Dua

170 12 3
                                    

Agam merupakan freshman atau murid baru di Universitas Pandawa di jurusan teknik sipil. Alasan utama Agam masuk ke universitas ini adalah kakak satu-satunya yang mengatakan bahwa kampus ini pilihan yang tepat. Sejak kecil, mereka selalu bersama. Ia selalu khawatir dengan kakaknya yang tenang dan penurut itu.

Ia tidak tahu bahwa Agni Prananda, sang kakak yang berada di hadapannya sibuk memikirkan cara agar Agam tidak terlalu dekat dengan Leona. Alasan awal Agam bisa jatuh cinta dengan Leona adalah karena mereka teman sekamar. Agam selalu menemui Agni di kamarnya dan akhirnya berbincang dengan Leona yang suka berbicara. Bagaimanapun, Agni harus melakukan sesuatu agar Agam tidak jatuh cinta dengan Leona.

"Gam, menurut lo kalau kita sewa apartment aja gimana?" Agni berpikir, jika ia tidak tinggal dengan Leona, otomatis Agam tidak akan sering menemui Leona dan ia bisa mengalihkan perhatian adiknya ke orang lain. Orang yang benar-benar menyayangi adiknya nanti.

"Kok tiba-tiba? Kemarin lo yang bilang gue mau terus roommate bareng kak Leona."

"Gue mikir aja, sebenarnya gak enak tinggal di kost-an. Apartment jauh lebih nyaman, gue bisa olahraga. Gue bisa masak, lo beres-beres. Lebih sehat. Mami dan daddy juga bakalan lebih happy. Plus, lo bawa mobil dari Bandung. Transport jauh lebih gampang."

Agni berasal dari keluarga yang berada. Tidak ada yang tahu bahwa ia sebenarnya anak dari pengusaha chain furniture ternama di Indonesia. Alasan ia tinggal di kost-an berdua adalah permintaan Leona. Walaupun Leona berasal dari keluarga yang mampu, terkenal di kampungnya dan memiliki tiga dokter di keluarganya, orangtua nya bukan tipikal yang mau membuang uang untuk Leona tinggal di apartment. Toh, kost-an di sekitar kampus mereka juga aman dan bersih.

"Terus kost-an gue? Kost-an lo?"

"Come on. Lo kan tinggal sendiri di kost-an, toh bayarnya bulanan. Kalau gue, gak usah khawatir lah."

"Roommate lo gimana?"

"Gue udah tinggal bareng sama dia hampir dua tahun. Cari suasana baru aja. Pengen punya tempat tinggal yang nyaman juga."

Ägam menggeleng kepala, membayangkan betapa tersiksanya sang kakak selama dua tahun kebelakang ini tinggal di kost-an yang sempit berdua dengan temannya. "Lo sih, udah dibilang dari dulu tinggal di apartment juga gamau. Bawa mobil juga gamau. Mandiri sih boleh, tapi gak segitunya."

"Iya bawel. Gimana?"

"Okay, nanti gue urus apartment-nya. Kapan mau pindah?"

"Secepatnya." Jawab Agni. Ia tidak mau berlama-lama tinggal bersama Leona. Sejujurnya, ia tidak membenci Leona. Apapun yang akan terjadi di masa depan belum terjadi. Ia sadar ia berada di dalam dunia yang ditulis oleh seorang penulis. Tapi ia percaya dengan mimpi yang ia dapatkan, ia bisa mengubah jalan cerita hidupnya. Ia tidak memiliki attachment dengan Leona, dan tidak berharap memilikinya.

***

Leona terdiam di sudut kamar kost mereka yang kecil, matanya berair setelah mendapatkan berita yang mengagetkan dari teman sekamarnya.

"Is there anything happen that  I don't know?" Tanya Leona sedih, ia tidak menyangka Agni ingin pindah setelah tinggal bersama sejak awal mereka kenalan saat masuk kampus.

"Nothing. Lo jangan berlebihan gitu, gue cuma mau tinggal sama Agam aja. Biar bisa ngurusin dia juga."

"Tapi sebulan lalu kan udah settle kalau lo gak jadi tinggal sama Agam" Ia pernah berpikir ketika Agni membahas hal ini bulan lalu, Agni akan menawarinya untuk tinggal di apartment bersama. Namun ketika Agni memilih untuk tinggal di kost-an bersamanya, ia juga tidak mempermasalahkannya. Selama Agni ada di dekatnya.

"Sorry, gue berubah pikiran. Gue juga mau fokus dengan banyak hal. Akan lebih baik jika gue tinggal sama Agam, gak ngerusuhin lo juga"

Selama ini, kamar mereka selalu didatangi orang setiap harinya. Teman sekelas Leona, teman kelompok Leona, anak-anak dibawah kepemimpinan Leona, teman-teman organisasi mereka berdua yang sangat dekat dengan Leona, deretan cowok yang menyukai Leona sampai pacar Leona yang sekarang. Agni selalu diam diatas kasurnya menggunakan headset dengan volume keras untuk fokus dengan pekerjaannya setiap kali orang-orang masuk di kamar mereka.

"Tapi,"

"Selama ini lo adalah orang yang ngurusin gue di kamar. Ngeberesin kamar, marahin gue kalau gue malas, milihin baju untuk ke kampus. Kali ini, gue mau belajar ngurus diri sendiri."

Perkataan Agni tidak salah. Sedikit banyaknya, Leona membantunya dalam banyak hal. Pemeran utama yang sangat baik terhadap sahabatnya.

"Untuk kost-an, kemarin gue udah bayar bagian gue untuk satu tahun. Gak akan gue ambil. Untuk tahun depan lo bisa cari roommate baru sampai kita lulus."

Leona menitikkan air mata kesedihan.

***

Gadis ini menyusun barang-barang yang ia miliki di dalam kamar kost yang ia tinggali dua tahun lamanya. Ia tidak ingin memiliki perasaan buruk terhadap Leona dan ia tahu Leona tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka hanyalah karakter yang ditulis oleh seseorang. Hanya saja, Agni yang sadar dengan dunia yang ia miliki sekarang tidak bisa menerima itu. Ia percaya ia bisa mengubah hidupnya jika ia berusaha. Di akhir, Leona tetaplah seorang pemeran utama yang memiliki hidup dengan cerita luar biasa dan menikah dengan orang yang ia cintai, kemudian menjadi pengusaha ternama di Indonesia. Ia tidak pernah berniat melakukan hal buruk, hal buruk yang datang di setiap hal yang Leona lakukan.

Ia hanya perlu melakukan yang terbaik dan menghalangi hal-hal buruk datang di hidupnya dan orang yang ia cintai. Ia akui, selama menjadi sahabat Leona dua tahun kebelakang ini, ia merasakan iri dan cemburu yang ia coba lupakan. Sehebat apapun pencapaian yang Agni dapatkan diluar sana, dengan wajah yang selalu menunduk dan jiwa yang depresi tidak bisa membuat Agni menjadi orang yang bahagia. Seketika ia tidak lagi merasakan depresi dan menjadi jiwa yang baru. Ia tahu, perjalanan yang ia harus tempuh masih terlalu panjang.

"Lo udah selesai packing?" Tanya Leona pada Agni yang merenung di depan koper besarnya.

"Udah, besok pagi Agam bakalan jemput gue."

"Gue bakal kesepian, Ni."

Walaupun personality Leona tidak cocok dengannya, Leona adalah orang yang gampang bergaul dan disukai semua orang. Selain pacarnya, ada banyak orang yang akan menjadi support system Leona. Tidak sepertinya yang selalu menyendiri.  Ditambah lagi dengan penampilannya yang cantik secara natural, alis yang tertata rapi, kulit yang putih, rambut hitam dan tubuh yang memiliki lekuk, ada banyak orang yang senang berteman dengan perempuan independen, aktif dan menarik seperti Leona. Ia malah menebak kamar kost yang sempit ini akan semakin sempit dengan kehadiran banyak orang setelah kepindahannya.

"Gak akan."

"Terus kita gak satu kelas lagi. Gue bakalan jarang banget ketemu lo." Ucapnya lagi. Agni dan Leona memilih konsentrasi yang berbeda, sehingga tidak ada kesempatan untuk mereka berada di kelas yang sama mulai dari semester ini.

"We can hang out."

"Janji ya?"

Agni mengangguk, walau ia yakin itu akan menjadi hal yang sulit.

****

Awalnya cerita ini aku kasih judul "Supporting Character Life" tapi aku berubah pikiran karena judulnya terlalu mainstream. Seperti yang sudah kalian baca, cerita ini tentang Agni yang merasakan hidup sepuluh tahun kedepan dalam mimpi dan di akhir melihat seorang penulis menuliskan kisahnya, sebagai seorang pemeran pendukung.

Jika kalian bertanya apakah aku terinspirasi dari Extraordinary You, jawabannya adalah tidak. Meskipun aku penggemar manga dan dramanya, juga menonton berkali-kali. Sebenarnya aku sudah kepikiran menulis cerita tentang time travel (bahkan menulis draft time travel dengan tema lain sebelumnya) dari jauh hari. Dan belakangan ini aku banyak membaca novel translate dari China yang membuatku terinspirasi untuk membawa cerita dengan latar belakang time travel yang tidak obvious.

Semoga kalian suka dengan cerita ini. Kutunggu komentarnya!

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang