dua puluh dua

1.7K 243 67
                                    

"airin, tante ga benci kamu. Tante sayang banget sama lucy, dia satu-satunya harta berharga tante."

Airin cuman bisa diem, sama sesekali maksain senyumnya ketika Darma tersenyum ke dia.

"tanpa tante jelasin juga, pasti kamu udah tau seberapa berharganya jisung buat lucy. Jisung satu-satunya teman bagi lucy. Dia pendiem, susah bersosialisasi."

Darma tersenyum kecil, "tante seneng banget setiap lucy ceritain jisung. Karna dia bakalan senyum dan wajahnya bakalan ceria. Tapi akhir-akhir ini ngga, dan semuanya gara-gara kamu."

Airin masih diem, dia ga mau nanya semua itu gara-gara dia ataupun nyangkal. Dia capek, semuanya nyalahin dia.

Ga pernah Airin sangka, pacaran sama jisung ternyata sesusah dan secapek ini. Hahaha.

"Tante juga tau, Lucy punya kebiasaan self harm semenjak tante dan papa nya cerai. Padahal dia udah berhenti setelah ketemu jisung, tapi sekarang malah semakin menjadi saat ada kamu." jeda Darma.

"tante mohon, kamu punya segalanya kan? Kamu bisa dapetin semua yang kamu mau dengan mudah. Kamu hidup bahagia, engga kayak Lucy anak tante. Udah cukup dia kesiksa karna perceraian tante sama ayahnya. Tolong, tante minta tolong kamu jangan lagi nambah rasa sakitnya." Darma megang tangan Airin dengan matanya yang berkaca-kaca.

Airin gelagapan, dia bingung harus ngerespon gimana. "t-tante, jangan kayak gini."

Darma senyum kecil, ngehapus air matanya saat tau diseberang sana ada Jisung sama Lucy yang udah balik.

"lagi pula, bukannya hubungan kalian terlalu beresiko? Apa kamu ga mikir gimana pandangan orang-orang ngeliat kalian. Umur kalian beda jauh, terlebih lagi jisung. Apa kamu pernah mikir pasti bakalan yang ada ngejek dia pacaran sama yang lebih tua kan?"

Darma melanjutkan, "mau diliat bagaimana pun. Bukankah jisung seharusnya berhubungan dengan gadis yang seusianya? Lebih cocok."

Airin natap Lucy yang gelendotan dilengan jisung. Cowo itu nyentil kening Lucy tapi setelah itu ketawa ngeliat Lucy yang cemberut dan semakin ngeratin pelukannya ditangan jisung.

Benar, diliat-liat jisung sama Lucy lebih terlihat cocok daripada dengannya.
























Airin natap bingung kedua orangtuanya, apalagi ada suho dan... orang tua suho disini. Dia baru aja pulang dari rumah jisung, dan pas buka pintu udah disuguhin sama kehadiran mereka.

"airin duduk sini nak," ujar sang mama. Airin nurut, dia duduk disamping Aulia.

Suho senyum lebar ke Airin yang dibales sama tatapan bingung.

"em, ini ada apa ya?" tanya Airin.

Chenle ketawa sinis, "tuh mantan teteh dateng-dateng bilang mau ngelamar teteh. udah gila kali, ga liat apa ya ada jisung."

"CHENLE!" tegur sang kepala keluarga Lesmana. Chenle diem, tapi matanya tetep natap tajam suho.

"maksudnya gimana ya?" ulang Airin.

"begini nak airin, kami datang kesini memang untuk meminang nak airin. tapi, kami tidak tahu bahwasannya nak airin sudah memiliki pendamping." jeda ayah suho, ia melirik sekilas ke arah anaknya dengan tatapan tajam.

"maaf atas kelancangan kami, bapak ibu dan juga nak airin. kami membatalkan niat kami untuk meminang putri anda." lanjutnya.

"pah??"

"diam kamu suho!"

suho diam, ia menghela nafas kemudian menatap airin yang bungkam. mungkin ia memang salah melakukan hal ini. tapi, bukankah airin sendiri yang bilang kemarin ia masih menyanyanginya. jika saja, jika saja ia tak meninggalkan airin. jika saja airin tak memiliki jisung.

"saya terima,"

spontan semua atensi yang ada disana menatap airin kaget. tak terkecuali suho.

"teh?" seru chenle berdiri dari duduknya. airin tak menggubris sama sekali.

"airin, maksud kamu gimana sayang?" tanya Aulia menatap putrinya.

Airin tersenyum kecil, mengelus lembut tangan Aulia yang menggenggamnya.

"airin terima lamaran suho, masalah pendamping airin. biar airin selesaikan besok."

suho tersenyum lebar mendengarnya. sedangkan lesmana, ia melirik putrinya dan suho kemudian menghela nafas. "keputusan ada ditangan airin, jika menurut airin seperti itu. Saya mendukungnya,"

Chenle semakin menatap tak percaya keluarganya. Ia berjalan menjauh dari ruang tamu, "pak anto ikut saya, anterin saya keluar."

Supir pribadi keluarga lesmana itu menatap ragu chenle, "tapi den,"

"kalo ga mau saya bisa naik taksi."

Aulia mengangguk menatap pak anto.

"baik den, biar saya antar."


Airin tersenyum simpul. iya, benar. dengan ini tidak ada yabg tersakiti. lucy akan kembali mendapatkan kebahagiannnya. jisung tak akan kagi tertekan oleh ejekan orang-orang. dan airin yang tak lagi membohongi perasaannya.

bahwa ia tak pernah mencintai jisung. bahwa ia memang masih terjebak dalam sebuah rasa antara suho dan dirinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

ada yang kesel ma airin ga? wkwk

ramein doongg

[1] teteh :: pjs ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang