DUA : 🌸

2K 258 18
                                    

Jisung kewalahan, panik bukan main, waktu buka mata, jam di dinding udah nunjuk pukul tujuh, pas. Dia telat bangun! Ayahnya pasti ga sempat bangunin karena harus berangkat kerja pagi-pagi.

Semalam dia mabar pabji sampai jam tiga pagi, engga ko, ga nginep. Dia pulang dari rumah Haechan sebelum maghrib. Sampai rumah, Jeno masih penasaran, jadi mereka ditambah Renjun lanjut mabar dirumah masing-masing. Kebangetan emang.

Jisung ya pasrah aja, udah, udah pasti telat. Batinnya. Mau ga mau harus buru-buru, mandi seadanya, ga sarapan, seragamnya belum di kancing semua, pakai sepatu asal-asalan, ngeluarin sepedah dari bagasi gedebag-gedebug. Yang penting sampe sekolah ajalah dulu.

Di jalan, Jisung disalip motor scoopynya Haechan, dia ketawa. "Ketos ga guna emang!" Jadi lebih santai sekarang, karena ternyata yang telat bukan cuma dia doang.

Haechan cuma ngacungin jari tengah sambil tetap ngebut.

Sampai di sekolah, Jisung disambut ceramahan panjang lebar dari guru BK, Pak Jaehyun namanya, tampang sih iya kaya malaikat, tapi mulutnya, bah, pedes banget.

"Angkat tangan semuanya!"

Mereka yang sedang dihukum langsung menurut, angkat tangan tinggi-tinggi ke udara. Ini mah yang dihukum komplotannya Haechan aja. Kompak banget mereka berlima, udah muka berantakan, mata sembab karena kurang tidur, seragam kusut, rambut juga belum disisir rapih.

Pak Jaehyun jalan mondar-mandir didepan mereka, berhenti pas lihat wajah Haechan yang udah keringat dingin. "Kamu ini, ya, gimana sih? Ketua OSIS bukannya datang paling awal, malah terlambat!"

Haechan cuma ngangguk-ngangguk, takut kena sembur.

Terus sekarang giliran Jaemin yang kena. "Seksi kedisiplinannya ganti aja!" Beliau melanjutkan. "Wakilnya juga disini?" Jisung meringis. "Ya rabbi, emang bener-bener ya kalian ini! Lari lapangan duapuluh puteran!"

"Siap laksanakan!" Mereka teriak kompak. Bubar jalan menuju lapangan yang udah sepi, pantes aja Pak Jaehyun marahnya pakai banget, orang mereka benar-benar ngelewatin satu jam upacara.

Haechan misuh. "Jeno nih, biang keladinya!"

Jeno cemberut. "Jangan gitu, gua kan cuma ngajakin Jisung, semalem, kaliannya aja yang pada mau ikutan"

Renjun nendang bokong Jeno, yang ditendang mengaduh kesakitan. "Bilang aja ga mau disalahin!"

Jisung ngangguk-ngangguk. "Emang ga ada ahlaknya si Jeno!"

"Ngomong apa, barusan?" Jeno berhenti lari, udah siap jitak kepala Jisung kalau aja itu anak ga kabur, ngumpet dibelakang punggung Haechan yang gerak-gerak risih.

Jaemin yang udah ngos-ngosan banget, padahal mereka baru mulai lari, menepi kebawah pohon yang ada dipinggir lapangan untuk istirahat sebentar, tapi belum juga sempat dudukin bokongnya, pak Jaehyun udah nyamperin mereka sambil bawa-bawa batang kayu kering. "Larinya yang benar!" Beliau teriak-teriak sambil melotot, serem pokonya.

"Bang Jeno, tuh, pak, omelin aja!" Jisung kompor, balik lari di lapangan sambil ketawa-ketawa karena Jeno udah siap banget buat nepak kepalanya. Disaat itu, kebetulan mata Jisung menangkap seseorang yang sama sekali ga asing, sedang berdiri didepan pintu ruang Kepala sekolah, memandang mereka yang sedang dihukum.

Itu si pirang, anak yang kemarin Jisung temui di taman.

Tuh kan, ketemu lagi. Batin Jisung senang.

Karena jarak ruang Kepala sekolah sama lapangan tidak terlalu jauh, jadi Jisung masih bisa lempar senyum, yang dibalas anggukan sopan dari anak itu. Ga lama, dia dibawa masuk sama orang yang Jisung yakini sebagai orangtuanya.

Bahagia kamu (nomor satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang