Tujuh Belas

157 18 2
                                    

Leona menyeka air matanya setelah menangis untuk waktu yang lama memeluk Agni. Mereka sampai di kafe yang tadi menjadi tempat duduk Leona. Leona memperhatikan keadaan sekitarnya, ia tahu Pram dan Padma sudah pergi. Ia melihat Pram dan Padma di salah satu bangku khusus dan mendengarkan pembicaraan mereka, sementara ia menangis di dalam kamar mandi, keduanya telah pergi. Kafe ini menjadi saksi rasa percayanya terhadap Pram yang perlahan hilang.

Ia menatap lelaki dewasa yang berada di samping Agni. Tampan dan percaya diri. Lelaki ini memberikan aura sombong, seperti seorang penguasa. Dengan pakaiannya yang serba hitam, ia bisa melihat lelaki ini merupakan eksekutif muda. Ia pernah melihat Agni keluar dari mobil dengan lelaki ini.

Agni yang menyadari Leona memandangi Levon berpikir bahwa perempuan itu tidak nyaman dengan kehadiran Levon.

"Kamu bisa duduk di tempat lain sebentar?" Ucap Agni. Levon tersenyum kearah Agni, menggenggam tangan perempuan itu sejenak lalu berjalan menjauh.

"Sekarang cerita, apa yang sebenarnya terjadi?"

Leona menyeruput air yang ada di gelasnya, menarik napas sebelum membuka mulutnya.

"Tadi gue lihat dia dan Padma disini. Mereka cerita tentang gue. Padma tidak setuju dengan gue yang katanya tidak terlihat memiliki intelektual dan berasal dari keluarga biasa. Dan lo tahu, Padma juga bilang dia tahu kalau Pram tidak benar-benar percaya dengan gue, karena dia menggunakan lo untuk ngenalin gue. Seharusnya Pram bisa aja ngenalin gue dengan percaya diri ke keluarganya. Selain itu, mereka bicara tentang perempuan-perempuan yang cocok untuk menjadi bagian keluarganya. Pram gak ngebela gue sama sekali, Ni. Dia terlalu kejam." Leona memulai ceritanya dengan dramatis.

Selanjutnya, ia bercerita bagaimana perasaannya. Ia tidak terima dengan Pram yang tidak membela nya, berkata lelaki itu berbohong mencintainya dan bahkan menyebutkan tentang keluarganya yang meskipun tidak kaya tapi terpandang di kampungnya. Tidak pernah ada yang mengatakan hal ini padanya, juga jejeran lelaki yang mendekatinya.

Agni berusaha mendengarkan Leona dengan baik, meskipun dalam hati ia tidak bisa menerima argumentasi Leona. Ia tahu dari awal bahwa Pram tidak benar-benar percaya diri bahwa Leona bisa menjadi bagian dari keluarga mereka. Leona merupakan perempuan yang selalu percaya diri, sombong, dikagumi semua orang dan disayangi oleh semua saudaranya. Keluarganya tidak kaya tapi kakak-kakaknya memiliki profesi ternama. Hal ini juga alasan mengapa di mimpinya, Leona hanya bisa diterima setelah ia dorong berkali-kali dan dukung dengan segala hal. Tidak berlebihan jika mengatakan Agni adalah alasan mereka bisa bersatu di masa depan.

Tapi kali ini, sepertinya rasa percaya Pram kepada Leona semakin turun. Ia tidak tahu apa yang terjadi diantara keduanya tapi ia bisa menebak, itu karena Leona merasa percaya diri dengan dirinya. Kali ini, ia sudah merasakan ikut ke dalam pesta dikelilingi orang-orang ternama, memakai pakaian terbaik, dengan penampilan terbaik. Sementara Pram tidak mengubah perlakuannya ke Leona, dan tetap memperlakukannya seperti biasa. Bersama-sama di kost-an yang lusuh dengan kegiatan organisasi yang padat. Sepertinya Leona mulai serakah dengan apa yang ia miliki.

Agni memberikan tisu dan menyuruh Leona untuk menghapus air matanya yang kembali bercucuran saat bercerita. Sesungguhnya ia tidak tahu harus bagaimana. Leona, seperti karakter yang telah dituliskan merupakan seseorang yang selalu ingin menang, manja dan mendapatkan perhatian semua orang. Mendapatkan yang terbaik. Ia menyalahkan set-up cerita Leona yang menurutnya menyebalkan.

"Lo masih sayang sama dia kan? Buktinya lo gak konfront dia, malah nangis gini." Kata Agni yang tepat menebak pikiran Leona.

Leona mengangguk.

"Jangan berasumsi. Gue tahu keluarganya seperti apa, dia pasti bisa nerima lo jika lo menunjukkan diri di depan mereka. Mereka bukan tipikal yang kolot kok. Padma memang gak punya first impression yang baik, tapi lo bisa mengubahnya, kan?" Agni menyemangati Leona.

"Lo harus bantu gue. Gue masih sayang banget sama Pram." Ucap Leona masih dengan wajah sedihnya.

Agni ingin mengelus dadanya, sepertinya takdir tidak bisa memisahkan dirinya dalam kehidupan Leona. Bukan hal yang buruk sekali sebenarnya, selalu dibutuhkan tantangan untuk membuat hidup menjadi lebih berwarna. Ia tidak tahu sejauh apa tindakan yang ia lakukan mengubah kehidupan Leona, tapi ia bisa membantu Leona untuk mendapatkan akhir yang ia harapkan.

"Okay, gue akan bantu lo. Gak usah khawatir."

"Thank you, roommate kesayangan." Ucap Leona memeluk Agni erat.

"Sekarang lo baik-baik aja, kan? Mau gue antar pulang?" Kata Agni lagi.

"Gak usah. Gue mau mikirin lagi kejadian tadi dan apa yang harus gue lakuin."

Agni memasang wajah khawatir, "Tapi ingat, lo gak boleh jadi orang linglung kayak tadi."

"Siap, bos."

Leona kemudian melirik Levon yang duduk dengan tenang, sibuk berbicara melalui telepon.

"Siapa tuh?" Tanya Leona penasaran.

"Seseorang yang lagi mendekati gue." Ucap Agni percaya diri. Ia tidak ingin mengelak dan menolak cinta yang datang padanya. Ditambah lagi, Levon adalah lelaki yang membuatnya nyaman dan merasa disayangi. Buktinya, lelaki itu memilih menemaninya walaupun harus mengurus pekerjaan dari jauh. Ia juga ingin menutup kemungkinan Leona yang suka dengan Levon. Walaupun Levon tidak ada di mimpi masa depannya, ia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.

"Wah, akhirnya roommate gue gak bakal jomblo lagi nih." Kata Leona tersenyum. Ia memperhatikan lelaki yang terlihat sangat karismatik tersebut. Dalam hatinya, ia merasa kaget dengan Agni yang tiba-tiba didekati seseorang yang menawan seperti lelaki itu. Selama ini, tidak ada yang mendekati Agni di kampus mereka.

Agni hanya tersenyum membalasnya.

"Nama dia?"

"Levon Sudjatmiko." Jawab Agni ringan yang membuat kedua mata Leona terbuka lebar. Jangan bilang, lelaki yang mendekati Agni adalah bagian dari keluarga Sudjatmiko? Pemilik kerajaan bisnis ternama di Indonesia dan mancanegara. Ucapnya dalam hati.

"Sudjatmiko?" Leona berkata lirih.

Agni tersenyum, tidak membalas lebih lanjut. Ia tidak ingin Leona ikut campur di kehidupan pribadinya. Tanpa membiarkan Leona berpamitan dengan Levon, Agni membiarkan Leona berjalan keluar kafe sendiri sementara tatapan Leona tidak berhenti menatap Levon. Agni tidak akan memberikan kesempatan untuk Leona mengganggu kehidupannya kali ini.

**

Hi, guys.

How's life treating you? I hope you all in a good condition, both physically and mentally.

Agni, pemeran utama [discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang