Tiga Belas

123 14 0
                                    

Agni menyebut dirinya sebagai qualified crusher. Menjadi penonton dalam hubungan Leona dengan para cowok yang mendekatinya di perkuliahan sampai akhirnya berpacaran dengan Pram, seringkali ia merasakan suka dengan orang-orang di sekitarnya. Tentu saja hal itu tidak berjalan baik mengingat bagaimana kekehnya Leona mendekatkannya dengan berbagai cowok termasuk Elang. Di dalam organisasi merah, ada seorang lelaki yang ia sukai bernama Revan. Akhirnya buruk, mengingat Agni yang selalu serius dan fokus dengan pekerjaannya tidak mengerti cara menerima Revan. Sejujurnya, ia tidak mengerti dengan cara mahasiswa di perkuliahan mendekati orang yang mereka sukai.

Ia terbiasa menjadi qualified crusher dimana ia mengikuti skenario jatuh cinta, bahagia sendiri, patah hati dan putus dengan bayangan orang yang ia sukai. Usianya sudah hampir dua puluh tahun, selama itu pula ia masih sendiri.

Ia percaya masa depan dalam mimpinya tidak akan terjadi. Akan tetapi Agni yang ada di masa depan itu sudah merasakan sebuah kepedihan dalam hubungan. Jatuh cinta dengan polosnya di masa kuliah, menikah dan kemudian meninggal dalam keadaan tidak dicintai. Ia bisa mengingat perasaan sakit antara dirinya dan Elang yang tidak akan pernah mencintainya. Di dalam memorinya, ia tidak pernah bertanya kepada Elang apakah lelaki itu pernah memiliki perasaan terhadapnya. Di masa kini, ia tidak mau tahu jawabannya. Ketulusan yang dirinya berikan sia-sia. Bahkan orang lain bisa melihat kasih sayang yang ia berikan kepada Elang, ketegaran yang dimiliki Agni di masa depan untuk tidak menyalahkan lelaki itu.

Sekejap Agni kesulitan untuk bernapas, seperti yang Agni masa depan rasakan dalam hari terakhirnya hidup. Anak sebatang kara yang pulang ke dalam rumah yang dingin dan kosong. Bertahan dengan obat penenang dan obat tidur. Melihat sahabat baiknya hidup bahagia, dan terus menerus membuatnya merasa inferior. Ia tidak menemukan orang yang membunuh Agam, tapi di dalam akhir hidupnya ia menemukan orang yang membunuhnya. Leona. Kisah pemeran pendukung yang kejam.

Agni yang ada di masa kini dan Agni di masa depan adalah dua orang yang berbeda. Agni di masa depan sudah merasakan sakit, kekecewaan dan mati mengenaskan karena kesepian. Agni juga sudah melakukan segala hal dalam mencintai Elang sepenuh hati. Tapi Agni yang ini memiliki kepercayaan diri untuk menjadi orang yang lebih tegar, sigap dan siap untuk bahagia. Ia tidak menyalahkan siapa-siapa karena ia belum merasakannya.

Sebagai seseorang yang tidak pernah berpacaran selama dua puluh tahun Agni tidak menyangka bisa merasakan kisah cinta yang begitu memilukan. Kali ini ia percaya dirinya bisa mencegah semua itu terjadi.

She doesn't want to have anything with Elang at all.

***

"Terakhir, kepercayaan itu adalah hak semua orang. Tapi tidak semua orang bisa membuktikan kepercayaan tersebut. Terima kasih sudah mendengarkan presentasi saya." Tutup Agni dalam presentasi yang berjalan lebih dari tiga jam itu. Perempuan muda ini telah menyiapkan diri habis-habisan dalam proposal pembangunan universitas yang diajukan, termasuk dengan plan akademik, pembiayaan sampai eksekusi marketing.

Sebagai yang termuda di dalam ruangan ini, ia telah membuat investor di dalam ruangan ini kagum. Seluruh tatapan tertuju pada Agni, terutama Levon yang semakin terkesan dengan perempuan yang ada di hadapannya itu.

Tepukan tangan pelan terdengar, seolah menunjukkan rasa percaya yang ada di dalam diri masing-masing personal di dalamnya.

"Kenapa kita harus berkolaborasi? Sudjatmiko Group bisa saja mendirikan universitas sendiri jika kita ingin." Tanya salah satu investor dan pemilik saham di bawah perusahaan Sudjatmiko.

"Karena Credible sudah memiliki brand di Indonesia, selain itu konsep virtual reality di kampus bukan sesuatu yang bisa dicapai siapa saja. Dalam hal ini, kita sama-sama diuntungkan, bukan?" Agni percaya diri memberikan jawabannya.

Ia sudah memberikan alasan mengapa Sudjatmiko Group harus bekerjasama dengan Credible, dan alasan salah satunya adalah dengan kehadiran Basuki Subroto, seorang seniman ternama yang tidak mau muncul di hadapan publik. Salah satu jurusan utama yang ditawarkan adalah jurusan seni. Satu-satunya alasan mengapa Basuki Subroto mau bergabung dalam kampus ini adalah hubungan persahabatan antara sang kakek. Tumbuh dan besar, Agni memiliki hubungan kakek-cucu yang baik dengan Basuki Subroto.

Selain itu, Agni juga sudah menyediakan sederet alasan seperti dosen-dosen yang sulit didekati namun berhasil didapatkan oleh Agni, branding yang ditawarkan dan konsep secara keseluruhan. Kerjasama yang menguntungkan dengan pembagian saham yang fair tanpa involvement besar. Kill two birds with one stone. Mengerjakan dua hal dalam satu usaha. Perusahaan mendapatkan CSR dan tidak perlu menghabiskan sumber daya untuk memulai dari awal.

"Lalu, kenapa bekerjasama dengan Sudjatmiko Group? Saya yakin kamu bisa mendirikan kampus sendiri jika kamu mau."

Agni menggeleng, "Untuk bisnis pribadi, saya tidak ingin menggunakan kekuatan keluarga saya. Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri."

"Baik, kita akan berikan jawaban dalam waktu dekat." Salah satu investor tersebut menutup diskusi mereka.

Agni mengangguk dan menjabat tangan mereka. Aura wibawa yang diberikan oleh Agni mengalahkan usia mudanya. Berasal dari keluarga terpandang dan memiliki kecakapan, mereka memiliki pandangan positif terhadap Agni.

Terakhir, Levon tersenyum ke arah Agni yang terduduk setelah seluruh investor pergi. Kaki Agni lemas karena gugup. Kegugupan itu memang tidak terlihat, tapi di dalam diri Agni, hal seperti ini merupakan sesuatu yang baru baginya setelah lama tidak bersosialisasi dengan orang banyak. Apalagi untuk sebuah proyek yang sebesar ini.

"Minum dulu," Levon menawarkan segelas air yang langsung dihabiskan oleh Agni.

"Gugup?" Tanya Levon lagi, kemudian dibalas anggukan oleh Agni.

"I think your concept is great, you are a great businesswoman." Puji Levon.

"I am learning." Jawab Agni rendah hati. Dalam hati ia berkata pada dirinya sendiri, jika ia tidak bisa memenangkan kerjasama seperti ini, tidak mungkin di masa depan ia bisa menjadi ratu real estate di Indonesia. Ini adalah sebagian kecil dari apa yang harus ia gapai.

"Jadi, mau makan siang bareng?"

Agni mengangguk, "Kalau memang itu membantu seorang Levon makan siang dengan proper, kenapa enggak?"

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang