A/N : Vote dulu sebelum membaca.
Ada hal tidak biasa dari penampilan Atlanta hari ini. Mulai dari cara berpakaian (seragam yang dimasukkan), hingga atribut sekolah lengkap yang dikenakannya: badge dan dasi yang terpasang rapi pada kerah seragamnya, serta potongan rambut baru yang membuatnya terlihat jauh lebih rapi dari hari-hari biasanya. Tidak ada lagi lengan seragam yang digulung atau aroma rokok yang menyeruak dari tubuhnya, sukses membuat semua mata tertuju pada cowok itu. Tiga sahabatnya pun ikut terpana, dengan mulut menganga lebar mematuti penampilan Atlanta hari ini.
"Oh man! Are you serious?"
"Wait, lo nggak lagi kesurupan kan?"
"Gila, rapi banget anjay!"
Kira-kira seperti itu luapan ekspresi mereka bertiga. Zelvin yang masih tidak percaya akan perubahan cepat Atlanta, menempelkan punggung tangannya di dahi cowok itu memastikan kalau Atlanta tidak sedang sakit. Begitupun dengan Rico yang langsung melafalkan surah-surah pendek, takutnya Atlanta benar-benar kesurupan jin. But, his normal.
"Kenapa lo pada jadi lebay sih? Emangnya salah kalau gue berubah?" tanya Atlanta, sudah cukup jengah dengan tatapan orang-orang sejak dari koridor hingga sekarang bertemu teman-temannya.
"No man, bukan gitu maksud kita. Cuma terlalu cepat aja dan kita masih belum terbiasa liat penampilan lo," sanggah Garda, menepuk bahu Atlanta.
"Iya, At, kita bukannya nggak ngedukung perubahan lo. Cuma kalau menurut gue ini terlalu cepat aja."
"Kalau memang lo berubah cuma karena lo balikan sama Melia gue rasa itu bukan sesuatu yang tulus dari dalam diri lo, At," Zelvin ikut menimpali. "Tapi semua balik lagi ke elo sih. Yang jelas kita semua bakal selalu dukung lo."
"Gila ya, lo pada gue cariin di atas ternyata malah ngumpul di sini." seruan dari arah pintu kelas membuat mereka berempat kompak menoleh. Dengan rambut acak-acakan dan mata panda yang menghitam di bawah mata Dara nampak kontras dengan Atlanta yang tampil sangat rapi hari ini. Gadis itu mematuti penampilan Atlanta dari atas sampai bawah. "Gila, kesurupan apaan lo, At? Rapi banget. Wanginya beda juga, lo udah bisa beli parfum?"
"Lo kira gue semiskin apa sampai nggak bisa beli parfum?" sahut Atlanta merasa tersindir.
"Beda lah, Dar, orang lagi berbunga-bunga. Baru balikan dia sama Melia," timpal Rico sambil menyikut Zelvin di sampingnya. "Salut sih sama sepupu lo, Dar. Bisa bikin troublemakernya Dirgantara tobat."
"Wait... Wait, lo nggak bilang kalau udah balikan sama Melia?" Dara menuntut penjelasan. Sebab Atlanta sama sekali tidak bilang apa-apa soal rencana balikan dengan Melia. "Kapan lo balikan?"
"Gue balikan udah dari kemarin dan gue lupa mau ngasih tahu sama lo."
"Aish, lupa, man. Semudah itu lo dilupain, Dar."
"Gue sih pedih. Udah jadi pacar pura-pura, pas balikan nggak dikasih tahu," timpal Rico. Entah mengapa mereka berdua gemar sekali menjadi kompor disegala topik.
Dara mendelik jengah, menarik kursi di samping Garda. "Biasa aja sih. Bagus lagi kalau mereka balikan jadinya gue nggak perlu lagi dekat-dekat sama si songong ini."
"Lo ngatain gue songong? Hah, nggak sadar diri emang," balas Atlanta tidak terima dibilang songong. Jelas-jelas dari awal gadis itulah yang songong, sampai Atlanta kesal sekali melihatnya.
"Cewek lo tuh lewat. Nggak mau nyamperin emang? Sekalian tuh pamerin penampilan baru lo." Garda menunjuk dengan dagunya ke arah jendela kelas. Terlihat Melia sedang berjalan di koridor membawa serta sebuah kardus yang entah apa isinya. Kontan saja Atlanta yang saat itu duduk santai di atas meja langsung berlari keluar menghampiri gadis yang telah memotivasinya untuk berubah menjadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Break for the Last Time [Completed]
Teen FictionCatatan : Cerita ini mengandung unsur ke uwuwan yang berbahaya untuk para jomblo. Beberapa adegan akan membuat kalian kesal sampai mau nampol (tapi nggak bisa- *ya udah tampol diri sendiri aja) wkk. Nggak percaya? Buktiin sendiri ya... *** Berpacar...