Part 22

120K 3.2K 414
                                    

Marcel menghela nafas berat dan menatap Laura dengan iba. Laura tengah berada dikamar mandi dalam keadaan muntah muntah atau istilah dalam dunia kesehatan morning sick. Beginilah keadaan laura beberapa minggu ini begitu bangun tidur laura akan langsung berlari kekamar mandi, muntah muntah sampai terduduk lemas.

Marcel berjalan mendekati luara yang tengah bersandar didinding.

" sudah selesai?" tanya marcel memapah laura. Laura hanya mengangguk lemah sambil memejamkan matanya, mencoba meredam rasa mual yang kembali menderanya. Marcel mendudukkan laura ditempat tidurnya lalu beralih kemeja nakas untuk mengambilkan laura segelas teh yang dibawanya tadi sebelum kekamar laura.

" mas buatin kamu teh kamu minum ya" ujar marcel. Laura menggeleng lemah.

" aku takut muntah lagi" ujar laura lemah karena setiap apa yang dimakan dan diminumnya pasti akan dikeluarkan kembali.

" tidak, ini akan membantu meringankan rasa mual kamu" jelas marcel sambil menyodorkan teh tersebut kepada laura. Laura menatap ragu marcel sejenak sebelum akhirnya meraih dan menenggak habis teh tersebut.

" sudah mendingan?" tanya marcel meraih gelas kosong dari tangan laura.

Laura kembali mengangguk lalu menatap marcel dengan wajah sendu.

" terimakasih mas masih mau merawat aku. Pada hal aku sudah mengecewakan sekaligus membuat malu keluarga" ujar laura berlinang air mata. Marcel membelai kepala laura walau apa yang dilakukan laura, marcel tidak mungkin membenci dan membiarkan laura menghadapi kesulitan seperti ini semua sendiri. Memang pada awalnya marcel cukup kaget sekaligus kecewa saat mengetahui laura hamil diluar nikah bahkan ayahnya pun sampai menangis mengetahui hal itu.

" kamu itu adik mas satu satunya mana mungkin mas tidak peduli padamu" jawab marcel.

" maafkan aku mas " ujar laura dengan suara bergetar. Laura merasa sangat tidak berguna telah menyakiti dua orang yang sangat menyayanginya andai dia tau kalau semuanya akan seperti ini mungkin laura tidak akan mau berurusan dengan mikail atau setidaknya dia akan melakukan antisipasi untuk mencegah ini semua.

" sudah lah semuanya sudah terlanjur terjadi. Semua orang pernah melakukan kesalahan Kamu tidak perlu merasa bersalah seperti ini dan menghukum dirimu seperti ini" nasehat marcel.

" yang perlu kamu lakukan sekarang menjaga kondisi tubuhmu dan memikirkan kesehatan calon bayimu. Mengerti?" ucap marcel membuat laura semakin terharu. Ya tuhan kenapa laura bisa menyakiti orang- orang sebaik marcel dan juga ayahnya.

" sudah jangan menangis lagi" pinta marcel memeluk adik kesayangannya itu. Laura tidak pantas menanggung semua ini dia masih terlalu labil untuk melalui masalah sesulit ini. Tapi yang membuat marcel semakin kecewa karena laura tidak mengatakan siapa ayah dari bayinya. Andai saja laura mau mengatakan semuanya dengan lengkap tanpa ada yang ditutup-tutupi mungkin masalah ini bisa didiskusikan dengan lelaki yang telah menghamili laura agar mau bertanggung jawab. Tapi baik marcel maupun ayahnya tidak berniat untuk memaksa laura mengatakan siapa lelaki brengsek itu mereka menghargai keputusan laura untuk melalui dan melewati fase kehamilan sendiri. Mereka hanya bisa memberikan dukungan dan bersedia selalu ada buat laura.

" udah ah nangisnya." seru marcel menghapus air mata laura.

" nanti kalau papa lihat dia bisa sedih" ujar marcel. Laura mengangguk.

" udah mandi gih. mas antar kekantor" lanjut marcel beranjak dari kamar laura.

Mobil marcel berhenti didepan gedung kantor tempat laura bekerja.

" kamu hati hati ya. Nanti kalau terjadi sesuatu cepat hubungi mas oke" perintah marcel membuat laura mengangguk.

" laura pergi dulu" pamit laura turun dari mobil marcel.

Love, Sex, and Fiendship (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang