If We Break for the Last Time : Chapter 26. Curiga

848 75 12
                                    

(SLR)

Hei, kita itu sama. Sama-sama mengejar orang yang hatinya tidak untuk kita.




"Dasar tukang tikung!" Zelvin berteriak marah mendorong Atlanta hingga cowok itu tersudut di dinding. Tidak tahu apa masalahnya Zelvin datang dengan emosi dan langsung menghantam Atlanta dan melabelnya sebagai tukang tikung.

"Tukang tikung apaan? Emangnya gue nikung siapa dari lo?" Sungguh, Atlanta tidak mengerti apa yang sedang Zelvin katakan.

Menarik kerah seragam Atlanta, Zelvin benar-benar emosi. Api kemarahan berkobar di matanya. "Lo bilang kalau lo nggak suka sama Dara, tapi kenapa tiba-tiba lo tembak dia, huh?!"

Atlanta masih tidak mengerti, ia bahkan tidak bisa menyahut barang satu kalimat. Apa hubungannya tukang tikung dan status jadiannya dengan Dara. "Gue nggak ngerti, Vin, lo ngomong apaan? Apanya yang tukang tikung dan kenapa lo marah gue jadian sama Dara?"

"Goblok!" Zelvin menghempas Atlanta hingga punggungnya menghantam keras dinding beton. Atlanta benar-benar tidak punya kepekaan dengan apa yang selama ini Zelvin rasakan pada Dara. Sebagai orang yang lebih dulu mengenal dunia percintaan seharusnya Atlanta tidak perlu bertanya lagi apa sebab Zelvin marah seperti ini kepadanya. Sudah jelas bukan bagaimana selama ini Zelvin memperlakukan Dara?

"Vin, kalau lo ada masalah sama gue, ngomong! Jangan pakai cara norak kayak gini."

"Lo yang norak!" sanggah Zelvin cukup keras. "Lo harusnya tahu kalau selama inu gue suka sama Dara tapi kenapa lo malah nikung gue?! Lo ninggalin Melia dan lo jadiin Dara sebagai pelampiasan?"

"Jaga mulut lo ya, Vin!" sentak Atlanta, balas mendorong Zelvin hingga sepupunya itu termundur. "Gue sama sekali nggak pernah jadiin Dara pelampiasan! Gue tembak dia karena gue harus harus ngelakuin itu! Gue bahkan nggak tahu kalau selama ini lo punya rasa sama dia!"

"Itu karena lo bego!" hardik Zelvin. "Lo pikir kenapa selama  ini gue perhatian sama Dara? Lo pikir kenapa selama ini gue jagain dia? Itu karena gue cinta sama Dara, At! Dan gue nggak mau lo nyatikin Dara!"

"Kalau gue mau nyakitin Dara gue nggak mungkin ngorbanin hubungan gue sama Melia buat dia Vin!" Napas Atlanta keluar masuk dengan cepat. Ketegangan ini jelas membuatnya frustrasi. Membasuh kasar wajahnya, Atlanta menyadarkan dahinya ke tembok yang terasa dingin. "Gue tahu gue salah karena gue nggak pernah peka  kalau selama ini lo suka sama Dara. Tapi lo juga harus ngerti kalau gue ada di posisi sulit! Gue terpaksa tembak Dara karena gue mau bikin orang-orang yang berharga dalam hidup gue bahagia."

"Lo mau bikin dia bahagia karena terpaksa? Maksud lo apa sih, At? Lo emang mau mainin Dara, iya?!"

"Sama sekali gue nggak pernah kepikiran buat mainin hati siapa pun termasuk Dara, Vin. Tapi ini situasinya beda di mana gue harus putus sama cewek yang gue sayang demi orang lain. Dara sakit, Vin dan Melia minta gue agar selalu ada buat Dara karena—"

"Karena Dara suka sama lo, kan?"

Atlanta mengangguk tipis. Ah, Zelvin memang sudah tahu perihal itu sebab Dara memang sudah pernah menceritakan tentang perasaannya pada Atlanta. Namun, urusan sakit Zelvin tidak pernah tahu kalau gadis itu sedang sakit. "Emangnya Dara sakit apa, At?"

"Kanker darah stadium akhir, Vin."

"Leukimia maksud lo?"  Zelvin menggeleng tidak percaya. "Enggak lah, ini pasti lo bercanda kan?"

"Ngapain gue bercanda soal ginian, Vin?"

"Tapi ... kok bisa? Maksud gue, Dara kelihatan baik-baik aja, At. Gimana mungkin dia bisa punya penyakit separah itu?"

If We Break for the Last Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang