Bagian 16

102 6 0
                                    

"Wah, ndak nyangka aku bisa satu kampus sama kamu."

Humam menyeringai lebar saat mengetahui Salwa bersekolah ditempat yang sama dengannya. Adik lelaki Silmi itu terlihat begitu bahagia saat bertemu dengan adik perempuan Alwi yang dulu sempat ia taksir saat pertama kali berjumpa diacara wisuda Silma. Keduanya ternyata sama-sama memilih kampus kakak mereka untuk mencapai gelar sarjana.

"Kalo Kang Alwi ndak kesini buat jenguk kamu, aku ndak bakalan tau kalo kamu ternyata kuliah disini juga."

"Salwa sengaja nggak cerita sama siapa-siapa."

"Ya, tau gitu kan kita bisa berangkat bareng."

Salwa terkekeh kecil dengan tingkah Humam yang tidak berubah sejak pertama ia mengenalnya. Masih suka menggombal dengan tingkah kekanak-kanakan yang menghangatkan suasana.

Alwi sengaja terbang ke Mesir saat mendapat kabar duka mengenai kepergian salah satu dosennya dulu. Reuni sekaligus menjenguk adik.

Berbeda dengan Humam yang sudah dua tahun menimba ilmu di Mesir, tahun ini merupakan tahun pertama Salwa memulai perburuan ilmunya ditempat Alwi dulu. Saat yang remaja kian dewasa, tak terasa sudah ada banyak hal yang dilalui.

"Salwa, gimana kalo kita mengulang kisah Mbak Silma sama Kang Alwi?" Tanya Humam saat Alwi yang menjenguk keduanya pergi kekamar mandi.

"Maksudnya?"

"Ya, khm! Hm ... mengulang kisah cinta mereka." Humam terbata-bata.

Salwa tersedak. Buru-buru gadis itu menenggak air yang ada didalam botol minumnya. Gadis itu tidak menyangka, terlalu mengejutkan.

Humam yang sejak awal memang sempat menyimpan perasaan kepada Salwa nyatanya kembali menguatkan perasaanya. Pria itu senang melihat Salwa Anisa yang kini salah tingkah. Gadis berkerudung hitam itu terlihat imut baginya, bagi Humam.

"Aku suka kamu, Sal. Dari awal ketemu malah." Ungkap Humam tanpa ragu.

"Apa?" Salwa kembali salah tingkah.

"Belajarnya yang fokus dulu."

"Kang Alwi?" Humam yang kini berbalik salah tingkah.

Alwi hanya mengumbar senyum geli saat Humam menatapnya dengan tatapan anak kecil yang manja. Ia tahu jika adik iparnya itu malu dengan kehadirannya disaat yang tidak tepat.

"Gimana Kang, boleh aku suka sama Salwa?"

"Ya, itu sih terserah Salwa." Jawab Alwi santai.

"Serius?" Tanya Humam penuh semangat.

"Tapi sekarang fokus dulu sama pelajarannya. Ntar kalo udah lulus ..."

"Boleh nikahin Salwa?" Sambar Humam memotong ucapan Alwi.

"Udah udah. Kang Alwi katanya ada janji sama Kak Husain?" Salwa mengalihkan pembicaraan.

Alwi hanya bisa tertawa kecil melihat Humam yang baginya masih saja kekanakan. Melihat kedua adiknya, Alwi lantas merindukan masa-masa awal kuliahnya dulu. Penuh warna bersama keempat sahabatnya yang kini sukses di tanah air.

"Yang rajin-rajin belajarnya Salwa sama Humam, jangan dulu pacaran."

"Nggih, Kang." Ucap Humam lemas yang disambut senyum kecil Salwa.

"Kang Alwi pergi dulu ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum sallam."

●●●●●

Hari.

Saat hari kian berlalu, ada banyak kenangan yang tercipta dibaliknya. Entah suka maupun duka, baik risau ataupun gundah, terima atau tidak terima, begitulah manusia menjalani hari-harinya.

Khodijah UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang