Lima Belas

141 15 0
                                    

Setelah selesai acara peletakkan batu pertama universitas yang akan dibangun oleh Sudjatmiko Group, seluruh jajaran pemimpin dan investor termasuk Levon dan Agni menikmati makan siang bersama di salah satu restoran mewah Jakarta.

"Let's toast." Arnold Sudjatmiko, pemimpin dari Sudjatmiko dan ayah Levon ini mengangkat gelasnya.

Mereka kemudian bersulang, merayakan langkah pertama dibangunnya Sudjatmiko Credible University yang kedepannya akan disebut SCU. Sebagai salah satu ide CSR yang sudah ada sejak dulu, para pengusaha ini cukup senang karena salah satu pekerjaan rumah mereka telah selesai.

"Agni, mari saya tuangkan wine." Ucap Arnold kearah Agni yang berada tidak jauh darinya. Ia sangat kagum dengan kecerdasan dan intelegensi yang dimiliki Agni sebagai anak muda di dunia bisnis. Ia senang bisa menemukan gem seperti Agni di usianya yang tidak lagi muda.

Belum sempat Agni menjawab, Levon terlebih dulu menyangkal, "She is under twenty one. Lebih baik minum jus saja."

Arnold mengangkat alisnya menatap putra semata wayangnya itu, namun berpura-pura tidak peduli. "My apologies."

Agni tersenyum tulus, "It's not a problem." Jawab Agni. Meskipun ia adalah penggemar wine dan sudah mencicipi alkohol sejak usia tujuh belas tahun, legal age di Indonesia menjadi alasan yang sangat membantunya ketika tidak ingin minum. Ia tidak memiliki maksud lain. Berada diantara pengusaha ternama dan kaya raya, ia tidak ingin melakukan kesalahan.

"Saya dengan kamu masih kuliah. How's your university life?" Tanya lelaki yang masih terlihat tampan di usianya. Ia tidak bisa menahan rasa penasaran terhadap gadis yang ada di hadapannya. Berasal dari keluarga baik-baik, cerdas dan memiliki kecantikan alami. Terlebih, berusaha keras di usianya yang masih sangat muda. Ada sesuatu yang berbeda dari Agni di matanya.

"Baik, saya berharap bisa menyusun skripsi mulai tahun depan." Jawabnya lagi.

"Great, I know you will do it very well."

Agni mengangguk, "Terima kasih."

Perbincangan mereka pun berlanjut dengan diskusi lanjut mengenai universitas dan bisnis yang sedang dikerjakan oleh Agni. Tidak perlu disebutkan lagi, Agni adalah bintang dalam kegiatan makan siang hari ini.

Terutama, dengan menjadi fokus tatapan ayah dan anak Sudjatmiko. Sang ayah yang penasaran dengan Agni yang menjadi titik perhatian Levon, dan Levon yang tidak bisa menjauhkan pandangannya dari Agni. Sungguh pemandangan yang lucu dan baru di keluarga Sudjatmiko.

***

"I will take you back." Satu kalimat oleh Levon yang terdengar seperti perintah. Agni memandangi lelaki tersebut dengan tatapan heran, namun mengikuti alur dengan masuk ke dalam mobil milik Levon. Kali ini, Levon membawa Porsche 911 yang melaju dengan tenang di antara keriuhan Jakarta.

"Where do you want to go?"

"Uni." Jawab Agni singkat. Ia cukup bingung dengan sikap Levon yang terlalu baik padanya.

"Oke,"

Agni merasa gelisah, gugup tanpa pembicaraan di dalam mobil yang tidak bersuara ini. Jika sebelumnya mereka memiliki banyak hal yang dibicarakan, tiba-tiba Agni merasa bingung ingin berbicara tentang apa.

"Hmm." Agni bergumam sebelum Levon angkat bicara.

"Kamu sibuk hari ini?"

"Lumayan, harus balik untuk kelas. Terus ada beberapa hal yang mau dikerjakan di kantor, tapi mungkin malam aja. Kamu gak sibuk?" Tanya Agni balik.

"I am free. Setidaknya untuk siang ini."

"So basically I am using Levon's precious time to take me to the uni?" Kata Agni lagi berusaha bercanda.

"It's fine. Ada harga yang harus dibayar untuk mengenal kamu lebih jauh."

Agni terkesan mendengar ucapan Levon yang terdengar santai, namun berat pesannya. Sebagai pengamat dan pendengar kisah cinta Leona dan orang-orang disekitarnya, ia tidak bisa menahan diri untuk berpikir bahwa Levon memiliki rasa untuknya. Sesuatu yang tidak pernah orang lain lakukan untuknya.

"Hm, interesting." Jawab Agni, berusaha terdengar acuh.

"First question,-" Levon melirik ke arah Agni dan beradu pandang beberapa detik sebelum melanjutkan, "do you have a boyfriend?" ucapnya langsung ke intinya yang membuat Agni terkejut.

"Oh, I don't have boyfriend."

Lekukan di bibir Levon terangkat mendengar jawaban Agni, "I am glad."

"Senang karena faktanya orang di depanmu ini adalah seorang single? Mau ngejek?" Kata Agni membuat lelucon.

"Gak ada yang harus diejek. I am grateful."

"Levon,"

"Agni," Potong Levon.

"I want to know more about you."

"Okay, give me questions then."

"What kind of food do you like?"

"Semua yang berbau nasi padang."

"Hobi kamu?"

Agni terdiam sejenak, lalu menjawab, "Build new things."

"Do you mind dating someone older?"

Pertanyaan itu memberikan tawa keras dari Agni sebelum menjawab, "No, I don't mind."

Levon memutarkan kepalanya memperhatikan raut wajah Agni yang terlihat tidak masalah dengan pertanyaannya. Ada rasa penasaran yang tinggi di dalam hatinya yang menyadari betapa santainya Agni dalam menanggapi pertanyaan yang ia berikan. Terlalu tenang untuk usianya.

"Mau makan malam bareng?" Levon memberikan pertanyaan terakhirnya. Mereka telah sampai di depan gedung kampus yang masih terlihat ramai di hari yang menjelang sore ini.

"Okay, aku ada kelas selama dua setengah jam."

"I can wait."

"Where?"

"Dimana aja."

Agni menatap Levon dengan serius, "Sepertinya kamu lupa kalau kerjaan di kantor kamu ada banyak sekali. Yakin gak ada masalah?" Ucapnya mengingatkan Levon.

"Don't worry. I'll work on it."

Perempuan itu tersenyum, "Okay, sebagai informasi aku suka orang yang tahu akan tanggung jawabnya."

Levon mengangguk tersenyum, "Siap."

Setelah mengucapkan perpisahan, Agni bergegas masuk ke dalam kelasnya sementara Levon mengendarai mobilnya ke kafe terdekat untuk bekerja. Kemacetan di ibukota membuatnya menyerah untuk kembali ke kantornya.

Tanpa mereka sadari, Leona memperhatikan Agni yang terlihat ceria keluar dari mobil mewah yang cukup eye-catching mendapatkan perhatian orang-orang tersebut.

***


Hi, semua.

Semoga semua dalam keadaan sehat. Yuk tetap stay di rumah dan menjalankan kegiatan di rumah untuk membantu kita semua melawan COVID-19 di Indonesia.

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang