Vote sebelum membaca. Baca bismillah biar nggak emosi wkk
//Beberapa orang terlalu apik memainkan peran hingga watak aslinya sukses tersamarkan.//
"Nih hape lo." Zelvin yang saat itu baru datang meletakkan benda pipih bercasing hitam di atas meja Atlanta. Benda yang hilang beberapa waktu lalu di apartemen Zelvin. "Gue temuin di kolong sofa."
"Kok bisa, kemarin udah gue cari-cari di sana tapi nggak ada."
Zelvin menggedikkan bahu, menarik kursinya lantas duduk di sana. "Mana gue tahu. Mungkin lo nggak teliti aja nyarinya."
Rasanya Atlanta sudah mencari beberapa kali di kolong sofa tapi benar-benar tidak ada. Lagipula mana mungkin benda sebesar ini tidak kelihatan. Atau jangan-jangan memang ada yang sengaja menyembunyikan? Ah, sudahlah! Mengapa Atlanta harus ambil pusing? Toh yang penting ponselnya sudah kembali.
"Selamat pagi sohib-sohib gue yang budiman!" perhatian mereka tertuju pada Rico yang baru datang dengan wajahnya yang semringah penuh aura keceriaan. Namun menjijikan di mata kedua sahabatnya. Sambil bersenandung tidak jelas Rico menaruh tasnya pada sandaran kursi. Duduk menghadap meja keduanya sambil senyam-senyum seperti orang tidak waras.
"Kenapa lo, lupa minum obat?" sahut Atlanta, menutup buku tugasnya yang baru selesai dikerjakan.
"Enak aja lo ngatain gue gila. Enggaklah. Gue lagi senang aja."
"Apa yang bikin lo senang sampai lo jadi kayak orang nggak waras gitu. Senyum-senyum nggak jelas. Jijik gue liatnya." timpal Zelvin yang entah kenapa hari ini terlihat begitu sensitif.
"Santai bos, nggak usah pada kepo." Rico mengambil sesuatu dari dalam tasnya untuk dipamerkan. Sebuah kotak bekal berwarna pink dengan stiker bunga matahari melengkapi tutupnya.
"Lo dikasih bekal sama Oma Grace?"
"Kok Oma Grace sih? Bukan lah, Vin. Ini tuh bekal spesial dari orang yang spesial."
"Sarah?"
Rico menyengir lebar diikuti anggukan beberapa kali. "Tahu aja lo, At. Kemarin gue baikan sama dia. Abisnya dia nggak tega liat gue bela-belain nunggu depan rumahnya sampai malam."
"Dasar bucin!" sindir Zelvin yang sedari dulu gemas dengan gaya pacaran Rico dan Sarah. Rico yang terkesan sangat bucin membuatnya merasa terinjak-injak harga diri sebagai laki-laki. "Lain kali kalau cewek lo ngambek lo biarin aja. Belum tentu kan elo yang salah? Cewek tuh punya pemikiran absurd. Jangan terlalu dimanjain ntar ngelunjak." Zelvin beranjak dari tempatnya menyisakan tanda tanya di kepala Rico dan Atlanta yang kini saling beradu tatapan bingung.
"Kenapa tuh sepupu lo?"
Atlanta bergedik menggelengkan kepalanya, menatap punggung Zelvin yang menghilang di balik pintu. "Datang bulan kali."
***
Langkahnya berhenti ketika seorang gadis terlihat sedang santai membaringkan tubuhnya di sofa rooftop. Tubuhnya yang jangkung menghalangi cahaya matahari membuat gadis tersebut membuka mata. "Hai, Vin!" sapanya, dengan cepat menegakkan tubuh.
"To the point aja ngapain lo ngajak gue ketemu di sini?"
Dara tersenyum tipis menepuk sofa di sampingnya untuk Zelvin duduki. "Gue mau lo tepatin janji. Mana bayaran gue?"
"Bayaran apaan?"
"Bayaran karena gue udah ngelakuin tugas yang lo kasih!"
"Tugas yang mana? Gue nggak pernah ngasih lo tugas apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Break for the Last Time [Completed]
Novela JuvenilCatatan : Cerita ini mengandung unsur ke uwuwan yang berbahaya untuk para jomblo. Beberapa adegan akan membuat kalian kesal sampai mau nampol (tapi nggak bisa- *ya udah tampol diri sendiri aja) wkk. Nggak percaya? Buktiin sendiri ya... *** Berpacar...