Thanks for 11K readsnyaaa... Eksededddd sekali akuuhhhh. Semoga tetap setia sama Atlanta yaa. Lope kalian semuahhhh😘
Vote dulu yuks sebelum baca. Buat yang kepo sama cast Atlanta, bisa tanya-tanya di part question (liat daftar isi) jawabannya bakal di update di part "Answer"
Oke. Tarik napas. Ini part yang paling emosional selama aku nulis ini. Bawaannya emosi jiwa. Tapi kalian harus tetap sabar.
Seseorang pernah bilang. Tidak ada batu yang terlalu keras untuk dipecahkan. Bahkan jika memang terlalu keras maka lempar saja ke air dia pasti akan tenggelam.
Bukan hal baru dalam hidup Atlanta jika malamnya ia selalu tidur larut. Entah kebiasaan buruk itu sudah terjadi sejak usia berapa yang jelas malam tak pernah begitu berpengaruh untuk dirinya. Dulu, mungkin malamnya akan dihabiskan di klab bersama Zelvin dan teman-temannya yang lain. Malam seakan dibuat hidup oleh gemerlap lampu disko dan minuman beralkohol yang dianggapnya sebagai penenang. Namun, sejak ia memutuskan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, Atlanta menghabiskan malamnya dengan duduk di balkon kamar ditemani secangkir kopi. Menerapkan cara klasik menikmati malam sambil melihat pemandangan komplek yang setiap harinya sama saja.
Membuka ponselnya, Atlanta masuk ke galeri. Sebuah foto klasik dengan pixel rendah (gambarnya terlihat buram) dua anak kecil berfoto dengan ekspresi datar. Satu di antara mereka yang posturnya lebih tinggi—memegang pistol air dengan bedak tabur tidak rata di pipi gembilnya, itu Samudera. Dan itu adalah hari terakhir mereka bersama-sama sebelum penyakit asmanya kambuh dan harus tutup usia di umur 5 tahun.
Bukan hal yang mudah bagi Atlanta menerima semuanya. Melihat Samudera terbungkus kain kafan dan dimasukkan ke liang peristirahatan terakhir membuatnya sakit selama berminggu-minggu. Belum lagi kedepannya ia harus menghadapi sikap dingin Dirga padanya. Ada namun tak pernah terasa figurnya sebagai Ayah. Jika anak-anak lain punya cerita seru bersama ayahnya, Atlanta tidak. Memangnya apa yang mau diceritakan? Kesibukan atau sikap acuhnya yang setiap Atlanta ajak bermain Dirga selalu menjawab. "Ayah sibuk. Kamu bisa main sendiri."
Bahkan sekarang saat Atlanta menurunkan ego—menuruti segala hal yang Dirga inginkan, laki-laki itu tetap bersikap acuh. Entahlah, Atlanta tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran Dirga. Saking frustrasinya Atlanta pernah berpikir kalau dirinya hanya anak pungut yang dirawat atas dasar belas kasihan oleh Dirga.
Seseorang berdehem cukup keras membuyarkan lamunan Atlanta. Memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, Atlanta menyambut kaku kehadiran Dirga yang secara tiba-tiba.
"Pintunya tidak dikunci. Papa ke sini mau mastiin kamu tidak keluyuran."
Atlanta menarik senyum tipis kembali menumpu tangannya pada pagar pembatas. Udara semakin dingin dan angin semakin kencang menerpa wajahnya. "Papa kenapa belum tidur?"
"Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
"Papa pernah mikir di luar kotak nggak sih, Pah? Break the rules."
Dirga yang semula ingin segera berlalu, menahan langkahnya—berbalik pada Atlanta yang masih setia di tempat—menatap kosong pada jalan yang dinaungi cahaya lampu remang-remang.
"Apa maksud kamu?"
"Saya memang nggak bisa mengerti Papa dan mungkin juga sebaliknya. Papa nggak bisa mengerti saya. Tapi sedikitnya saya tahu bagaimana Papa. Orang yang ambisius dalam segala hal sampai Papa lupa kalau hidup nggak cuma tentang karier." Dirga tak menyanggah, membiarkan Atlanta meneruskan kalimat yang terlihat sudah menggantung di bibirnya. "Sesekali break the rules Pah, biar Papa bisa ngeliat sesuatu nggak cuma dari satu sudut pandang. Hidup nggak cuma tentang uang, dan keluarga nggak cuma tentang Ayah, Ibu, sama anak-anak tapi juga harus ada kehangatan di dalamnya. Dan sampai sekarang saya nggak pernah tahu gimana rasanya punya keluarga seperti yang orang-orang punya, karena saya cuma dapat kasih sayang dari Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Break for the Last Time [Completed]
Ficção AdolescenteCatatan : Cerita ini mengandung unsur ke uwuwan yang berbahaya untuk para jomblo. Beberapa adegan akan membuat kalian kesal sampai mau nampol (tapi nggak bisa- *ya udah tampol diri sendiri aja) wkk. Nggak percaya? Buktiin sendiri ya... *** Berpacar...