Enam Belas

132 13 2
                                    




Press conference IDS telah dilakukan dan menarik perhatian banyak kalangan. Para media yang datang tidak hanya hadir karena diundang, tapi juga karena rumor yang beredar tentang Agnia Prananda atau Agni menjadi head of project pengembangan bisnis interior furniture dari Allison Group. Belakangan ini, nama Agni menjadi sorotan dengan kesuksesannya dalam mengembangkan Credible Mengajar dalam waktu singkat. Ia juga disorot dengan kemampuannya yang mengembangkan game yang menyenangkan untuk anak-anak dan teknologi yang ia bawa ke daerah pedalaman untuk mendukung pembelajaran.

Belum lagi, baru-baru ini telah diletakkan batu pertama Sudjatmiko Credible University yang dirumorkan menjadi universitas internasional ternama dengan jurusan utama dalam bidang seni yang membawa artis seni ternama Indonesia.

Design IDS yang sangat trendy dan cocok dengan selera modern anak muda masa kini membuat rasa penasaran kalangan menengah keatas di Jakarta membludak. Grand launching yang dilakukan hampir di seluruh store Allison Group yang memiliki konsep sangat kontras dengan brand sebelumnya membuat pembeli dapat membandingkan preference mereka dengan mudah. Sebuah metode marketing yang tidak mudah dilakukan mengingat potensinya dalam menurunkan penjualan brand lain di payung perusahaan yang sama, namun efektif dengan marketing strategi yang disiapkan oleh Agni.

Levon yang sedari tadi memperhatikan Agni dalam mempromosikan produk dalam sesi tanya jawab berdecak dalam hati, memuji kemampuan Agni yang lihai dalam dunia bisnis. Sebagai seseorang yang sudah terjun di dunia bisnis sejak masa sekolah, ia telah melewati proses yang panjang untuk jadi pengusaha yang mature dalam mengambil keputusan dan berbicara di depan umum.

Ia tidak ingin menutupi perasaannya yang mulai jatuh hati dengan Agni. Dengan sikap dan sifatnya. She is kind, yet she is powerful. Agni bukan perempuan polos yang baik dengan semua orang. Tapi disaat bersamaan, ada kalanya ia melihat Agni yang tulus kepada orang lain. Perempuan yang berdiri tangguh dengan sendirinya.

"Kamu datang kesini?" Tanya Agni mendekati Levon setelah selesai dengan formalitas yang harus ia lakukan. Lelaki itu tertawa kecil, senang dengan reaksi Agni yang senang melihatnya.

"How do you feel?"

"Excited. Gak sabar produk-produk ini sampai di masyarakat." Jawab Agni jujur. Gadis ini mulai menemukan kebahagiaan dan rasa senang dalam pekerjaannya. Sesuatu yang dulu ia tolak mentah-mentah.

Levon menawarkan segelas air yang langsung diterima oleh Agni. Dalam beberapa minggu belakangan ini, Levon selalu memberikan dukungan kepadanya. Dan ia berusaha melakukan hal yang sama. Seperti saat ini hadir di grand launching brand terbaru yang dirilis Agni. Diantara mereka, tidak hanya tumbuh ketertarikan, tapi juga rasa percaya atas satu sama lain.

"Kamu butuh istirahat. Kita makan, ya?" Levon khawatir dengan Agni. Seharian ini perempuan itu sudah dibombardir dengan berbagai media dan bertemu banyak orang. Walaupun gadis ini terlihat bersemangat dan ceria, ia bisa melihat raut letih dari Agni.

Agni ingin mengangguk, namun ia tertahan dengan bunyi telepon genggamnya. Ia merasa kaget dengan telepon dari Leona yang sudah lama tidak menghubunginya. Ia kemudian mengingat bahwa hari ini adalah waktu dimana Leona salah paham dengan Pram dan mengakibatkan Agam kecelakaan. Saat itu terjadi, Agni tidak mengangkat telepon dari Leona dan perempuan itu berjalan tanpa arah. Sampai akhirnya Agam menyelamatkannya dan meninggal.

Selama ini setiap aksi yang ia lakukan menimbulkan butterfly effect yang mengubah takdir yang terjadi di masa depan. Ia telah berhasil menjauhkan Agam dari Leona, juga mendekatkan Leona dan Padma lebih cepat walaupun belum memberikan hasil yang baik. Ia juga telah keluar dari organisasi dan tidak mendapatkan funding untuk project organisasi selanjutnya. Selama ini, belum ada hal buruk yang benar-benar terjadi.

Ia mengangkat panggilan dari Leona, terdengar suara perempuan itu yang menangis terisak. "Ni, Padma sepertinya benci banget dengan gue. Pram gak benar-benar cinta sama gue. Gue harus gimana?"

Agni menghela napas dalam, mendengarkan tangisan Leona yang ia tidak mengerti. Satu yang pasti, alasan panggilan dari Leona kali ini berbeda dari sebelumnya. Di mimpinya, Leona menelpon karena salah paham dengan Pram yang sedang bertemu Rani, anak perempuan salah satu rekan bisnis keluarga Pram dan juga teman Padma. Saat itu, Pram dipertemukan dengan Rani yang baru kembali ke Indonesia dan berbincang tentang keluarga mereka. Yang saat itu Leona tidak tahu adalah Rani telah memiliki pacar yang berasal dari keluarga old money yang ditutupinya.

Sebagai roommate nya, ia selalu sadar perempuan itu sangat over emotional dan mudah berasumsi tentang sesuatu. Kali ini, ia tidak tahu apakah yang dikatakan Leona adalah sebuah asumsi atau kenyataan. Ia tidak tahu bahwa ia sudah menciptakan butterfly effect yang merubah kisah cinta Leona.

"Lo tenang dulu. Jangan kemana-mana. Gue kesana sekarang." Ucapnya bergegas.

Levon menatap Agni bingung, namun ia mengabaikannya dan menelpon seseorang yang ia kenal.

"Dimana?"

"Di kafe, sama teman-teman." Jawab Agam santai yang memberikan rasa lega dalam hati Agni.

"Okay, jangan kemana-mana sekarang. Lo disana aja have fun. Okay?" Tekan Agni memberikan peringatan ke adiknya.

"Apaan sih, lebay banget. Ada apa?" Agam mengabaikan suara khawatir Agni dan balik bertanya. Ia merasa bingung dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba bertanya mengenai keberadaannya.

"Udah lo disana aja. Main sampai malam atau gimana. Bye." Agni menutup panggilan tersebut tanpa memberikan kesempatan Agam untuk bertanya lebih lanjut.

Agni menatap Levon dengan raut wajah khawatir, "Aku harus pergi ke suatu tempat,"

"Aku antar." Putus Levon. Agni mengangguk, Leona mengirimkan alamat keberadaannya yang Agni masih ingat sama dengan kejadian di masa depannya.

Sesampainya dia di kafe, ia tidak menemukan keberadaan Leona. Ia mengumpat dalam hati menyadari perempuan itu tetap berjalan tanpa arah. Ia segera keluar dan mencari jalan besar yang menjadi tempat kecelakaan itu terjadi. Levon yang kebingungan tidak mengangkat suara dan mengikuti Leona dengan tenang.

Tak lama, Agni melihat Leona yang akan menyebrang. Jika ia tidak menghentikan Leona, Leona tidak akan selamat. Karena Agam tidak ada untuk menyelamatkannya dan kecelakaan mobil yang terjadi akan sangat fatal. Bagaimanapun juga, ia bertanggung jawab dengan butterfly effect yang terjadi dan tidak ingin Leona mati sia-sia.

"Leona, berhenti." Ia berteriak dengan keras yang menghentikan langkah Leona. Agni kemudian berlari dan menarik tangan Leona dari jalan penyebrangan. Ia melihat sebuah mobil yang bergerak cepat dan melewati mereka berdua.

Agni memiliki seribu kalimat yang ingin ia katakan ke Leona. Perempuan yang menjadi pemeran utama dan dia yang menjadi seseorang yang membantu Leona bahagia. Mengingat mimpi-mimpi yang terkadang menjadi mimpi buruk di malam-malam Agni, semakin lama ia semakin muak dengan Leona. Perempuan yang immature.

Tapi ia tahu yang ia katakan hanya akan memperparah suasana. Ia memeluk Leona dan menenangkan perempuan itu yang menangis.

"It will be okay."

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang