•16•

252 15 1
                                    

Jangan lupa vote ya karena vote dari kalian sangat berharga bagi author♡

Plagiat dilarang mendekat!!!

"Gimana udah siap?" tanya Kevin saat melihat Renia keluar dari kamar.

Renia tampak sedikit ragu lalu tak lama terlihat gadis itu menganggukan kepalanya. Kevin yang melihat itu melangkah mendekati Renia lalu memegang tangan gadis tersebut membuat Renia mendongak menatap wajah Kevin karena tubuh Pemuda itu yang sangat tinggi melebihi tingginya.

"Gue yakin enggak bakalan terjadi apa-apa," kevin tersenyum tulus ke arah Renia membuat gadis itu yang tadinya khawatir sedikit lebih tenang.

Drt... drt...

Getaran yang di timbulkan benda tersebut membuat kevin merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih yang berada di sakunya. Kemudian terlihat nama seseorang tertera dalam layar ponsel nya, kevin yang melihat itupun langsung mendengus dan tidak minat untuk mengangkat telpon. Sontak hal itu membuat Renia mengernyit bingung.

"Kenapa enggak di angkat?" Tanya Renia membuat Kevin menoleh ke arahanya.

"Enggak penting," balas Kevin.

"Udah ayo berangkat," titah Kevin lalu masuk ke dalam mobil begitupun dengan Renia.

Kevin mulai melajukan mobil meninggalkan apartemen. Di dalam mobil tak ada satupun dari mereka yang membuka suara kevin yang fokus ke depan untuk menyetir sedangkan Renia yang entah sedang memikirkan apa.

Beberapa menit kemudian mobil itu sudah terparkir di halaman rumah Renia. Renia yang merasa mobil berhenti langsung menoleh ke arah Kevin.

"Ayo turun," titah Kevin namun Renia tampak ragu-ragu sontak Kevin yang melihat itu langsung turun dan menuju ke samping mobil membuka pintu mobil untuk Renia. Hal itu membuat Renia menoleh ke arah kevin.

"Ayo," ujar Kevin mengulurkan tangannya pada Renia.
Dan terlihat gadis tersebut nampak ragu lalu membalas uluran tangan kevin dan mulai turun dengan hati-hati.

Renia terlihat berhenti tepat di depan pintu Rumahnya sontak membuat Kevin ikut berhenti dan menoleh ke arah Renia. Terlihat gadis tersebut menarik nafas dalam nampak terlihat gelisah Kevin tau itu. Kevin menggenggam tangan Renia sontak membuat gadis itu menoleh ke arahnya dan terlihat Kevin sedikit tersenyum.

"Tenang enggak akan terjadi apa-apa," ucap Kevin pada Renia.

Renia mulai mengetuk pintu yang besar tersebut lalu tak lama kemudian muncul seorang wanita paruh baya siapa lagi jika bukan Bunda nya. Wanita tersebut tampak lebih kurus dari biasanya Renia tau ini pasti karena memikirkan masalahnya.

"Oh kalian," ujar Wanita tersebut mencoba untuk cuek.

"Bunda," ucap Renia namun Rani enggan menoleh ke arahnya.

"Silahkan masuk," ucap Rani Sontak membuat Renia tersenyum kecut melihat perubahan sikap wanita itu padanya. Lalu kevin menarik Renia untuk ikut masuk.

"Barang-barang sudah saya kumpulkan di dalam koper itu," ucap Rani. Kini mereka tengah duduk di ruang tamu.

"Dan untuk kamu," Rani menoleh ke arah kevin. "Saya ingin bertemu dengan orangtua mu" ucap Rani sontak membuat Kevin sedikit terkejut begitupun dengan Renia gadis itu membulatkan matanya menoleh ke arah Rani.

"Secepatnya karena saya ingin meminta pertanggung jawaban dari orangtuamu," lanjut Rani.

Terlihat kevin menghembuskan nafasnya mana mungkin ia mengatakan pada orang tuanya jika ia tengah menghamili seorang gadis dan ia dimintai untuk bertanggung jawab.

"Baiklah secepatnya saya memberitahu mereka," ucap Kevin akhirnya.

Renia yang mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut pemuda tersebut terkejut karena ia tidak menyangka pemuda tersebut benar-benar ingin bertanggung jawab meskipun bukan karena kesalahannya.

"Baiklah saya hanya ingin melaksanakan tugas terakhir saya sebagai seorang ibu," Rani mencoba untuk terlihat Marah.

Renia yang mendengar penuturan dari wanita tersebut langsung menoleh ke arah wanita itu. Ia terlihat ingin menangis.

"Sekarang sudah tidak ada yang di bicarakan lagi," ucap Rani lalu melangkah pergi.

sungguh ia tidak sanggup berhadapan dengan putrinya itu. Satu sisi ia merasa ingin sekali berada di dekat putrinya dan satu sisi lagi ia kecewa atas apa yang telah di perbuat putrinya itu.

"Bunda!" ujar Renia saat melihat Rani pergi, namun Rani terus melangkahkan kakinya menuju ke kamar membuat Renia semakin merasa ia sudah tidak di inginkan lagi. Gadis tersebut tampak sedikit terisak sontak membuat Kevin mendekat.

"Udah ayo pulang," ucap Kevin di balas gelengan oleh Renia.

"Renia kangen bunda Renia sayang bunda," ucap Renia sembari terisak.

"Udah jangan nangis," ucap kevin memeluk tubuh Renia.

"Bunda udah benar-benar marah vin," kata Renia di sela-sela tangisnya.

"Enggak Ren nyokap lo cuman kecewa dan semarah apapun seorang ibu ia tidak akan pernah membenci anaknya sendiri," Kevin melepaskan pelukannya sembari menatap wajah Renia menghapus air mata gadis tersebut yang sudah mengalir deras.

"Udah sekarang kita pergi," kevin menarik beberapa koper yang berisikan barang Renia.

Renia terlihat mengangguk lalu melangkah keluar dari Rumah itu bersama kevin.

Sedangkan di sisi lain Rani tampak menahan isakan nya karena sedari tadi ia mendengar apa yang di katakan oleh Renia, hal itu yang membuatnya menangis atas apa yang gadis itu katakan. Ia ingin sekali mengatakan bahwa ia juga sangat merindukan anak semata wayangnya itu namun ego nya terlalu besar untuk mengatakan hal itu. Ia terlanjur kecewa atas apa yang putrinya perbuat hal itu membuatnya tidak sanggup berhadapan dengan putrinya itu.





'Bunda juga sayang kamu Ren maafkan bunda bunda terlanjur kecewa' batin Rani bersandar pada pintu kamarnya sembari terisak.




°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Jangan lupa vote&coment ya
Hargailah penulis
Kritik dan saran author tampung:)

because of an incidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang