PART 7 MATCHED PAIR

38 7 0
                                    

Natasya berjalan melewati lorong sekolah. Tiba tiba seseorang menariknya dan membawanya menuju gudang sekolah yang sudah lama tak terpakai.

"Lepasin." pintanya. Namun seseorang yang menariknya tadi tak kunjung melepaskan malah ia mengeraskan cengkeram tangannya hingga Natasya merengek kesakitan.

"Lepasin tangan gue sakit." ucapnya lagi.

"Lebih sakit gue liat lo berduaan ama Gibran." ucap seseorang itu.

"Asal lo tau yah gue nggak pernah berduaan ama Gibran. Jangankan berduaan deket aja nggak." Emosi Natasya memuncak. Ia berusaha melepaskan genggaman tangannya namun nihil lengannya terkunci kuat.

"Halah Bullshit. Lo tuh kecentilan banget sih jadi cewek."

"Heh!!! Mulut lo tuh bisa di jaga nggak sih. Gue nggak seburuk yang lo liat!"

"Apa lo bilang? Nggak seburuk?" tanya sinis dan langsung menampar Natasya serta menarik seragam sekolahnya.

"Jelas jelas lo berduaan ama Gibran jalan bareng, berangkat sekolah bareng. Itu yang lo bilang nggak berduaan?!" ucapnya di sertai dengan emosi yang membara. Saat orang itu melambung kan tangannya ke udara ingin menampar Natasya tiba tiba seseorang dari ambang pintu menghentikan.

"Ajenggggg." panggilnya.

"Gibran?" Ajeng pun terkejut melihat kehadiran Gibran. Gibran pun berjalan lalu memilih berdiri di antara Natasya dan Ajeng.

"Kalau lo nyakitin Natasya sakitin gue jangan dia." ucap Gibran. Natasya pun yang sedari tadi tertunduk kini mendongkak kepalanya saat mendengar ucapan Gibran.

"G-gibran kok lo malah belain dia sih?" tanya Ajeng ia tak menyangka bahwa Gibran membela Natasya.

"Kenapa hm? Keberatan?"

"Ya iyalah kan Natasya bukan siapa siapa lo." ucap Ajeng.

"Dia pacar gue." ucap Gibran santai. Natasya dan Ajeng pun sama sama terkejut dengan apa yang Gibran katakan.

"Apa? Natasya p-pacar lo?" tanya Ajeng memastikan perkataan Gibran.

"Iya Natasya pacar gue. Jadi lo jangan segan segan nyakitin Natasya atau nggak lo yang bakal habis di tangan gue." kata Gibran serius serta penuh penekanan. Ajeng yang sedari tadi kesal karena Gibran membela Natasya. Ajeng pun meninggalkan mereka berdua.

Ajeng adalah kakak kelas mereka berdua. Ajeng selalu mengejar Gibran serta mengungkapkan perasaannya, namun Gibran tak memperdulikannya. Bahkan Gibran selalu kasar pada Ajeng agar Ajeng menjauhinya. Namun Ajeng tetap terus mengejar Gibran.

Gibran membalikkan badan menatap Natasya. Natasya kini tengah tertunduk menangis menahan rasa sakit yang menjalar di pipinya akibat tamparan Ajeng serta pergelangan tangannya yang tadi di cengkram keras. Gibran pun memeluk Natasya erat seolah olah ia ingin membagikan sedikit ketenangan.

"Udah jangan nangis lo aman sekarang." ucap Gibran lembut. Gibran pun melepaskan pelukannya dan menatap manik mata milik Natasya lekat lekat. Ia menghapus aliran air mata yang membasahi pipi Natasya. Gibran terkejut karena di sudut bibir Natasya terdapat luka dan mengeluarkan darah.

"Gue anter lo ke UKS." kata Gibran memegangi tangan Natasya. Namun Natasya memegangi tangan Gibran.

"Gue nggak papa kok Gib." ucap Natasya menatap Gibran seakan akan ia memberi kepastian bahwa dirinya baik baik saja.

"Nggak papa gimana itu sudut bibir lo luka, harus di obatin." ucap Gibran dingin.

Gibran pun membopong Natasya menuju UKS. Banyak siswa yang melihat keduanya dengan tatapan tak bisa di artikan. Keduanya pun tiba di UKS Natasya langsung duduk di kasur khusus pasien sakit. Sementara Gibran sibuk mencari alkohol dan Betadine serta kapas. Saat Gibran telah menemukan obatnya segera menghampiri Natasya. Gibran pun melakukan kegiatannya mengobati Natasya dengan hati hati.

"Awww sakit." rintih Natasya saat Gibran membersihkan luka Natasya dengan Alkohol.

"Lebay lo." ucap Gibran masih membersihkan luka Natasya.

"Isshh Gibran ini tuh aww..."

"Tuh kan makanya jangan ngomong. Ntar mulut lo lebar lagi kek joker." ucap Gibran menahan tawanya. Natasya pun mencubit lengan Gibran ia tak terima ejekan Gibran.

"Aduhhh sakit Tasya."

"Rasain tuh."

Gibran melihat Natasya dengan iba. Ia tak tega melihat Natasya kesakitan. Hingga akhir Gibran pun meminta izin pada guru penjaga, dan mendapatkan izin.

"Ayok." ajak Gibran dengan ekspresi datar.

"Kemana?" tanya Natasya binggung.

"Pulang biar lo bisa istirahat."

"Emang di kasih izin?" tanya Natasya. Gibran pun mengangguk sebagai jawaban.

*****

Tiba di apartement. Natasya dan Gibran pun duduk di sofa sambil menonton televisi. Gibran melirik Natasya ia melihat wajah Natasya yang pucat serta luka di sudut bibirnya terlihat sangat jelas.

"Di dapur lo ada makanan nggak?" tanya Gibran pada Natasya. Natasya pun menggeleng sebagai jawaban.

"Di dapur lo ada bahan masakan nggak?" tanya nya lagi dan Natasya mengangguk. Ya udah tunggu bentar. Gibran pun pergi ke dapur untuk memasak sesuatu. Gibran kini kembali ke ruangan tengah dengan sepiring makanan serta minum untuk Natasya. Gibran pun duduk di tempatnya dan menaruh gelas yang berisi air itu di atas meja.

"Buka mulut lo." ucap Gibran dengan suara dinginnya.

"Gue bisa sendiri." ucap Natasya ia pun mengambil piring yang ada di tangan Gibran, namun Gibran tak memberikannya.

"Biar gue yang suapin. Buka mulut lo." pintanya. Natasya pun membuka mulutnya dan Gibran memasukkan sesendok nasi di mulut mungil Natasya. Gibran pun menyuapi Natasya hingga tak lagi tersisa. Gibran tertawa melihat Natasya yang sangat lahap menyantap hidangannya.

"Lo lapar atau doyan ama masakan gue?" goda Gibran.

"Gue lapar Gib, tapi-" Natasya menggantungkan kalimatnya.

"Tapi enak kan?" tanya dengan senyum jail.

"Hm." jawab Natasya malu malu untuk mengakui bahwa masakan Gibran sangat enak.

Natasya tak habis pikir dengan Gibran. Bagaimana bisa dia bisa jago masak kayak gitu? Atau jangan jangan dia naruh yang aneh aneh lagi di makanan nya biar enak. Natasya terus memikirkan itu, Natasya saja yang tidak terlalu jago tidak pernah seenak itu apabila ia memasak.

"Gib lo masak pake bumbu apa?" tanya Natasya to the point.

"Pake bahan yang ada di dalam kulkas lo. Kenapa?"

"Lo nggak taruh yang aneh aneh kan di masakan lo?"

"Iya gue taruh tadi sedikit,biar enak." ucap Gibran menakuti Natasya.

"Hah??? Yang bener lo??" tanya Natasya kaget serta memelotot.

"Lo mau tau gue taruh apa aja di dalam makanan ini?" tanya Gibran. Natasya langsung mengangguk cepat.

"Gue taruhh....." Gibran sengaja menggantungkan kalimatnya agar Natasya geregetan dengan aksi jahilnya.

"Apaan cepat ishhh." Natasya tak sabaran.

"Tenang aja yang gue taruh tadi nggak bakalan bunuh orang." Natasya tak mengerti maksud Gibran.

"Ahhh boong." ucap Natasya langsung membuang mukanya menatap tv yang sedang menyala. Gibran menarik dagu Natasya agar Natasya melihatnya.

"Gue cuman taruh cinta ama kasing sayang doang nggak ada yang lain." ujarnya membuat Natasya tersipu malu.

Matched Pair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang