Teman-temannya tertawa- terlebih Haechan, dia sampai menangis dengan posisi seperti orang yang sedang berdo'a, ketika melihat Jisung berjalan bersama dengan Renjun. Bukan apa-apa, tapi hanya saja pakaian Jisung yang sedikit kekecilan membuatnya terlihat seperti orang bodoh.
"Hahahaha- apaan nih? Baju apa kemben?" Jeno masih tertawa bahkan ketika selesai berbicara.
Jisung mendengus, melempar gulungan kertas pada temannya itu. "Bacot ya! Ini tuh bajunya Bang Renjun, ya wajar aja kalo kekecilan"
Renjun mendelik. "Nyindirnya alus bener, kaya lantai marmer!" dia melanjutkan langkahnya sampai ke kelasnya sendiri, mengabaikan ketiga orang itu.
Haechan mengusap ujung matanya yang berair. "Jisung, kalo bajunya gua gunting, enak kali?"
Jisung melotot. "Enak gundulmu!" Dia mendelik. "Awas aja ya, kalo sampe bener, gua pundung, ga bakal mao mabar bareng lu lagi, Bang!"
"Dih, gue sih, ga rugi" Haechan melet, Jisung cemberut.
"Bener aja gua mah!"
Jeno merentangkan kedua tangan, bermaksud melerai, Haechan dan Jisung kompak memukul lengannya, membuat dia mengaduh. "Sakit, goblok!"
"Elu tuh goblok"
"Udah ya, sesama goblok jangan saling mencaci"
"Eh kenapa nih pada goblok-goblokan?" Suara Mark di ambang pintu mengejutkan mereka, refleks, Jisung menunjuk Jeno dan Haechan yang melongo.
"Mereka tuh ka, gobloknya pake kuadrat"
"Sembarangan kalo ngomong!" Haechan ga terima, menepis jari Jisung dari wajahnya. "Eh, kenapa Ka Mark ke kelas? Belum bel masuk padahal"
Mark senyum. "Hari ini ga bisa masuk kelas, Haechan nanti keruangan ya, ambil tugas sama buku latihan yang kemarin kalian kumpulin?"
Jeno bergumam. "Kok Haechan?" dia cemberut.
Haechan mengangguk patuh, balas tersenyum. "Baik, Ka. Nanti pas jam pelajaran Kaka, saya ke ruangan"
"Okay thank you, Kaka mau ke Kampus dulu soalnya, bye"
Hanya Haechan yang membalas lambaian tangan Mark, senyumnya masih secerah mentari bahkan saat pria itu sudah tidak lagi terjangkau pandangan.
"Ini perasaan aja, apa emang Ka Mark hari ini ganteng?" Haechan terkekeh sendiri, membuat kening kedua temannya mengerut.
"Lah?"
"Loh?"
"Eh, keceplosan"
Jisung memandang keluar jendela, sedang hujan, langit siang itu menjadi segelap malam, gemuruh petir saling bersahutan tanpa henti, batinnya tiba-tiba bertanya.
Chenle lagi apa, ya?
Senyum terukir dibibirnya, tipis, mungkin sampai orang-orang tidak akan sadar kalau dia sedang tersenyum.
Ah, padahal baru sehari dia ditinggalkan, tapi rasanya seperti sudah melewati waktu yang panjang, padahal dulu tanpa Chenle pun, dia selalu baik-baik saja.
Bermain seperti remaja yang lain bersama teman, mengobrol dan menghabiskan jam kosong dengan membuat kegaduhan, tapi sekarang rasanya dia tidak berminat sama sekali, hanya ingin berdiam diri, menghabiskan sisa jam dengan termenung dan mengabaikan teman-temannya.
"Jisung bengong mulu, kesambet tau rasa!" Haechan menyodorkan sebungkus roti isi cokelat padanya.
Jisung menggeleng, menolak. "Masih kenyang, gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia kamu (nomor satu)
FanfictionChenJi | BoysLove | Lokal au Warn!: Boys love alias BxB | Harsh words | Mature content "Topi kamu, udah lama aku simpen" Jisung menerima itu dengan sedih "Chenle, ga dibalikin juga gapapa" Chenle menggidikan bahunya "Udah terlalu sering aku pake...