PART 14 MATCHED PAIR

28 6 0
                                    

Hati ini Natasya masuk sekolah seperti biasa. Dan akhir akhir ini Natasya selalu di antar jemput oleh Gibran, sebagai janji Gibran waktu itu di perpus.

"Ehh Natasya udah sembuh?" tanya Febry yang baru saja datang.

"Iya nih kakak alhamdulillah."

"Btw maaf ya gue nggak bisa jengukin lo waktu lo sakit."

"Iya nggak papa."

"Di apartement lo sendirian aja waktu sakit?"

"Nggak nih ada Gibran yang nemenin." jawab Natasya bangga pada Gibran.

"Wahh bro hebat lo bisa jaga dia nih." ucap Febry sembari bertos ria dengan Gibran.

"Gue nggak sehebat lo Feb."

"Ehh gimana pelatihan lo? Lulus?"

"Alhamdulillah lulus."

"Selamat ya bro." ucap Gibran menepuk bahu Febry bangga.

"Selamat yaa kak." timpal Natasya. Febry hanya tersenyum membalas ucapan selamat dari Gibran dan Natasya.

Natasya masuk ke kelasnya. Ia hari ini sangat bersemangat karena bisa bertemu dengan sahabatnya. Ia pun duduk di bangkunya sembari memainkan ponselnya.

"Horeee Acha udah datang." sorak Vina bahagia.

"Astogeee Vina jangan teriak teriak ngapa sih sakit nih telinga gue."

"Hehe,,,,maaf Cha soalnya Vivin seneng banget Acha datang sekolah." geram Vina. Dari ambang pintu Misel memasuki kelasnya.

"Wihh udah sehat lu?" tanya Misel sambil menaruh tasnya di bangkunya.

"Ya udah lah. Lagian kalau belum sehat nggak mungkin Acha datang sekolah. Gimana sih Misel." geram Vina. Natasya dan Misel terkekeh geli melihat kelakuan Vina.

"Ehh kantin yuk gue belum sarapan nih." ajak Natasya dan di angguki kedua sahabatnya.

*****

Natasya kini berjalan menuju toilet. Kedua sahabatnya sudah pergi ke kelas. Natasya melihat dirimu di cermin toilet perempuan. Dari belakang terlihat seorang perempuan dengan tatapan tidak suka. Natasya yang melihatnya langsung berbalik badan. Perempuan itu pun berjalan mendekati Natasya hingga punggung Natasya menyentuh tembok. Tanpa basa basi perempuan itu langsung menjambak rambut indah milik Natasya.

"Awww lepasin."

"Kalau gue nggak mau gimana? Lo mau ngadu sama Gibran? Ngadu aja gue nggak takut kok." perempuan itu makin menjambak lebih keras rambut Natasya. Saat perempuan itu melambungkan tangan ke udara, tiba tiba seorang laki laki menahan tangan tersebut.

"Tampar gue jangan Natasya." ucapnya laki laki itu.

"Heh!! Lo siapa hah?!"

"Gue emang bukan siapa siapanya Natasya. Tapi di sini lo siapa hah!!!? Main nampar nampar sesuka lo." ujarnya penuh penekanan.

"Gue musuhnya Natasya puas lo?!"

"Gue kasih tau gue paling nggak suka cewek ganjen kayak dia deketin Gibran itu nggak pantes! Tolong kasih tau ke temen lo itu jangan ganjen deh ama cowok orang."

"Ajengg!!!! Jaga mulut lo!" emosi laki laki itu. Saat Ajeng mendorong tubuh laki laki itu untuk menarik Natasya ke hadapannya. Tiba tiba tangan seseorang mencekal tangan Ajeng.

"Mau ngapain hm?!" tanya laki laki itu dengan tatapan sinis. Kini laki laki itu berdiri di hadapan Ajeng. Sementara di belakangnya terdapat Natasya dengan laki laki yang sedari tadi melindunginya.

"Lo kenapa sih selalu aja ngebelain dia?!"

"Urusan sama lo apa? Nggak ada kan?"

"Ada urusannya sama gue." laki laki itu pun mengangkat alisnya sebelah tak mengerti apa yang di maksud oleh Ajeng.

"Gue itu suka sama lo Gibran. Gue cinta sama lo." ucapnya sambil memukul bidang dada Gibran.

"Tapi gue nggak suka sama lo apalagi cinta ke lo." balasnya.

"Tapi gue mohon buka hati lo buat gue Gib."

"Nggak bisa. Percuma kalau gue paksain yang ada lo sakit hati."

"Itu nggak masalah buat gue, yang penting gue ada dalam hidup lo."

"Ajeng dengerin gue, gue nggak suka sama lo apalagi cinta sama lo." ucapnya lagi sambil memegang bahu Ajeng. Natasya dan Febry yang berada di belakang Gibran hanya bisa bungkam.

"Di luar masih banyak cowok yang lebih baik dari gue."

"Tapi gue maunya sama lo Gibran."

"Gue nggak bisa."

"Mending sekarang lo nggak usah lagi berharap ke gue Ajeng." pintanya. Ajeng pun langsung meninggalkan ketinganya. Gibran langsung berbalik badan melihat keadaan Natasya. Natasya kini tengah menangis serta menahan rasa sakit di kepalanya.

Natasya kini di bawa ke ruangan UKS. Ia terbaring di atas kasur pasien. Kepalanya kini terasa sakit sekali. Ia berusaha memejamkan matanya agar rasa sakitnya mereda. Febry memberikan minyak kayu putih pada Gibran agar di olesi di pelepis Natasya.

"Gib gue cabut dulu ada rapat PMR soalnya." Gibran pun mengangguk.

Gibran menatap Natasya lekat. Ia merasa bersalah karena membuat Natasya kesakitan berasa di sisinya. Namun Gibran berusaha membuktikan bahwa Natasya akan lebih baik berada di sisinya.

Gue berusaha buat bikin lo bahagia Tasya. Gue janji gue bakal ngejagain lo. Gue nggak mau lo milik orang lain. Batin Gibran dalam hati.

Matched Pair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang