Keesokan harinya Nara pun pergi ke sekolah seperti biasa, dengan menggunakan rok selutut berwarna abu-abu dan kemeja putih berlapis rompi putih juga, sambil membawa tas polos berwarna biru muda.
"Assalamualaikum lagi sekolahnya Nara, semoga bahagia hari ini, tanpa Rafa yang menemani. Eh salah deh" ucap Nara.
"Haiii temanku yang lagi patah hati, wkwkwk" ucap Fia.
"Apaan sih" ucap Nara dengan sinis.
"Emang bener kan" ucap Fia sambil mendorong Nara hingga hampir terjatuh.
"Emang siapa yang bilang salah sih" ucap Nara.
"Iyaiya, capek aku tu ngomong sama kamu, gak ada habis habisnya" ucap Fia.
Mereka pun sampai di kelas. Saat di kelas Nara melihat Rafa yang sudah tiba lebih awal daripada Nara dan duduk di tempat duduknya. Nara yang melihat itu dengan berat hati untuk menaruh tas nya lalu duduk disampingnya Rafa.
"Ra, knp sih kok diam diam aja, ada masalah ya" ucap Rafa yang kebingungan.
"Ohh, gak kok gak ada apa-apa. Lagi pengen diam aja, hehe" ucap Nara.
Pelajaran pun dimulai, saat itu Nara bertindak seolah-olah tidak melihat Rafa di sampingnya, karena Nara takut ia akan bertingkah yang aneh-aneh terhadap Rafa.
"Raf, beneran itu kemarin pacarmu?" ucap Nara dengan menggigit bibir nya kenapa ia bisa berkata seperti itu.
"Hah yang mana, yang kemarin di perpus. Bukanlah dia itu teman drama aku, dan di drama tersebut kami jadi sepasang kekasih. Kemarin yang dia bilang pacar aku itu cuman percobaan aja, apakah akting kami bakal bagus di drama nanti" ucap Rafa sambil tertawa.
"Owh jadi dia bukan pacar kamu" ucap Nara dengan hati yang terbang.
"Ohh jadi ini penyebab nya kamu diam terus dari tadi, karna kejadian kemarin" ucap Rafa sambil tertawa.
"Eh, nggak kok, bukan ini penyebab nya" ucap Nara dengan malu-malu.
"Masaaa" ucap Rafa.
"Iya beneran deh" ucap Nara sambil tersenyum.
Kringgggggggg bel istirahat berbunyi, anak-anak pergi ke kantin semua.
Sama seperti biasanya Nara pergi bersama Fia, dan dia menceritakan kejadian tadi.
"Fiaaaaa, aaaaa aku seneng banget" ucap Nara sambil mengambil tanga Fia dan menggandengnya.
"Apaan sih ni anak habis patah hati langsung seneng, harusnya langsung sedih. Emang kenapa seneng?" ucap Fia dengan heran.
"Rafaaaa, ternyata yang kemarin itu bukan pacarnya Rafa tapi temen main dramanya Rafa" ucap Nara.
"Lah terus" ucap Fia.
"Berarti Nara punya kesempatan dong buat dapetin Rafa" ucap Nara.
"Yaudah kesempatan nya cepetan di ambil sebelum Rafa nya diambil beneran sama cewek lain" ucap Fia sambil mencubit hidung Nara.
"Tapiiiiiiiiiii" ucap Nara.
"Nara malu" ucap Fia.
"Malu malu aja terus sampe si Rafa tu nikah dan kamu gak dapetin si Rafa" ucap Fia.
"Yahh jangan gitu dong" ucap Nara.
"Habis nya rasa malu mu itu gak bisa dihilangin mau sampe kapan kamu malu terus, ditambah lagi rasa suka mu juga gak bisa dihilangin" ucap Fia.
"Ya mau gimana lagi emang dari kecil pemalu, gak bisa dihilangin kan udah nempel di jiwa dan raganya Nara" ucap Nara.
"Hadehh ni anak" ucap Fia sambil menepuk dahi.
"Mau ku bantuin" ucap Fia.
"Gakkk, no, no, no, no biar Nara sendiri" ucap Nara.
"Idihh sok bisa sendiri, padahal gak bisa. Yaudah awas kamu minta bantuan aku ya" ucap Fia.
"Yapp Nara bisa sendiri, dengan cara Nara sendiri." ucap Nara.
Mereka menikmati makanannya dan tiba tiba Rian datang ke meja tempat Nara dan Fia berada.
"Hello everybody, haii Fia gimana kabarnya hari ini" ucap Rian.
"Baik kok" ucap Fia.
"Ihh kok yang ditanya cuman Fia doang sih, Nara yang bukan teman sebangku kok malah gak ditanya" ucap Nara dengan wajah jutek.
"Yaelah gitu doang marah" ucap Rian dengan kedipan mata sebelah.
"Wahh tanda tanda nih" ucap Nara sambil mendorong Fia.
"Apaan sih Ra" ucap Fia dengan senyum senyum.
"Udah lah Nara balik duluan ya, malas disini nanti malah jadi nyamuk lagi" ucap Nara sambil meninggalkan Fia.
Nara pun balik duluan ke kelas dan saat itu dia ketemu oleh ketua kelas di kelasnya. Yap namanya adalah Ardian biasa dipanggil Ardi, orangnya itu pengertian banget dan sangat bertanggung jawab, cowok idaman lah.
"Haii Ra, kebetulan ketemu disini, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, boleh gak" ucap Ardi.
"Ohh boleh mau ngomong apa?" ucap Nara.
"Gimana kalo ngomong nya di kursi situ aja" ucap Ardi sambil menunjuk kursi yang berada di depan lab IPA.
"Ohyaa oke" ucap Nara.
Mereka berdua pun asik mengobrol. Dan disaat itu pula Rafa melihat mereka berdua yang sedang keasikan mengobrol hingga tidak ingat oleh waktu yang lima menit lagi akan masukan.
Bagaimana kah reaksi Rafa?
****
Sampai sini dulu ceritanya, jangan lupa di comment dan vote yaa...👌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
I BELIEVE
Teen FictionPasti kalian pernah suka sama cowok tapi gak berani buat ngungkapin kan, yaa sama deh kayak Nara , dan Nara suka sama cowok itu udah dari SMP, Nara berharap saat SMA dia tidak satu sekolah lagi sama cowok itu, agar rasa suka nya hilang dan dia bisa...