O8;

12.3K 1.6K 78
                                    

Biar gak makin sampis, mari kita cepatkan alurnya!

Happy reading!


"Woah, you so beautiful, Mr. Hwang," ujar penata rias entah yang keberapa kali.

Tapi cowok itu masih tetap bergeming, natap datar pantulan dirinya di cermin besar. Dia masih bingung harus berekspresi bagaimana, rasanya susah buat seneng walaupun dia udah mencoba menerima.

Hyunjin udah selesai di make up dari sepuluh menit yang lalu, sementara resepsi bakal dimulai lima belas menit lagi.

Atensinya teralihkan pas kursi di sebelahnya di dudukin seseorang.

"Mamah?"

Mamah Hwang mengukir senyum tipis, natap ke arah lain asal bukan ke mata cantik anaknya. "Maafin Mamah, Hyunjin."

Hyunjin diem, natap Mamahnya yang keliatan sama frustasinya kayak dia.

"Mamah sayang Hyunjin, tapi maaf harus ngerelain kebahagiaan kamu, Hyun. Mamah..Mamah pengen batalin ini semua, tapi mama nggak bisa lakuin yang terbaik buat kamu."

Hyunjin megepalkan tangannya, lalu detik berikutnya beralih ke pelukan sang Mamah. Hatinya sakit liat Mamahnya sedih.

"Mah..gapapa..aku udah bisa nerima kok," kata Hyunjin pelan.

Mamah Hwang ngelepasin pelukannya. "Hyun, percaya kalo ini semua yang terbaik, ok?"

Hyunjin ngangguk-ngangguk lucu dengan muka sembab, Mamah Hwang ketawa. "Hahaha, udah ah, jangan nangis. Kamu lagi cantik banget ntar luntur lagi."

Hyunjin senyum. Ya, dia percaya sekarang, nggak seharusnya dia musuhin Mamahnya sendiri.

• • • • •

Hyunjin ngegigit bibir bawahnya, meremat pelan tuxedo yang lagi dia pake.

Sekarang, Hyunjin ada di atas altar, dengerin pendeta di depannya dengan Chan di sampingnya.

Padahal tadi biasa aja, tapi sekarang Hyunjin gemeter parah, nafasnya putus-putus ditambah degub jantung yang ribut, pikiran buruk berlarian kesana kemari dipikirannya, rasanya punggungnya panas ngebayangin banyaknya tamu yang menyaksikan dia diatas sini.

Atau singkatnya, Hyunjin ngalamin panic attack.

Chan lama-lama sadar, dia lantas genggam erat tangan gemeter Hyunjin, ngusap punggung tangan itu pake ibu jarinya, memberi ketenangan.

Hyunjin jadi lebih tenang, nafasnya udah gak tersendat.

Hyunjin sering kayak gini kalo ada didepan banyak orang, apalagi mereka semua narik atensinya ke cowok itu. Pikiran-pikiran buruk langsung terbayang di kepala Hyunjin. Apalagi sekarang Hyunjin lagi pake baju formal kayak tuxedo yang baru kali ini cowok itu pake dalam seumur hidupnya. Heol, apa kata orang-orang nanti? Gimana kalo dia keliatan jelek? Nggak pantes pake baju beginian?

"...Jadi, apakah saudara Bang Chan bersedia mencintai saudara Hwang Hyunjin sang istri hingga akhir hayat dan menghabiskan seluruh waktumu bersama-sama?"

"Saya...bersedia."

"Apakah saudara Hwang Hyunjin juga bersedia mencintai saudara Bang Chan sang suami hinga akhir hayat dan menghabiskan seluruh waktumu bersama-sama?"

Walas; Wali Kelas [ChanJin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang