TIGABELAS : 💟

1.2K 156 17
                                    

Chenle berdecih untuk yang kesekian kalinya, memandang Jisung yang masih meringkuk dibalik selimut, sejak dia selesai membaca bukunya dan menangis, dengan protes tentang bagaimana Chenle bisa membuat cerita tanpa ada kebahagiaan sedikitpun didalamnya.

Untuk sesaat Chenle pikir Jisung tertidur, tapi saat anak itu menyibakan selimutnya, menunjukan mata dan hidungnya yang memerah, dia kembali merengek.

"Chenle, tega, banget, beneran"

Chenle mengerling. "Kan aku udah bilang, ga usah baca endingnya?"

Jisung bangun, duduk dengan kaki-kakinya menyentuh lantai yang dingin. "Tapi kan penasaran"

Chenle mendengus, mengalihkan pandangannya dari Jisung, sebenarnya dia masih sangat marah tentang apa yang terjadi kemarin dan tidak ingin bertemu dengan Jisung untuk beberapa waktu, tapi Jisung malah datang ke kamarnya di pagi hari untuk meminjam buku dan mengambil alih kasurnya.

Chenle membolak-balik halaman bukunya dengan keras dan cepat, menimbulkan suara yang mengganggu.

Jisung mengerti, Chenle pasti melakukannya dengan sengaja, untuk memberitau Jisung kalau ada sesuatu yang mengganggunya.

Jisung turun dari kasur, merangkak diantara lututnya sampai duduk di samping Chenle yang bersandar pada tembok, dia berbicara pelan. "Lo pasti marah soal kemarin, kan?"

Chenle mengabaikannya, berpikir kalau memang Jisung tau kenapa harus bertanya?

Jisung cemberut. "Sorry, Ten bilang itu penting banget, jadi-"

Chenle menutup bukunya, menatap Jisung tepat dimata, menarik napas panjang sebelum berujar. "Sepenting apapun itu, Jisung, kamu ga seharusnya ninggalin aku, kan bisa anterin aku dulu baru pergi lagi?"

"Iya, gue minta maaf"

"Kamu ga mikirin apa, kalo tiba-tiba ada orang jahat yang mau nyelakain aku, gimana?"

"Iya, Chenle, gue salah, gue minta maaf"

"Kamu tuh, keterlaluan, tau ga?"

Jisung sedikit terkejut dengan intonasi suara Chenle yang meninggi, dia menggenggam tangannya. "Chenle, maafin gue" dia tersenyum penuh. "Mau apa? Gue beliin deh"

Chenle menggeleng, menyandarkan punggungnya lebih dalam pada tembok.

Jisung cemberut. "Jangan diemin gue, nanti gue jadi bego"

Chenle mendengus. "Jisung"

"Iya?"

"Jauhin Ten, bisa?" Jisung menatapnya. "Maksud aku, jangan terlalu deket dan ngeladenin dia?"

Jisung menghela napas. "Chenle, dia itu temen gue"

Chenle melepas lengan Jisung di lengannya. "Sama kaya aku?"

Jisung merenung. "Beda, kalian beda, tapi dia temen gue, gue ga bisa tiba-tiba jauhin dia"

"Ya kamu bisa pelan-pelan, Jisung!"

"Chenle-" Jisung memberi jeda. "Oke, kalo itu mau lo, gue bakal berusaha jauhin Ten"

"Jisung!" Chenle menghela napas  "Dulu kamu juga bilang kalau aku minta kamu buat berhenti ngerokok, kamu berhenti, tapi nyatanya engga, apa sih omongan kamu yang bisa aku percaya?"

"Gue udah sempet berhenti, tapi lo tau setiap gue nongkrong pasti ada rokok dan gue kalah"

"Kamu minum, temen-temen kamu semua minum"

"My bad, itu cuma satu cara buat kita ngilangin stress"

"Kamu mabuk dan ngelakuin itu ke aku"

Bahagia kamu (nomor satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang