If We Break for the Last Time : Chapter 4. Dara

2.5K 185 15
                                    


Vote dulu coba sebeleum baca😊





"Woi, bro! Mau kemana?" seru Zelvin membuat yang disapa melambai tangan lantas menghampiri mereka bertiga.  Dia Garda, kakak kelas yang kini menjadi adik kelas mereka sebab tidak naik kelas selama dua tahun. Mereka melakukan tos lalu Garda menarik kursi, ikut bergabung bersama mereka. "Lama enggak keliatan lo, Bang, kemana?"

"Biasa gue sibuk." Garda melambaikan tangan pada pemilik kantin. "Mie ayam satu, Bu."

"Sibuk pdkt sama Sabrina?" timpal Rico.

"Loh, udah ganti? Bukannya waktu itu pdkt sama ukhty Nabila?" Zelvin menambahi.

"Abis dari yang solehah, pindahnya ke yang astaghfirullah. Wah parah lo, Bang." mereka lalu ribut sendiri mengintrogasi Garda perihal hubungannya dengan gadis sexy pentolan SMA Dirgantara itu. Pasalnya gadis itu hobi bergonta-ganti pacar dan herannya mengapa Garda mau dengan gadis seperti itu.

"Halah, berisik lo berdua." Garda mengambil sebilah rokok lalu menyebatnya. "lo enggak nyebat, At?" katanya, melihat Atlanta yang sedari tadi hanya diam terlihat tidak tertarik dengan topik pembicaraan yang dibahas.

"Udah abis tiga batang dia mah, Bang," sahut Rico.

"Kenapa, putus cinta?"

Atlanta mengangkat bahu, meminum teh hangat yang dipesannya. Matanya tertuju pada seorang gadis yang datang memasuki area kantin. Pakaiannya yang rapi begitu kontras dengan pengunjung kantin belakang yang notabennya awut-awutan. Siulan dan godaan receh mewarnai kedatangannya membuat gadis itu tidak nyaman.

Arah pandangnya tertuju pada segerombol anak kelas dua belas, tepat di mana Melia berhenti dan berinteraksi dengan mereka. Mereka nampak berdebat akan sesuatu hingga seseorang dari mereka berani merangkul bahu Melia sambil tertawa-tawa.  Atlanta tahu gadis itu risi tapi tidak bisa melawan, membuat Atlanta geram.

"Mau ke mana, At?"

Atlanta tidak mengubris pertanyaan Rico. 

Tanpa basa-basi Atlanta menarik kerah seragam cowok itu lalu melayangkan pukulan keras di rahang membuatnya tumbang. Kontan saja itu membuat kaget  mereka yang berada di kantin termasuk Melia yang sejak tadi tidak menyadari kehadiran Atlanta. "Bangun lo!"

Atmosfer kantin sekarang jadi berbeda, yang awalnya adem ayem kini berubah menjadi seperti ring tinju. Semua orang mendadak tegang namun enggan pergi sebab sebentar lagi akan ada tontonan seru yang sayang untuk mereka lewatkan. Beberapa dari mereka kini sudah antusias berteriak, menyoraki kandidat yang selalu jadi andalan dalam melumpuhkan lawan. "Punya masalah apa lo, datang-datang langsung nampar gitu?" Oki—jalau tidak salah itu namanya— dia menatap Atlanta tidak terima.

"Gue nggak punya masalah. Tapi lo yang cari masalah!"

"Kapan gue nyari masalah sama lo?"

"Lo godain dia, dan itu masalahnya!" Atlanta menunjuk Melia yang kini berlindung di belakangnya.

"Gue rasa itu bukan masalah lo lagi, At. Lo udah putus kan sama dia, jadi gue bebas mau ngapa-ngapain dia. Dan lo.." Oki menunjuk dada Atlanta dengan jarinya. "Lo enggak usah ikut campur!" sudah terlalu muak dengan bocodnya, Atlanta kini beraksi meninju rahang Oki hingga cowok itu terhuyung ke belakang mengenai kursi dan meja, membuat kantin menkadi heboh seketika. Bukannya memisahkan, orang-orang malah makin giat berteriak menjadi suporter, membuat kantin kian memanas. Zelvin, Garda dan Rico pun hanya menyaksikan, tidak tertarik ikut campur. Bahkan mereka bertiga berani bertaruh seratus ribu demi pertunjukan kali ini.

Tapi nampaknya Oki bukan lawan yang lemah. Keduanya terlibat ado jotos cukup lama—saling menyerang dengan tendangan dan pukulan. Alhasil bukan hanya Oki yang babak belur, tapi Atlanta juga.

If We Break for the Last Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang