If We Break for the Last Time : Chapter 5. Pertolongan Cewek Rese.

2.2K 141 10
                                    

Vote dulu deh sebelum membaca🌿 dan jangan lupa ajak temannya buat baca, 5 review terbaik bakal aku follback😘






"Kamu bela terus dia, sekalipun kamu tahu kalau anak kamu itu salah!"

"Setidaknya dia tidak membiarkan perempuan yang dia sayangi dilecehkan begitu saja oleh orang lain!"

"Dengan cara berkelahi? Kamu pikir itu sesuatu yang membanggakan?!"

Atlanta belum memulai harinya dengan kegiatan apa pun namun suara gaduh di ruang tengah membuatnya perlahan membuka mata. Matahari saja belum naik seperempat pagi, bahkan alarmnya pun belum berbunyi—ah atau sudah berbunyi namun Atlanta tidak mendengar— sudahlah, lupakan! Toh dia tidak peduli juga. Disibaknya selimut tebal yang tadi menutupi separut tubuhnya, menyusul ke ruang tamu tempat kegaduhan itu berasal. Kakinya berhenti di ujung anak tangga, menatap dari kejauhan dua orang saling beradu argumen di pagi hari.

Dihela napasnya yang terasa berat, bersandar pada pilar tangga. Bukan menjadi sesuatu yang langka jika paginya dibangunkan oleh pertengkaran kedua orang tuanya. Hampir setiap hari hingga rasanya pertengkaran menjadi sarapan pagi yang bergizi hingga begitu digemari. Dan dirinya lah yang menjadi objek setia yang selalu dibawa-bawa dalam setiap konflik drama keluarga ini. Tidak ada habisnya. Bahkan mungkin kekacauan sengaja diciptakan agar rumah ini terasa seperti miniatur neraka. Terkadang Atlanta merasa seperti orang asing bagi ayahnya, tidak pernah dipercaya. Sampai ia berpikir kalau dirinya memang anak pungut atau anak yang terlahir karena sebuah kesalahan hingga perlakuan ayahnya begitu berbeda antara dirinya dan Rebecca, atau dengan almarhum saudara kembarnya, Samudera.

"Anak kamu itu memang selalu membuat onar. Bisanya cuma bikin malu."

"Cukup, Mas!" Mayang berteriak, tidak tahan lagi mendengar dakwaan Dirga tentang putranya. "Harusnya kamu sadar diri dia seperti itu karena kamu! Kamu lupa, Mas, siapa yang sudah membuat keluarga kita berantakan? Itu kamu, Mas, bukan Atlanta!"

"Jangan kurang ajar kamu Mayang...." Dirga nyaris melayangkan tamparan ke pipi Mayang jika saja sebuah tangan tidak menahannya. Dirga yang kaget pun menoleh, mendapati Atlanta kini berdiri di antara mereka. Ditepisnya tangan Atlanta, membuang muka ke sisi lain ruangan dengan napas naik turun begitu cepat menahan emosi.

"Nggak puas Papa nyakitin hati Mama dan sekarang mau main fisik juga?" Atlanta tertawa mengejek, memandang Dirga tak habis pikir. "Papa bilang harus pakai otak. Jangan suka main kasar buat hal-hal nggak penting tapi sekarang saya justru diberi contoh murahan cara main kasar sama perempuan."

"Jaga mulut kamu Atlanta!"

"Sekarang Papa marah? Marah kenapa Pa, karena malu atau karena ego Papa yang selalu mau dibenarkan?" Atlanta tidak akan ambil pusing jika hanya dirinya yang jadi sasaran amarah Dirga, tetapi jika menyangkut soal ibunya apalagi sampai berlaku kasar Atlanta tidak akan pernah terima sekalipun itu ayahnya. Bukan ingin kurang ajar, tapi seperti yang dikatakan orang jika seorang ibu adalah cinta pertama anak laki-lakinya dan ia tidak akan membiarkan laki-laki lain menyakiti cinta pertamanya. "Saya harus bilang kalau saya kecewa sama Papa. Bukan karena Papa yang selalu nyalah-nyalahin saya atas segala hal tapi karena Papa nggak bisa menghargai Mama. Sadar Pa, siapa yang selama ini ada di samping Papa saat Papa terpuruk. Mama atau perempuan murahan itu.."

"Diam kamu Atlanta!" tidak dapat dielakan, tamparan keras terlanjur mendarat di pipi Atlanta. Mayang berteriak histeris melihat putranya diperlakukan demikian, ditariknya Atlanta menjauh dari amukan Dirga. Wanita itu memeluk Atlanta sambil tersedu. "Kamu tidak berhak membandingkan antara dia dan Mama kamu! Kamu itu cuma bocah ingusan yang selalu membuat masalah!"

Atlanta melepas pelukan Mayang. Ditatapnya Dirga penuh rasa kecewa yang mendalam. Tamparan di pipinya jauh tak ada apa-apanya dibanding rasa asing yang selama ini dirasakannya. "Makasih tamparannya. Kalau kurang puas, Papa bisa bunuh saya. Biar saya ngga jadi beban buat hidup Papa." setelah itu Atlanta berlalu, meninggalkan Dirga yang terpaku tanpa suara.

If We Break for the Last Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang