Bagian 7

159 9 0
                                    

"Selamat datang di Turki."

Alwi yang kini memberikan sambutan kepada Silmi meski keduanya datang bersamaan. Menghabiskan berjam-jam suntuk didalam pesawat nyatanya mampu terobati dengan keindahan bumi Turki.

Silmi yang tertidur lelap sekarang terjaga seutuhnya. Tiga jam tertidur membuat hatinya sedikit kesal, sebab ia tak dapat menikmati alam Turki dari ketinggian.

"Ya Allah, ndak nyangka sekarang Silmi di Turki. Ngebayanginnya aja ndak pernah, tapi sekarang beneran di Turki."

Alwi tersenyum lebar saat melihat ekspresi Silma yang penuh takjub bahagia. Terlebih diwajah seorang Silmi yang baru bangun tidur, nampak lucu. Meskipun malam dengan bekas wajah kantuk, tapi gadis cantik itu tetap antusias.

"Subhanallah, seapik ini yo Turki." Gumam Silmi masih terkagum akan gemerlap malam Turki.

"Turki jauh lebih indah daripada pemandangan malam ini." Balas Alwi menempatkan mata pada Silmi yang asik melempar pandang keluar jendela taksi.

Cerah sekali wajah si bidan malam ini, secerah rembulan yang menggantung diatas sana. Wajahnya tetap cantik secantik para bintang yang menghias malam.

Alwi tak lepas senyum. Ternyata ada sisi baru yang belum pernah Alwi temukan dari seorang Silmi, sisi ceria seperti ini. Terlepas dari segala beban, menjadi diri sendiri yang tak lagi dihantui akan kisah sedih tentang kehilangan. Sisi yang tentu belum pernah ia lihat pula dari seorang Silma yang cenderung diam dan pemalu.

"Masya Allah ..."

Kecerian yang tertumpah sepanjang jalan sontak tergantikan dengan keanehan. Mata besar Silmi kian membesar saat gadis itu membelalakan mata, tak percaya dengan pemandangan yang ia lihat. Rumah yang ditempati Alwi nyatanya tak serapih yang menempati.

Alwi tersenyum kaku. Alwi hanya mampu melempar senyum kikuk saat Silmi melempar pandang yang dapat diartikan "kok bisa" itu. Silmi tak menyangka jika Alwi yang selalu berpenampilan rapih rupanya tak pandai mengurus rumah.

"Sebenernya aku juga baru pindah kesini. Dan ... sebelum pulang ke Indo, aku gak sempet beresin rumah karena sibuk sama kuliah. Percaya deh, aku orangnya rapih. Aku gak seperti apa yang kamu kira." Alwi membela diri.

"Yakin?"

"Iya, yakin banget malah."

Tapi Silmi malah terkekeh kecil, menyaksikan Alwi dengan buru-burunya menyambar beberapa piring kotor yang masih betah bertengger diatas meja. Meraih beberapa jaket yang menggantung lusuh dipinggiran sofa dan mengelap tumpahan kopi yang jelas sudah mengering sudut meja kecil.

"Kang Alwi mandi aja, biar Silmi yang beres-beres."

"Sil, perjalanan kita jauh. Aku mau kamu istirahat sekarang, masalah beres-beres bisa aku urus besok."

"Tapi Kang, rumah ini berantakan."

"Ok?"

Silmi mengangkat kedua bahu.

"Gak ada beres-beres malem ini, ok?" Alwi mempertegas.

Alwi mengacungkan telunjuk bentuk peringatan. Pria itu memperjelas agar Silmi tak berani beres-beres seperti apa yang gadis itu ajukan sebelumnya.

"Ok!"

●●●●●

"Ya Ampun, kamu tuh ya ..."

"Maaf."

"Bukan maaf, tapi aku yang seharusnya berterima kasih."

Si manis yang baru keluar dari kamar mandi dibuat kesal sekaligus lega karena perbuatan Silmi. Bagaimana tidak, saat Alwi menyuruhnya istirahat, yang dilakukan gadis itu malah benar bersih-bersih. Tak ada lagi barang yang berserakan tidak pada tempatnya. Semua rapih selayaknya rumah dibereskan.

Khodijah UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang