"Pasien terakhir, selesai!"
Husain segera menghempaskan tubuh lelahnya ke atas kursi kerja. Si dokter yang lelah lantas mengurut pelan dahinya yang sedikit pusing. Seharian penuh di klinik bersama setumpuk pasien nyatanya cukup membuat Husain kewalahan.
Memasuki musim penghujan, virus-virus pengganggu sudah begitu gencarnya merasuki tubuh lemah manusia. Dari mulai penyakit ringan sampai penyakit serius sekalipun, media sudah ramai memberitakannya.
Tok ... Tok
Zaki dengan senyum lebarnya memasuki ruang pribadi Husain. Memberikan secangkir teh hangat untuk mengendurkan otot-otot yang tegang.
"Dok? Boleh tanya sesuatu?" Zaki memberanikan diri.
"Tentu, apa?" Balas Husain lalu menyeruput teh hangat pemberian Zaki.
"Bukan orang ataupun keturunan Indonesia, tapi bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar, bagaimana ..."
"Teman. Ada teman yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri." Ucap Husain menyela pertanyaan Zaki. "Waktu kuliah di Mesir, aku banyak berteman sama mahasiswa Indonesia. Mereka ramah, baik dan sopan. Ya, menurutku asik sekalian menambah wawasan bahasa asing."
Husain berdiri dibelakang jendela kaca yang menghadap keluar, menampakan jalanan kota yang sibuk dengan berbagai macam kegiatan manusia. Zaki masih mengamati, ada cerita lain yang ingin ia dengar. Tapi Zaki memilih diam dan menunggu.
Si pemilik klinik membalik tubuhnya menghadap Zaki, ada gurat berat yang tampak saat ia hendak mengungkapkan cerita lain.
"Sebenarnya, ada seseorang yang sudah aku anggap seperti adik aku sendiri. Dia juga yang menjadi alasan kenapa aku belajar bahasa Indonesia. Dia punya penyakit yang sama seperti adik kandungku yang meninggal waktu berumur sembilan tahun. Dia wanita tangguh yang berjuang melawan sakitnya dengan penuh senyuman. Melepas cinta demi adik tercinta."
Zaki yang terus menyimak nampak semakin tertarik. Mungkinkah cerita yang dituturkan oleh rekannya ini sama dengan cerita yang ia ketahui kala di Indonesia? Zaki menduga-menduga atas cerita yang tak asing baginya.
"Tapi, kenapa dr.Husain sampai bela-belain belajar bahasa Indonesia? Apa dia spesial?"
Si pria Turki menyiratkan senyum kecil saat mengingat perasaannya kala itu. Husain, yang tampak tenang dan tak banyak bicara itu rupanya pernah menaruh hati pada Silma sebelum menyadari jika gadis itu mencintai orang lain. Husain tak pernah mengungkapkan perasaannya kepada siapapun, termasuk Silma yang ia taksir.
"Dia pasiennya Baba. Kita punya harapan besar supaya dia sembuh walau kemungkinannya kecil. Tapi akhirnya, takdir berkata lain. Dia kembali."
"Silma. Mungkinkah dia ..."
"Darimana kamu tahu?"
Husain menatap heran pada Zaki. Bagaimana lawan bicaranya itu bisa tahu nama orang yang tengah mereka bicarakan. Jangan katakan jika Zaki juga mengenalnya? Dunia akan benar-benar kecil jika memang benar Zaki juga mengenalnya.
"Silma, dia nyaris jadi kakak iparku kalo seandainya nggak ada permintaan terakhir sebelum akhir nafasnya."
"Maksud kamu?"
"Ya, persis seperti apa yang sekarang ada dibenak dr.Husain."
"Wait, jangan bilang kalo kamu Zaki yang diceritain sama Alwi?"
Dunia benar-benar kecil. Dari sekian banyak orang, Husain malah bekerja dengan seseorang yang masih ada sangkut pautnya dengan Alwi dan Silmi. Sepertinya hidup seorang Husain memang tidak bisa jauh dari kisah teman Indonesianya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/205875304-288-k891931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Khodijah Untukmu
RomansMenikahi seorang wanita tanpa cinta bukanlah perkara mudah. Sekalipun memiliki paras cantik dan pribadi yang ceria jikalau hati tak berlabuh untuknya, maka bahagia tak akan pernah singgah. Begitulah Alwi, seorang pria tampan yang akan meminang pujaa...