Tujuh

142 16 0
                                    

"Ni, lo mau pegang proyek yang untuk anak di pulau kemarin gak? Gue percaya lo pasti bisa kok," Tawar Leona pada Agni dengan percaya diri. Selama di dalam organisasi yang sama, Agni selalu menjadi bawahannya dan akhirnya pindah ke bidang lain. Dengan kemampuan Agni, ia percaya Agni bisa mengurus proyek yang dua tahun lalu ia kepalai.

Agni ingin memutar mata dengan perkataan Leona, dulu dalam proyek yang mereka kerjakan bersama. Leona tidak pernah memberikan bantuan atau bahkan mempertanyakan progressnya sebagai bawahan, akan tetapi ketika ada sebuah masalah yang datang, Leona menghardik Agni dengan keras seolah Agni yang salah. Padahal saat itu, Leona yang membuat keputusan akhir. Sekarang Agni tidak memiliki rasa sayang yang sama seperti dulu di organisasi yang menjadi awal pertemanan dekat mereka.

"Na, gue udah keluar dari organisasi." Jawab Agni tenang.

Raut wajah Leona berubah kaget mendengar pernyataan Agni, "Kapan? Kenapa? Selama ini lo gak pernah pegang proyek, sekarang udah saatnya lo jadi kepala proyek, Agni." Ucapnya menekankan kata "saatnya".

Dulu, Agni berpikir selama ia bisa mendukung Leona, ia akan merasa baik-baik saja. Ditambah dengan dirinya yang tidak bisa bersosialisasi dengan orang banyak membuatnya nyaman untuk berada di lingkaran pertemanan Leona. Setelah dipikir-pikir, diluar fakta bahwa jalan hidupnya sejauh ini adalah apa yang ditulis oleh seorang penulis, ia juga mendapatkan keuntungan dari berteman dengan Leona.

"I don't mind. Lagian setelah gue pikir, passion gue di organisasi udah hilang,"

"Tapi, Ni. Kalau gak ada organisasi, lo mau ngapain? Gue gak mau ya lo di dalam kamar terus mengurung diri. Kapan lo mau punya pacarnya." Omel Leona lagi. Salah satu goal yang ada di dalam hidup Leona tahun ini adalah mendapatkan Agni pacar. Seringkali mereka berdua membahas status single seumur hidup yang dimiliki Agni di dalam kamar kost.

"Gue gak mikirin hal itu. Tenang aja, gue gak bakalan stay di kamar terus."

"Kayaknya kita harus sering-sering jalan deh,"

"Untuk waktu pacaran sama Pram aja jarang gara-gara organisasi dan kesibukan lo. I am okay, kok." Jawab Agni jujur. Ia mengakui Leona adalah karakter pemeran utama yang baik, meskipun terkadang menyebalkan. Ia juga tahu meskipun mereka merupakan bagian dari tulisan, dunia tempat mereka hidup adalah nyata. Ia bisa mengubah masa depannya, seperti sebuah dimensi alternatif. Melihat memori masa depan membuatnya sadar bahwa dirinya yang ia lihat di masa depan sudah pergi bersama kehidupan menyedihkan yang ia jalani. Ia hanya harus fokus dengan dirinya hari ini dan menulis jalan hidupnya sendiri.

"Agni,"

"I am okay, really. Gak usah khawatir."

Leona mengangguk sebelum melanjutkan pembicaraan mereka, "Gue mau cerita."

"Tentang?"

"Pram, gue baru sadar kalau kita dari keluarga yang jauh berbeda. Dia dari keluarga kaya raya banget, Ni. Gue takut."

Agni mengangguk, ternyata ini alasan utama mereka bertemu. Leona selalu menceritakan setiap hal di hidupnya ke Agni secara otomatis. Dalam memori masa depannya, Leona akan menikah dua tahun setelah lulus kuliah. Sekarang adalah saat yang tepat untuk Leona tahu mengenai keluarga Pram.

"Apa yang harus gue lakukan ya?"

"Lo harus bisa ambil hati keluarganya sih. Tetap percaya diri, bahwa lo adalah orang yang hebat juga. Jangan khawatir." Agni menyemangati Leona. Ia berencana untuk tetap membantu Leona masuk ke keluarga Pram nantinya, karena ia tahu Leona dan Pram saling mencintai. She doesn't have any willingness to broke someone's else dream. Jika ia bisa membantu, kenapa tidak?

Saat ini, ia hanya bisa menenangkan Leona yang tidak tahu apa-apa tentang latar belakangnya.

***

Credible Mengajar akan melaksanakan launching secara besar-besaran. Tidak hanya mengundang media cetak, mereka juga melaksanakan live streaming di tujuh media televisi ternama di Indonesia. Promosi besar-besaran ini dilakukan karena Agni ingin membangun brand dan produk yang ia punya dengan baik. Dengan promosi yang signifikan, ia bisa menyentuh ranah institusi dan pemerintah untuk bekerjasama agar menggunakan produk yang ia punya.

"Kak, lo siap?" Tanya Agam sebelum mereka melaksanakan launching. Agni tersenyum melihat adiknya yang terlihat khawatir dan gugup.

"Terlahir siap." Jawabnya sebelum masuk ke dalam panggung.

Di dalam ruangan hotel dengan kapasitas 500 orang tersebut, Agni mengundang berbagai media, pengusaha di bidang pendidikan, seluruh pekerjanya, dan partnernya termasuk perwakilan Sudjatmiko Group sebagai pendukung langkah pertama usahanya dibangun.

Agni berjalan dengan percaya diri dan mulai presentasi mengenai perusahaan mereka.

"Selain aplikasi dengan teknologi virtual reality agar siswa bisa belajar langsung dengan ilmu pelajaran yang ingin dipelajari, siswa juga dapat live streaming virtual reality dengan guru yang akan memberikan pengajaran yang menarik. Kami juga akan merilis game dalam waktu dekat yang bisa diakses online dan offline dengan teknologi virtual reality yang akan menunjang pembelajaran."

"Saya percaya dengan teknologi yang kita miliki, teman-teman di seluruh Indonesia dapat menikmati pendidikan yang dibutuhkan, kapanpun, dimanapun. Belajar itu mudah." Tutup Agni dalam presentasinya kali ini. Setelah itu, mereka juga melakukan test aplikasi dan menjelaskan bagaimana teknologi mereka membantu pembelajaran siswa.

Setelah kegiatan utama selesai, sesi tanya jawab menjadi penutup kegiatan ini. Tiba dalam pertanyaan terakhir, seorang wartawan mengajukan tangannya.

"Mbak Agni merupakan wanita muda yang sukses mendirikan Credible Mengajar. Apakah mbak Agni mendapatkan dukungan secara finansial dari orang terdekat?" Tanya wartawan tersebut. Ia sering mendengar bagaimana pengusaha muda sukses karena dukungan orangtua mereka. Ia ragu dengan latar belakang Agni yang tidak disebutkan sejak awal.

Agni tersenyum tulus sebelum menjawab, "Credible Mengajar adalah sebuah startup yang berdiri karena kesempatan dari Startup Best Challenge. Saya tidak mendapatkan dukungan secara finansial dari orangtua saya dalam bentuk apapun. Kami sangat berterima kasih dengan para investor yang bersedia memberikan funding untuk startup seed seperti kami. Kami tidak sabar untuk mengembangkan Credible Mengajar lebih jauh lagi." Katanya percaya diri.

Di satu sisi, seseorang memperhatikan Agni dari jauh dengan tatapan tertarik. Awalnya ia hanya ingin melihat startup yang disebutkan sebagai startup mandiri setelah menang di Startup Best Challenge. Ia tidak percaya ada sesuatu yang lebih menarik dari startup tersebut.

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang