Agam terburu-buru pulang dengan alasan ada kelas di kampus dan meninggalkan Agni sendirian di ruangan ini. Sang kakak yang berpikir tidak ada yang harus Agam lakukan disana memberikan ijinnya. Ia tidak tahu bahwa alasan Agam pulang adalah tatapan Levon yang membuatnya terintimidasi. Ia harus mengakui sang kakak mengeluarkan aura yang cukup serupa dengan Levon.
"Terima kasih pak Levon sudah menyempatkan waktu bertemu saya."
"Levon," Balas lelaki itu.
"Huh?"
"Panggil saya Levon, gak perlu panggil pak."
Agni mengangguk kaku, "Oke, makasih atas kesempatannya."
Levon menggeleng, "Tidak, terima kasih sudah datang."
Keduanya terdiam setelah ucapan Levon.
"Ah, terima kasih juga atas challenge nya yang membuat saya berani memulai Credible Mengajar."
Levon mengangguk, "Hasil challenge ini sangat memuaskan."
"Terima kasih." Jawab Agni singkat.
"Mengenai kesempatan pitching investor, mengapa kamu tidak menggunakan resource dari sini?"
Agni berusaha menutupi rasa terkejutnya, tidak mungkin seorang General Manager yang mengurus puluhan perusahaan dibawah Sudjatmiko Group datang menemuinya hanya untuk bertanya tentang hal ini, kan?
"Well, Kor Corporation merupakan partner utama yang dibutuhkan dengan virtual reality-nya. Saya juga tahu mereka ingin melakukan expansion ke Indonesia. Saya percaya mereka pasti akan rela melakukan investasi." Agni memberitahukan pemikirannya.
"Bagaimana dengan kesempatan yang sudah tersedia?" Tanya Levon lagi.
Agni terdiam sejenak, ia lupa peluang investasi juga menguntungkan bagi investor yang ingin mendukung startup baru. Apalagi jika perusahaan tersebut berkembang pesat, investasi yang mereka lakukan akan memberikan hasil berlipat ganda.
"Maaf, saya tidak terpikir sebelumnya. Sebenarnya ada yang ingin saya ajukan ke Sudjatmiko Group dan para investor."
"Apa itu?"
Perempuan ini tersenyum, tak menyangka atas kesempatan yang ia dapatkan hari ini.
"Saya tahu sebagai salah satu grup perusahaan besar ada CSR yang harus dilakukan. Saya ingin mengajukan investasi untuk mengembangkan Credible menjadi sebuah universitas dengan basis pembelajaran virtual reality di dalam kelas. Dengan pembagian saham yang adil, kampus ini bisa menjadi bagian dari CSR Sudjatmiko Group dengan memberikan beasiswa."
Levon menganggukan kepalanya tertarik dengan apa yang diajukan Agni.
"Tapi sebuah kampus adalah hal yang besar. Kamu yakin bisa menghandle hal sebesar ini?" Tanya Levon.
"Tentu, saya sudah menemukan orang-orang yang tepat dalam membantu saya. Bagaimana dengan kesempatan presentasi lain kali?" Tawar Agni.
Levon mengangguk, "Okay, empat hari dari sekarang. Disini."
Menyadari ia dihadapkan dengan kesempatan besar atas sebuah mimpi yang belum sempat ia wujudkan di masa depan yang dalam mimpinya, Agni tersenyum puas. Ia tidak menyangka Levon memberikan kepercayaan untuk pitching hal sebesar universitas.
"Setelah ini, kamu mau kemana?"
"Balik ke kampus. Ada tugas yang harus saya kumpulkan."
"Bagaimana jika kita makan siang dulu, ada restoran Perancis yang terkenal di depan."
Agni mengangguk, "Okay, why not?"
***
Agni memperhatikan setiap gestur yang dilakukan oleh Levon di hadapannya. Ada aura yang berbeda dari Levon dan tidak mudah untuk ditiru siapapun. Ia menyesali informasi yang ia miliki mengenai Levon sangat terbatas. Ia tidak tahu orang seperti apa lelaki yang ada di hadapannya ini. Rasa penasarannya muncul.
"How do you like your fish?" Tanya Levon memperhatikan Agni yang menikmati makan siangnya dengan lahap.
"Excellent. How do you like your steak?" Agni bertanya balik.
"It's okay."
"Sering makan disini?" Pertanyaan sederhana dari Agni membuat Levon terkejut.
"Not really. Biasanya dibungkus dari sini sih. But I don't really have time to eat here." Jawab Levon jujur. Pekerjaannya sebagai General Manager membuatnya harus berkutat di perusahaan, atau bepergian setiap hari memastikan kinerja perusahaan berjalan baik. Sebagai anak pertama dan dipercayai, ia harus bekerja keras untuk membuktikan kemampuannya pada Direktur Utama dan Komisaris, ayah dan kakeknya.
"Kehidupan seorang pengusaha handal memang berat ya. Kesempatan luar biasa dong untuk saya bisa makan siang dengan kamu." Ucap Agni.
Levon tersenyum, "It is also an opportunity to have lunch with you." Balasnya.
Pertama kali Levon melihat Agni di press conference Credible Mengajar, ia merasakan ketertarikan dan rasa penasaran yang cukup dalam pada gadis muda yang terlihat percaya diri dan tangguh itu. Alih-alih menggunakan latar belakangnya, Agni bekerja keras sendiri dan bahkan mengikuti challenge untuk membangun usahanya. Ia kagum dengan Agni.
Sebagai seorang pewaris perusahaan, ia mengenal banyak sekali perempuan hebat, tangguh dan independen. Juga sesama pewaris perusahaan yang berada di lingkarannya. Tapi ia kaget dengan sikap Agni yang santai, acuh dan rendah hati. Ia terlihat tulus dalam apapun yang ia lakukan. Ia juga melihat bagaimana Agni menyemangati seluruh karyawannya di kegiatan hari itu seperti keluarga.
"Levon, terima kasih atas makan siangnya. I appreciate it a lot." Ucap Agni setelah menyelesaikan makan siang mereka. Ia cukup kaget dengan tawaran makan siang dan sikap hangat yang diberikan oleh Levon. Lelaki di hadapannya ini tidak pernah muncul di kehidupannya dalam mimpi. Agni menyadari dengan setiap keputusan yang ia ambil, plot cerita hidupnya juga berubah mengikuti alur.
"I will take you back."
Agni menggeleng, "It's okay."
"Mobil kamu dibawa Agam, kan?" Levon mengingat pembicaraan antara kakak dan adik itu sebelumnya.
"Aku bisa naik taksi kok."
"I insist. I will take you back, okay?"
Melihat upaya Levon dalam membawanya pulang, ia mengangguk. Hal yang membuatnya kaget adalah seorang Levon yang merupakan orang penting memutuskan untuk menyetir mobil sendirian. Keduanya duduk diam sepanjang perjalanan.
"Kamu gak khawatir bawa mobil sendiri?"
Levon memberikan tawa kecil, tawa pertama yang lelaki itu tunjukkan hari ini.
"Khawatir dengan kemampuan menyetirku?"
"Enggak, bukannya pengusaha besar kayak kamu harus selalu waspada ya." Agni sering membaca dalam grup pertemanannya mengenai hal-hal yang mereka lewati sebagai keluarga terpandang. Agni biasa hidup mandiri dan sederhana, ditambah keluarganya menganut jiwa tradisional yang kental sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Perusahaan keluarganya juga tidak sebesar Sudjatmiko Group yang memiliki cabang di berbagai negara. Sebagai pewaris utama keluarga Sudjatmiko Group yang merupakan perusahaan besar, bukankah seharusnya Levon mendapatkan pengawasan yang ketat?
"I do what I want to do. I've been through a hell of training since I was young. Driving between my office to your university won't do any harm." Jawab Levon percaya diri.
"Wow, saya tidak menyangka kamu orang yang percaya diri sekali." Goda Agni. Entah mengapa ia merasa cukup nyaman untuk bercanda dengan lelaki yang baru ia temui beberapa jam yang lalu itu.
"Well, it's my charm. Have I amuse you?"
Agni terdiam, menyadari maksud yang dikatakan oleh Levon.
**
Hi, guys. Aku memutuskan untuk posting bagian ini dan semoga, beberapa hari ke depan masih bisa posting. Karena mulai besok aku gak akan ada waktu untuk menulis.
I am going back to mini-thesis hectic life.
So far, what do you think about Agni though? I am curious.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agni, pemeran utama [discontinue]
Chick-LitTerbangun dari mimpi buruknya, Agni menjalani sepuluh tahun penuh penderitaan hingga akhirnya meninggal dunia. Ia selama ini merasa rendah diri, tanpa pencapaian dan tidak berhasil menggapai impiannya hingga depresi menutup diri dari semua orang kec...