SEPULUH : 🦋

1.3K 191 34
                                    

Renjun merengek. "Jisung, tungguin!"

Jisung malah berjalan semakin cepat, sedikit berlari meninggalkan Renjun dibelakang. "Ngapain sih? Ah elah!"

"Gue ikut!"

"Ga usah!"

"Yaelah, gue ga ngapa-ngapain, ko!"

"Kalo ga ngapa-ngapain, yaudah, mending diem aja di kamar lo!"

"Gue cuma mau nasi goreng!"

"Yaudah, beli!"

Jisung semakin gencar berlari, menerobos kerumunan mahasiswa lain yang berlawanan arah dengannya. Kebetulan, Jisung melihat Lucas dan Ten dan satu orang yang tidak dia kenal, dia menarik Lucas untuk berdiri ditengah koridor.

"Lucas, dicariin Renjun, tuh!" Jisung mengguncang pundak Lucas sebelum meninggalkannya.

Lucas kebingungan, tapi saat dia melihat Renjun, dia menahan tubuh mungil anak itu."Kenapa nyariin?"

Renjun mengerut. "Hah? Engga, ko" dia ingin kembali mengejar Jisung, tapi sial karena Lucas terus menahannya.

"Tadi Jisung bilang, lo nyariin gue"

Renjun menggeleng. "Ga nyariin elo, gue nyariin nasi goreng, minggir!"

Lucas kembali menahan Renjun yang hampir pergi. "Yaudah, ayo beli, gue teraktir?"

Renjun berhenti bergerak, memegang kedua lengan besar Lucas, lalu menatap kedua temannya bergantian. "Tapi gue mau berdua doang, gapapa?"

Lucas melirik Ten dan Kun bergantian. "Berdua, katanya, hehe"

























Jisung mendesah lega saat akhirnya Renjun tidak lagi dibelakangnya, dia mendengus, sebal, karena rasanya lelah sekali, seperti habis berjalan jauh, padahal jarak asrama dan gedung fakultasnya hanya beberapa meter saja. Semua karena Renjun dan keinginannya untuk makan gratis. Manusia tidak mau modal, memang!

Jisung melihat jam di ponsel, lima belas menit lagi kelas terakhir Chenle, jadi dia putuskan untuk menunggu dengan bermain game, sampai tidak sadar waktu terlewat dan Chenle sudah datang.

"Oh Jisung?"

"Park Jisung"

Chenle merengut, tidak maksud dengan perkataan Jisung, tapi saat dia mengerti, dia tertawa. "Iya, maksudnya, oh, kamu udah disini, Jisung?"

Jisung tersenyum, mematikan ponselnya dan memasukan itu kedalam tasnya. "Iya, dari tadi, ada kali, lima jam nungguin"

Chenle berdecih. "Mana ada?" Meminta Jisung untuk bergeser karena dia ingin membuka pintu. "Ga ada orang didalem"

"Iya, tadi mau ketok pintu, tapi sepi banget, ga jadi, deh" Jisung membantu Chenle untuk membuka pintu. "Emang kemana temen sekamar, lo?"

"Aku sekamar sama Kaka tingkat, temen Ka Winwin, dia kuliah sambil kerja, atau kerja sambil kuliah?" Chenle tertawa, masuk kedalam dan diikuti oleh Jisung. "Jadi dia ambil kelas malam, biasanya kalo ga lanjut nugas, dia pulang jam dua belasan"

Jisung menaruh tasnya di lantai. "Ko bisa sekamar sama Kating?"

Chenle menggidikan bahunya. "Ka Winwin, pas tau aku kuliah disini, dia langsung daftarin nama aku buat satu kamar sama temennya itu, dia baik, nanti mungkin kamu bakal ketemu dia" Chenle melangkah menuju dapur, membuka jendela kecil yang ada tepat didepan kompor. "Ka Winwin kenal sama Ka Mark, loh"

Jisung mengekor, memperhatikan Chenle yang sedang mengambil beberapa bahan masakan di kulkas yang tingginya tidak sampai selutut mereka, kecil. "Masa? Apa mereka satu jurusan?"

Bahagia kamu (nomor satu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang