia berkata. "Jisung! Tadi Pak Jaehyun liat aku!"

Jisung belum sadar, dia masih terbengong melihat Chenle, heran sekaligus kaget. Tapi teriakan menggema diujung gang sempit itu menyadarkannya.

"Bikin ulah lagi ya, kalian?"

Jisung mendesis. "Mampus!" membuang rokok juga pematiknya ke tanah, meraih seragam dan lengan Chenle untuk dia bawa lari secepat dia bisa.

Bahagia kamu (nomor satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang