Subuh hari. Disaat langit fajar masih gelap terselimuti awan kelabu, sayup-sayup suara kumandang adzan terdengar mengalun. Silmi membuka mata perlahan-lahan. Tubuhnya lebih baik setelah demamnya turun.
Silmi hendak kekamar mandi saat ia merasa tangannya tertahan. Betapa terkejutnya si gadis berlesung pipi saat menemukan sosok Alwi yang tertidur disampingnya dengan berpegangan tangan.
"Jadi, Kang Alwi tidur disini?" Gumamnya pelan tak ingin membangunkan.
Detak jantung Silmi kian cepat. Gadis itu berdebar untuk pertama kalinya tidur bersama Alwi. Sejauh pernikahan mereka, Alwi dan Silmi tidak pernah tidur bersama. Awalnya untuk menjaga perasaan masing-masing, kemudian berlanjut sampai sekarang meskipun rasa suka sudah diungkapkan.
Silmi sendiri tidak pernah membuka hijabnya dihadapan Alwi. Canggung menurutnya. Tapi pagi ini, gadis itupun menyadari jika rambutnya tidak lagi ditutupi hijab. Ia tak ingat kapan ia membuka kerudung atau memang dia tidak membukanya.
"Kang Alwi, tidur juga masih manis." Puji Silmi mengamati wajah Alwi yang tertidur pulas.
Silmi menatap bangga sekaligus sedih mengingat Alwi yang sibuk dengan tugas kuliah dan harus mengurusnya semalaman penuh.
"Matur suwun, Kang."
Semburat merah mulai nampak dari ufuk timur. Langit gelap perlahan terlihat cerah. Kicau burung pagi menghias telinga dengan merdu nyanyiannya. Rutinitas pagi.
Alwi meregangkan tubuh dalam tidurnya. Tapi saat tangan kanannya meraba kesisi tempat tidur Silmi, mata kantuknya sirna seketika. Alwi terkejut saat mendapati istrinya tidak ada.
Tapi Alwi lebih terkaget lagi saat mendapati seseorang tengah menyisir rambut hitam panjangnya yang indah. Pemandangan yang tidak lazim untuk matanya. Alwi terpukau begitu menatap pantulan kaca yang menampakkan wajah luar biasa cantik seorang Silmi. Gadis yang tengah merapihkan rambut itu tersenyum saat menyadari bahwa Alwi mengamatinya melalui pantulan kaca. Senyum yang kikuk.
"Silmi?" Panggil Alwi tak percaya.
"Bener Kang Alwi yang buka kerudung Silmi semalem?" Tanya Silmi yang berbalik menghampiri Alwi.
Otaknya memutar memori di malam hari. Alwi ingat saat ia melihat Silmi yang tidur dalam gelisah. Mungkin karena demamnya, tapi juga karena kerudung yang nampak tidak nyaman dikenakan saat tidur. Alwi yang mengamati segera membuka kerudung Silmi saat gadis itu melepaskan jarum yang menyatukan kerudung bagian depannya. Barulah, gadis demam itu tertidur pulas.
"Maaf. Soalnya tidur kamu gelisah, gak nyaman gitu, jadinya ya ... aku buka." Jelas Alwi terbata-taba. Belum terbiasa melihat Silmi yang tidak mengenakan hijab.
"Kalo Kang Alwi ndak nyaman, Silmi bisa pakai lagi kerudungnya."
Alwi seketika menahan tangan Silmi yang hendak meraih kerudung diatas nakas.
"Aku gak nyaman karena terlalu cantik."
Silmi tersipu. Ada rona merah dipipi yang mewarnai rasa senangnya.
"Supaya aku terbiasa, kamu jangan lagi pakai kerudung didepan aku, ok? Ya, supaya aku juga bisa menikmati kecantikan kamu tanpa hijab yang gak bisa dilihat sama lelaki lain."
"Tapi Silmi cantik gak pakai kerudung?" Tanya si gadis yang tidak ingin dipandang jelek tanpa hijabya.
"Cantik. Dengan kerudung kamu sangat cantik, tapi tanpa kerudung ..." Alwi menghentikan bicaranya yang membuat Silmi kian penasaran.
"Kenapa?"
"Aku gak tahu kalo kamu bakal secantik ini tanpa kerudung. Aku bahkan gak pernah ngebayangin wajah kamu yang tanpa hijab dan nyatanya, selama ini aku gak sadar kalo tinggal bareng sama bidadari tak berhijab yang amat sangat cantik."
![](https://img.wattpad.com/cover/205875304-288-k891931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Khodijah Untukmu
RomanceMenikahi seorang wanita tanpa cinta bukanlah perkara mudah. Sekalipun memiliki paras cantik dan pribadi yang ceria jikalau hati tak berlabuh untuknya, maka bahagia tak akan pernah singgah. Begitulah Alwi, seorang pria tampan yang akan meminang pujaa...