Prolog

325 19 0
                                    




Mengucapkan selamat tinggal sebelum halo adalah kata yang tepat menggamini.

Tangis kuhabiskan menangisi orang-orang yang kucintai dan diri sendiri tidak bisa mengubah apapun. Di masa depan, aku akan merasakan sebuah kekecewaan, kesedihan, sakit hati, kehilangan, dan kemarahan karena orang-orang di sekitarku. Aku adalah si pemeran pendukung yang sejauh ini telah mengikuti hidup yang dituliskan. Napas yang sesak melihat masa depan yang belum terjadi, kemudian di akhir melihat seseorang menuliskan kisah hidup seolah tidak nyata. Apakah aku adalah karakter yang ditulis atau ia menuliskan kisah hidupku di akhir adalah sebuah pertanyaan yang tidak akan bisa kujawab saat , yang akan melakukan apapun agar membuat si pemeran utama bahagia selama aku menangis dalam sengsara.

Aku belajar alasan mengapa aku tidak menyukainya namun tidak bisa menolaknya adalah karena aku ditulis untuknya. Melewati sepuluh tahun kedepan dalam satu mimpi.

Selama ini, aku adalah seorang sahabat yang mendukung sahabatnya dalam kondisi apapun. Aku tidak ingat kapan aku berkenalan dengannya, tiba-tiba saja aku selalu berada dalam lingkaran hidupnya. Menjadi pendengar atas segala hal yang terjadi di hidupnya, akan ada banyak hal yang kulakukan untuknya di masa depan. Aku tidak pernah merasa nyaman berteman dengannya. Teringat saat pertama kali kami bertemu di organisasi dan bidang keanggotaan yang sama, lalu aku melihat bagaimana ia terpilih menjadi seseorang yang mengambil tanggung jawab besar. Bintang. Ia adalah bintang yang disukai banyak orang, dibenci beberapa orang. Karakter pemeran utama yang akhirnya menjadi pemenang.

Mimpi menuju masa depan membuatku tersadar betapa bodohnya aku mengikuti alur. Seolah aku tidak sadar dengan diriku sendiri di dunia perkuliahan. Jika aku berubah menjadi sahabat yang depresi dengan kesendirian, bergantung dengannya, penuh keraguan dan ketakutan, menutup diri dan diam. Ia adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang kerja keras dan menjadi sukses, kemudian ditinggal pergi ayahnya, dengan tiga saudara yang menjadi dokter, hidup dengan kesederhanaan, menjadi pemimpin, idola, dikagumi banyak lelaki, percaya diri, ramah, mudah tersenyum, tubuh yang bagus, cantik, aktif dan kemudian bertemu laki-laki yang ia sukai. Sesekali menangis di dalam kamar dan aku adalah orang yang mendampinginya hampir di setiap momen itu.

Bagiku, mimpi ini adalah pertanda bahwa aku harus mengubah hidupku. Aku harus mengubah takdir. Harus menjadi pemeran utama di ceritaku. Aku tidak perlu menjadi sahabat dari seseorang yang terlihat baik, tapi perlahan menggunakanku untuk kepentingannya. Si pemeran utama, mempercayakan posisi sahabat dengan selalu mengatakan, "Gue cuma cerita ini sama lo," dan menangis untuk hal yang tidak aku pahami. Sesekali mendengarkanku. Tapi tidak pernah benar-benar terasa peduli.

Aku, si pemeran pendukung memutuskan untuk mengejar hidupku sendiri.


***


Hi, everyone. Aku menyapa kalian kembali dengan cerita yang sebenarnya cukup berbeda dengan ceritaku sebelumnya. Saat cerita ini di publish, aku sudah menulis delapan part.

Sebenarnya udah lama banget gak berani nulis karena setiap kali aku menulis cerita baru, aku selalu stuck di tengah jalan. Selain itu, aku sedikit merasa cerita yang aku tulis di masa sma jauh berbeda dengan diriku di masa kuliah.

But well, karena kebetulan ide ini datang sendirinya. Dan aku butuh pelarian dari menulis tiga mini thesis semester ini, sepertinya aku akan berusaha untuk melanjutkan cerita ini. Kuharap kalian juga menyukainya dengan gaya penulisan yang kuakui jauh berbeda dari ceritaku sebelumnya.

Kutunggu komentar kalian mengenai cerita ini!

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang