PART 11 MATCHED PAIR

31 5 0
                                    

Gibran telah sampai di rumahnya dengan selamat. Ya walaupun tadi ia membawa motor di atas rata rata. Ia sangat binggung kenapa Natasya kasar padanya. Perkataan Natasya terus saja terngiang di kepala Gibran hingga membuatnya pusing. Apa selama ini Gibran salah padanya? Padahal kan Gibran baru saja bertemu dengan tadi. Arrghh Gibran mengacak acak rambutnya frustasi. Ia tak menyangka Natasya berkata seperti itu padanya.

Clekkk....

"Gibran makan yuk." ajak Kesya di ambang pintu. Namun Gibran tak menghiraukannya yang ia pikir saat ini adalah Natasya.

"Suruh Astrid bawa ke sini makanan Gibran." ucap Gibran memberitahukan mamanya.

"Ya udah." Kesya pun menutup kembali pintu kamar Gibran. Tak lama suara pintu pun terbuka menampakkan seorang cewek cantik. Siapa lagi kalau bukan Astrid Faniza Ginanta.

"Ehhh babi ngapain sih lo pake suruh suruh gue bawa makanan lo? Emang lo nggak bisa turun ke bawah ambil sendiri? Lo kan punya kaki Gib." kata Astrid geram melihat tingkah adiknya ini.

"Ustazah udah selesai ceramahnya? Kalau udah selesai bawa sini makanan gue monyet!! Gue laper!" Gibran pun geram karena Astrid tak kunjung memberikan nasi padanya.

"Noh ambil makan tuh ama piring piring nya sekalian." ucapnya sambil menyodorkan nampan berisi nasi dan air minum.

Gibran menghabiskan makananya hingga tak ada yang tersisa. Ia masih memikirkan perkataan Natasya. Ia binggung mengapa tiba tiba Natasya menyuruhnya untuk menjauh. Gibran berfikir sejenak apa yang ia lakukan pada Natasya hingga membuat harus menjauhinya. Toh juga masalah Gibran yang telat menjemput nya ke sekolah Natasya sudah memaafkan nya.

Di mana lo?

Base camp ngapa emang?

Gibran langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak tanpa menjawab pertanyaan dari Galvin. Gibran menuruni anak tangga dan meminta izin pada mamanya yang berada di dapur.

"Ma Gibran pamit dulu." ucap Gibran sambil mencium punggung tangan Kesya.

"Mau kemana? Tanya Kesya.

"Base camp mah."

Gibran berjalan melewati ruang keluarga. Tampak di ruang keluarga Ginanta ayah Gibran Tengah asik menonton berita dan di sampingnya di temani oleh anak perempuannya Astrid.

"Pah Gibran pergi dulu." ucap Gibran mencium punggung tangan Ginanta.

"Mau kemana Gib?"

"Base camp pah." jawabnya. Gibran hendak melanjutkan langkahnya. Namun Astrid memberhentikan langkahnya.

"Lo nggak pamit ama gue?" tanya Astrid ia akan mengira kalau Gibran akan berpamitan padanya.

"Ishh nih rumah serem yaaa pah masa ada yang ngomong tapi kagak ada orangnya." ucap Gibran pada ayahnya. Ginanta pun menahan tawanya melihat tingkah Gibran.

"Bener bener yaaa lo Gibran!" ucap Astrid tak terima dirinya di katakan hantu. Ya walaupun Gibran tak menyebutnya namun tetap saja ia bermaksud begitu.

"Noh kan pah ishh serem amat nih rumah. Ya udah deh Gibran pergi dulu Assalamualaikum." ucapnya berlari takut Astrid mengejarnya.

"Waalaikum salam."

*****

Gibran telah sampai di base camp nya. Ia melihat semua deretan motor yang terparkir di depan. Parkiran base camp hari ini sangat tertata rapi. Biasanya udah acak acakan nggak jelas. Gibran masuk ke dalam dan langsung menghempaskan tubuhnya di kursi.

"Mukanya kusut banget bang." kata Reyhan saat melihat wajah Gibran tak seperti biasanya.

"Paling lagi ambekan tuh ama gebet." saut Galvin dengan tawanya.

"Emang Gibran punya?" tanya Delvin polos.

"Yeee sih Delvin kudet lu. Makanya akibat sering ngurung di kandang nih, gini kan lumutan." ujar Naren. Delvin langsung menjitak kepala Naren.

"Lumutan lumutan lu bilang, lo tuh udah lumutan banget." balas Delvin.

"Emang siapa gebetan lo Gib?" tanya Delvin penasaran.

"Itu loh Natasya." jawab Nevan.

"Natasya Aqila Kanaya?" tanya Delvin memastikan.

"Yoiiii." serempak mereka mengucapkan. Delvin hanya mangut mangut mengerti.

"Lo kenapa Gib? Dari tadi gelisah mulu." tanya Nevan melihat wajah Gibran gelisah.

"Gue kepikiran ama omongannya Natasya." jawab Gibran.

"Emang Natasya ngomong apa ke lo?" saut Galvin.

"Dia nyuruh gue buat ngejauhin dia. Dia udah nggak mau lagi gue jemput, gue antar pulang."

"Lah kok gitu?" tanya Delvin binggung.

"Gue juga nggak tau Vin. Tiba tiba dia bilang gitu ke gue."

"Terus tadi dia pulang ama siapa kalau bukan sama lo?" tanya Naren.

"Sama Febry."

"Kok Natasya bisa gitu ya?" tanya Nevan binggung.

"Gue curiga ada yang nggak beres nih." ucap Reyhan sembari mengelus dagunya membuat kelima temanya menoleh padanya.

"Maksud lo?" tanya Gibran.

"Maksud gue, gini nih pasti ada yang ngancam Natasya tapi dengan catatan dia harus ngejauhin lo." ucap Reyhan bijak.

"Ehh bambang tumben tumben otak lo lancar. Abis beli kouta lu?" tanya Naren kaget melihat temanya itu tiba tiba bijak layak sang kancil.

"Ehh iya juga yaa tumben nih otak lancar." ucap Reyhan sembari mengelus kepalanya.

Gibran mencerna kalimat yang Reyhan katakan. Ia berfikir siapa yang mengancam Natasya hingga membuat Natasya menjauhi dirinya. Ia terus mengingat kejadian yang bersangkut paut dengan Natasya dan dirinya. Deg Gibran ingat kejadian di gudang waktu itu Ajeng bilang bahwa ia tak suka Natasya dekat dengan dirinya, dan di saat dirinya membela Natasya terlihat dari sorot mata Ajeng memberi tatapan benci pada Natasya.

*****

Suara deruman motor Gibran kini terdengar jelas. Ia memasuki area parkiran sekolah. Siswi siswi yang yang melintas di hadapan Gibran berusaha mencuri pandang agar Gibran tertarik melihat ke arahnya. Namun itu tidak penting bagi Gibran jika namanya di cap sombong oleh siswi siswi SMA Kusuma Bangsa. Gibran langsung melangkahkan kakinya menuju kelas Ajeng kelas XII IPS IV. Dan yaps Gibran dan Ajeng kini berpapasan tanpa basa basi Gibran langsung menarik tangan Ajeng membawanya ke taman belakang sekolah.

"Ancaman apa yang lo kasih ke Natasya?" tanya langsung to the point. Mereka kini sudah berada di taman sekolah.

"Ohh dia ngadu ke lo kalau gue ngancam dia?" tanya Ajeng sinis.

"Nggak dia nggak ngadu ke gue."

"Terus lo tau dari mana?"

"Jawab gue Ajeng ancaman apa yang lo kasih ke Natasya?" emosinya kian meninggi.

"Nggak berat kok ancamanya. Cuman kalau misalkan dia langgar siap siap aja deh." katanya.

"Siap siap apa maksud lo?"

"Siap siap Natasya akan pindah sekolah dengan alasan gue sendiri supaya Natasya nggak lagi ada di sini."

"Lo nggak mikir? Gue yang bakal keluarin lo dari sini Ajeng. Bukan Natasya." ucap Gibran penuh penekanan.

"Kalau sampai gue denger lo macam macam ama Natasya gue serius gue nggak akan pernah ngampunin lo Anjenggg camkan itu." ucapnya lagi lalu menunjuk ke arah muka Ajeng. Ajeng kini merasa ketakutan dengan ucapan Gibran, Gibran tak main main dengan perkataannya ia akan melakukannya apabila ia terancam.

Matched Pair Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang