Empat Belas

127 15 0
                                    

"Tell me, how have you been? Gue gak nyangka teman gue yang satu ini bisa jadi businesswoman paling terkenal di Indonesia tahun ini." Padma memulai percakapan mereka dengan menggoda status Agni yang menjadi pengusaha paling terkenal tahun ini.

Perempuan yang disebutkan namanya itu meletakkan gelas minumnya dan memutar mata kesal, "Jangan nyindir." Balasnya.

Sebagai salah satu keluarga yang dikenal dengan jiwa seni sejak dulu, Agni biasanya berusaha untuk tidak dikenali orang. Ia selalu mencoba menghindari perhatian banyak orang, termasuk ketika ia bersekolah di Australia. Gadis itu menghindari pergaulan orang Indonesia yang ingin tahu mengenai keluarganya. Meskipun Allison Group bukan merupakan perusahaan sebesar Sudjatmiko Group yang memiliki puluhan anak perusahaan, perusahaan keluarganya bukanlah perusahaan kecil. Dulu ia memilih untuk berada jauh dari publik dan orang-orang, karena ia tahu setiap hal yang dia lakukan menjadi berita bagi orang di lingkungannya.

"Gimana gue gak kaget, lo yang berusaha low-key berubah pikiran jadi businesswoman gini. Sadar gak sih lo tuh udah di branding sebagai pengusaha muda dan jenius."

Agni mengangguk santai, "Terus gimana lagi? Setelah gue pikir-pikir, there is nothing wrong with publicity." Jawabnya. Salah satu perubahan yang ia lakukan adalah menggunakan media sosial. Hal yang sebelumnya tidak ia lakukan.

"Gue gak ngerti saat lo menghilang dua tahun, jarang banget mau ketemu gue. Sibuk dengan organisasi lo lah, teman sekamar lo si Leona itu lah, apa lah. Ribet banget."

"Organisasi juga seru tau." Agni membela diri.

"Terus kenapa lo gak jadi anak kuliah teladan lagi?" Pertanyaan yang ditujukan untuk menggoda Agni.

Agni terdiam sejenak kemudian membalas dengan jujur, "I found out it is not for me, at least for now."

"Jadi sekarang lo akan fokus ke bisnis?"

"Plannya begitu,"

Padma mengangguk mengerti, "Gue senang banget sih lo keluar dari zona depresif lo itu. Apa sih yang lo pikirin, lo itu bisa jadi apa aja dan lakuin apa aja. Ini malah gabung organisasi, disuruh-suruh, terus menghilang dari peredaran. Privilege yang kita punya itu rugi kalau ga dipakai." Omelan yang Agni tahu merupakan nasehat dari Padma itu ia terima dengan hati terbuka.

"Tenang aja, I'll do whatever I want now."

"Gimana sama roommate lo itu? Gue dengar dia satu organisasi sama lo dan abang gue,"

Agni mengangguk, "Begitulah. Gue udah keluar juga dari kost-an dan tinggal sama Agam. Toh kita di kota yang sama, sayang aja harus jauh-jauhan."

"That girl, beneran pacaran sama abang gue?"

"Yes, as far as I know. Dia baik kok, romantis banget lagi sama Pram. Lo jangan nyusahin mereka lah."

Padma menatap Agni dengan raut wajah penuh pikiran, "I don't have a good feeling. Lo bawa dia ke acara ulang tahun gue, okay, gue terima. Tapi gue gak melihat aura positif aja dari dia. Dress dan make up dia hari itu, lo yang siapin kan?"

Teman baik yang ada di hadapannya itu mengangguk, "Iya, gak mungkin dong dia pakai baju biasa ke acara lo yang selalu jadi tempat ngumpul anak-anak. She need to leave a good impression to you, to your parents."

Padma mendesah, "Agni, dengar ya. Kalau abang gue benar-benar seratus persen percaya sama dia, pendapat gue juga gak akan dia dengar. Tapi ini, dia gunain lo untuk dekatin tuh cewek sama gue. Ya, it makes no sense, okay?"

"Udah deh, jangan berprasangka jelek dulu." Ucap Agni membujuk sahabatnya. Sejujurnya ia juga tidak tahu harus mengatakan apa lagi sebagai kelebihan Leona. Selama ini, ia merasa tidak nyaman dengan habit dan sikap yang diberikan Leona selama mereka bersama. Awalnya ia pikir itu hanya bagian dari mengenal satu sama lain, namun ia sadar bahwa sikap Leona terkadang menyebalkan. Menggunakan skin care yang ia miliki tidak masalah, tapi Leona selalu menghabiskannya disaat Agni butuh. Ia juga tidak mengembalikkan kartu yang digunakan di kampus untuk makan di kafetaria, dan dengan mudah mengatakan ia menggunakan isinya. Agni tidak mempermasalahkan Leona yang menggunakan barangnya, tapi sesuatu yang digunakan tanpa izin membuatnya terkadang kesal.

Sekarang, ia tidak ingin memberikan kata-kata palsu kepada Padma, karena ia tahu ini juga menyangkut keluarga Padma kedepannya. Ia tidak ingat bagaimana Padma bereaksi tentang pernikahan Leona dan Pram di masa depan, namun yang pasti, ia ingat bagaimana mereka semua percaya dengan Leona karena Agni. Dan Agni yang harus membayar harganya dengan melakukan banyak hal yang menguntungkan Leona.

"Keluarga gue benar-benar pengen lo dan Pram jadi pasangan, tahu."

Agni tersenyum, "Sorry, I don't think it will work."

****

Credible Mengajar sekarang sedang menjadi trending di dunia pendidikan Indonesia yang menembus daerah-daerah pedalaman dengan teknologinya. Tidak hanya membawa teknologi, kehadiran mereka juga membantu daerah tersebut mendapatkan perhatian untuk pengembangan. Sehingga mereka memiliki akses untuk internet dan teknologi dari Credible Mengajar. Meskipun secara profit, Credible Mengajar masih membayarkan sisa investasi awal dari Kor Corporation. Credible College terus mendapatkan dana saham dari berbagai perusahaan, dan memiliki kapital hingga 10 juta dollar. Berbagai ahli menebak Credible Mengajar akan menjadi perusahaan unicorn dalam waktu dekat.

Sementara IDS sudah siap launching dengan persiapan pembukaan toko di Jakarta dan akan diikuti dengan berbagai kota lainnya. Menggunakan kapital dari Allison, Agni merasa tidak ada salahnya menaikkan value usaha keluarganya dengan membangun bisnis baru. Ia percaya diri mampu mengembalikkan modal yang telah dikeluarkan dalam waktu dekat. Konsep scandinavian style yang mewah dan siap dipakai akan menarik banyak kalangan menengah keatas muda yang mengikuti trend design interior masa kini.

Dalam pembangunan Sudjatmiko Credible University, Agni menggunakan setengah kapital dari CM dan mendapatkan modal dari Sudjatmiko. Ia berpikir tidak ada salahnya memiliki partner yang besar seperti Sudjatmiko Group untuk mendukung universitas yang ingin ia bangun. Dengan pembagian saham 50-50, Agni tidak sabar untuk bekerja dalam proyek ini yang akan dibuka dalam kurun waktu satu tahun. Tujuan yang ia miliki hanya satu, membangun brand image nya sebagai pengusaha yang peduli pendidikan. Walaupun universitas memiliki modal yang tinggi dan kerja keras, universitas memiliki banyak kelebihan, seperti menghasilkan lapangan kerja yang nantinya bisa bekerja di Sudjatmiko Group dan perusahaan-perusahaan yang akan Agni bangun kedepannya. Ia juga memiliki ambisi lain, yaitu terjun ke dalam dunia politik di masa depan. Masih sangat jauh, tapi ia mempersiapkan diri.

Hal lain yang ia sedang lakukan adalah membangun perusahaan Arsitektur Real Estate dimana ia akan membangun real estate di berbagai kota di Indonesia. Ia masih mengingat pekerjaan yang ia lakukan di dalam mimpinya dan tidak sabar untuk mewujudkannya di masa ini. Ia merekrut Alvin Lie, seorang arsitek ternama sebagai leader di perusahaannya yang akan ia namakan Credible City Tbk. Perusahaan ini juga akan menjadi tempat belajar dan berkreasi untuk Agam yang bercita-cita menjadi arsitek. Ia ingin membangun real estate eksklusif dengan design yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Perlahan, Agni membangun kerajaan bisnis yang ingin ia capai. Ia yakin dirinya bisa menghalangi hal-hal buruk dalam keluarganya terjadi, dan ia sudah mulai mengubah jalan cerita hidupnya. Anehnya, dia tidak merasa dirinya yang sekarang terasa berbeda. Seolah-olah ia tidak pernah menjadi Agni yang rendah diri dan depresif dengan segala pikiran buruk di kepalanya. Mungkin, Agni tidak pernah seperti ini. Si penulis pada awalnya mungkin bisa membuat latar belakang cerita yang ia mau. Tapi ia bisa mengubahnya. Karena sang penulis hanya bisa menuliskan cerita, bukan perasaan.

Ia menemukan pribadi yang sebenarnya.

***

Hi, everyone!

I am back. I've been juggling between study, work and stress. Gosh.

Anyway, see you next time!

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang