Sepuluh

138 17 0
                                    




Leona menatap dirinya di depan cermin dengan tatapan takjub. Ia tidak pernah melihat dirinya terlihat secantik ini. Agni menarik Leona ke sebuah salon ternama dan memberikan make over yang membuat Leona terlihat berbeda dari biasanya. Dengan gaun dan heels tinggi yang berasal dari designer ternama yang Leona bahkan tak kenal namanya, ia menemukan dirinya berada di dalam air. A fish in the water. Selama ini ia hidup menjadi anak bungsu yang dibanggakan semua orang dengan keluarga yang tergolong terpandang di kampungnya. Keluarga yang berpendidikan di pandangan semua orang. Kali ini, ia menemukan dirinya di situasi yang baru tapi terasa tepat. Seolah ia dilahirkan untuk hal ini.

Ia tidak pernah tahu bahwa Agni berasal dari latar belakang keluarga terpandang dan kaya raya. Tidak ada yang bisa menebak hal tersebut. Agni dengan sukarela pindah dari dormitory kampus menuju kost-an nya di daerah biasa saja. Bukan sesuatu yang murah, tapi juga tidak mewah. Seketika ia merasa Agni adalah orang yang berbeda.

Ketika ia memberitahu Pram mengenai hal ini, lelaki itu sangat bersemangat. Jika Leona bisa menjadi teman baik Padma, dan memberikan kesan yang baik dengan keluarganya. Akan lebih mudah bagi Pram mengenalkan Leona di keluarga mereka. Walaupun Pram berkali-kali mengatakan bahwa keluarganya tidak tradisional, Leona tetap ingin meninggalkan kesan yang baik.

"You look great." Puji Agni tulus. Leona selalu menjadi perempuan yang cantik dan percaya diri di pandangannya. Mungkin itu juga yang membuat Agni merasa Leona adalah orang yang patut menjadi inspirasi. Sedikit dan banyaknya, Leona mengajarkan banyak hal di hidupnya.

"Lo juga kelihatan cantik banget." Balas Leona jujur. Agni terlihat sangat cantik dengan dress tanpa lengan yang ia kenakan, rambut yang terurai dan make up yang terlihat natural. Agni yang merupakan teman sekamarnya tidak pernah berdandan secantik ini.

"Padma itu teman gue di Australia, kita satu sekolah dulu. Gue gak pernah kenal Pram secara dekat dan dia juga tahu gue gak suka membahas latar belakang gue. Makanya kita pura-pura gak kenal. Gue harap lo gak mikirin itu."

Leona mengangguk, "Pram udah cerita kok."

"Sebenarnya gue awalnya gak minat ikut. Udah dua tahun ini gue gak pernah ikut acara seperti ini. Tapi kali ini, gue ikut supaya lo bisa kenal dengan Padma langsung."

"Thanks ya, Ni."

Agni tersenyum tanpa berkata apapun. Mereka berangkat menuju sebuah hotel dimana kegiatan ulang tahun ini dirayakan. Leona terkesima dengan kemewahan di acara ulang tahun Padma, dengan berbagai artis yang hadir di acara ini. Agni yang pendiam ternyata mengenal banyak orang dan disapa oleh banyak orang, ia tidak bisa memungkiri rasa cemburu yang ia punya kepada sahabatnya itu.

"Happy birthday," Agni menuju Padma dan memeluk teman baiknya di Australia dengan erat. Padma adalah salah satu teman baiknya di Australia, meskipun memiliki sifat yang sombong dan menyebalkan, Padma tidak pernah merendahkan orang lain dan selalu mendukung keputusan Agni. Termasuk ketika Agni masuk ke universitas di Indonesia dan menghilang dari lingkungan pertemanan mereka.

"I miss you so bad. Akhirnya lo datang ke ulang tahun gue setelah dua tahun lamanya."

"Tapi gue selalu ngirim lo hadiah, kan?" Ucap Agni membela diri.

"Honey, it is you that matter the most. Not the gift."

Agni tertawa, "Yeah, of course. But still, you will love my gift this time." Ucapnya sembari mengeluarkan hadiah.

Padma menutup mulutnya tak percaya, "A jade necklace?" dengan mata berbinar.

"Gue titip seseorang beli di sebuah toko jade di Shanghai. Do you like it?"

"I love it." Jawab Padma semangat.

Berdiri canggung di samping Agni, Leona menarik perhatian Padma.

"Oh, iya. Ini sahabat baik gue di kuliah. Namanya Leona. Gue pengen kenalin dia ke lo." Ucap Agni.

"Jarang banget Agni kenalin temannya ke gue. Nama gue Padma," Sapa Padma santai sembari mengulurkan tangannya ke Leona.

"Leona. Sahabat baik Agni."

Tak lama, Pram yang melihat kekasih, adik dan teman baik adiknya itu bergegas menghampiri ketiganya.

"Hi, Le. Lo disini juga?" Sapa Pram yang langsung tertuju dengan Leona. Padma menaikkan alisnya bingung, jadi abangnya itu tahu sahabat Agni juga.

"Iya, gue bareng sama Agni." Ini adalah skenario yang disusun oleh Pram dan Leona agar perkenalan mereka berjalan lancar. Orangtua Pram bukan seseorang yang neka-neko dalam melihat pasangan anak mereka, tapi Padma adalah sebuah challenge besar. Padma adalah orang yang sangat subjektif ketika menilai seseorang. Untuk mendapatkan poin tambahan, Pram meminta Leona untuk menjadi teman baik Padma dengan kesempatan yang ditawarkan Agni.

"Lo kenal sama Leona, bang?" Tanya Padma penasaran.

Pram mengangguk "Kebetulan kita satu organisasi. Dia adalah salah satu ketua di organisasi merah. Kita bareng di executive board. Satu tim lah." Jawab Pram jujur.

"Menarik." Ucap Padma lagi.

Agni terlihat santai, sementara Leona dan Pram terlihat gugup. Terdengar afeksi dalam setiap kata yang Pram ucapkan untuk Leona.

"Gue ngobrol sama Agni dulu ya." Padma langsung menarik Agni dan meninggalkan kedua orang tersebut. Setelah menjauh, ia menatap Agni dengan tatapan tajam.

"Apaan?" Ucap Agni sebelum ditanyai. Ia tahu Padma adalah orang yang jeli dalam menebak situasi.

Padma menarik napas, "Are they dating?"

Agni menaikkan bahu seolah tidak tahu.

"Dari keluarga mana dia? Di kampus dia orang seperti apa? Duh, Agni. Gue tuh berharap banget lo sama Pram, gue kira kalian bakalan jodoh karena satu kampus."

"Gue sama Pram itu cuma teman. Lo tahu sendiri gue cuma dekat sama lo aja. Dia dari keluarga baik-baik, anaknya juga cerdas dan terkenal di kampus. Dulu gue satu kamar sama dia." Jawab Agni memuji Leona.

"Sekamar?"

"Gue dulu ngekost bareng dia."

"Ngekost? Kita di Australia aja gak pernah tinggal di studio dan lo ngekos di Indo?" Ucap Padma tak percaya.

"Ceritanya panjang. Intinya gue mau belajar down to earth dan hidup seperti orang normal. Kekayaan kan bukan segalanya."

Padma memutar matanya, "Terus sekarang lo terjun ke dunia bisnis?"

"Gue sudah cukup mendapatkan ilmu dalam hidup down to earth. Gue memutuskan kekayaan bukan segalanya, tapi gue tetap harus menjadi kaya."

Bintang malam hari ini yang merayakan ulang tahunnya ke dua puluh itu tertawa keras, "Gila lo ya. Seru juga tuh kayaknya."

"Udah deh jangan bawel."

"Terus mereka gimana? Pacaran?" Tanya Padma lagi, pandangannya melirik kearah dua sejoli yang berinteraksi dengan nyaman.

"She is a good girl. Jangan sampai lo gangguin dia seperti lo menganggu mantan-mantan Pram yang lain."

Padma mendengus, untuk hal itu, hanya dia yang bisa memutuskan.

"To be honest, gue gak terlalu suka dia. Kita lihat nanti deh." Jawab Padma.

Agni menggeleng kepala, ia hanya bisa berharap Padma bisa menerima Leona dan membantu Leona masuk ke keluarga mereka. Di mimpinya, ia menggunakan berbagai cara untuk membujuk Padma dan keluarganya untuk menerima Leona. Belum lagi ia harus menghadapi Leona yang cemburu karena kedua orangtua Pram lebih berharap Agni yang berpacaran dengan Pram.

Dalam hidupnya kali ini, ia cukup membantu. Ia tidak mau menghabiskan waktu dan tenaga untuk membuat Leona masuk ke dalam keluarga Pram. Ia berharap Leona tidak menjadi drama queen seperti dalam mimpinya yang terus merasa rendah diri dan dihina oleh keluarga Pram. Perempuan itu harus berjuang untuk masa depannya sendiri.

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang