Mikail terkekeh geli. Laura memang pandai membut lelucon saat genting seperti ini.
" kau sedang bernegosiasi atau kau sedang mengancamku Laura?" Mikail menatap Laura tajam.
" terserah kau menganggap ini ancaman atau tidak. Kau hanya tinggal memilih Mikail." Ujar Laura tegas menantang tatapan tajam Mikail.
Mikail menunduk agar sejajar dengan Laura dan kembali tersenyum. Senyum itu bukanlah senyum menawan tetapi senyum yang bisa membuat siapa saja mengkeret ketakutan.
" kau benar benar mengancamku?" Tanya Mikail kembali, mencoba megintimidasi Laura dengan tatapan dan senyum mautnya agar berubah pikiran dan mengikuti kemauannya. Laura memang sedikit terpengaruh tapi dia harus tetap mempertahankan keinginannya jika tidak ingin terus larut dalam hubungan dengan Mikail yang tidak jelas rimbanya akan kemana. Laura butuh kepastian. Lagi pula sekarang, ini bukan hanya menyangkut dirinya tapi juga menyangkut masa depan calon bayinya.
" menikahiku atau biarkan aku pergi" tukas Laura menekan setiap perkataannya. Rahang Mikail mengeras dan dia memejamkan matanya untuk meredam gejolak emosinya.
" pernikahan bukanlah permainan Laura" desis Mikail.
" aku tau Mikail. Dan aku tidak pernah main main dengan ucapanku" - balas Laura sengit membuat Mikail yang semula berusaha menahan luapan emosinya semakin berang.
" kalau kau tau lalu kenapa kau memaksaku untuk menikahimu. Hubungan yang kita jalani selama ini bukanlah jenis hubungan yang mengarah kesebuah pernikahan" jelas Mikail mencengkram kedua lengan Laura. Dia geram melihat Laura yang tidak mengerti seperti apa jenis hubungan mereka.
" aaa apa " Tanya Laura terbata bata.
" kita tidak ada komitmen apapun Laura." Lanjut Mikail.
" bagaimana kau bisa berkata seperti itu apa kau lupa kalau aku sedang hamil dan itu adalah anakmu Mikail" Laura mencoba mengingatkan jika ini juga bukanlah keinginannya jika dirinya tidak dalam keadaan hamil mungkin Laura tidak akan pernah minta hal ini kepada Mikail karena dia cukup tau jenis lelaki sperti apa Mikail itu. Dia tidak mungkin membuat suatu komitmen kepada orang lain jika hatinya belum mantap untuk menjalaninya.
" sial, ini semua diluar rencanaku. Aku mendekatimu hanya karena balas dendam kepada Patricia" gumam Mikail kalut. Kehamilan Laura benar benar membuat kacau pikirannya.
Apa yang baru diucapkan Mikail? Pertama dia mengatakan jika Hubungan mereka tidak pernah mengarah kepernikahan. Dan sekarang dia mengatakan mendekati Laura hanya untuk balas dendam kepada Patricia. jadi selama ini Mikail menganggapnya apa? Sebagai pemuas nafsu?
" bajingan kau Mikail" desis laura penuh kemarahan penjelasan Mikail sudah cukup menjadi jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini mengganggu pikirannya. Dengan sisa kekuatan yang dia miliki. Laura menghentak keras tangan Mikail yang mencengkram kedua lengannya.
" jadi selama ini kau hanya menjadikanku sebagai pelampiasan? " lanjut Laura penuh amarah. ya dia sangat marah kepada Mikail dan juga kepada dirinya sendiri. seharusnya Laura sudah sadar sejak dulu tujuan Mikail untuk mendekatinya bukan karena dia mencintai Laura tapi karena Mikail berusaha lari dari sesuatu dan menjadikan Laura sebagai tembok pertahan. Jika hal itu benar. Pasti ada seseorang yang melatar belakangi mikail melakukan itu pada Laura.
Patricia.
Wajah wanita cantik itu terlintas begitu saja dibenak Laura. Laura menatap sengit Mikail yang kini tampak terdiam. Dia tidak berusaha untuk menyangkal atau membenarkan apa yang Laura tuduhkan padanya.
" semua ini ada hubungannya dengan wanita yang bernama Patricia itu kan" tanya Laura dengan suara gemetar. Gemetar menahan amarah dan tangis disaat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Sex, and Fiendship (Revisi)
Teen Fictiononly 17+ ****** Bagaimana rasanya jika ciuman pertamamu direbut oleh orang yang sangat kamu benci. =(Laura)= Dan apakah yang akan dilakukan jika kamu mencintai kekasih dari sepupumu sendiri. merebutnyakah atau merelakannya. =(Alena)=