Ankara. Ibu kota Turki sejak 1923 itu rupanya kota terbesar kedua setelah Istanbul. Menyimpan sejarah juga berbagai situs arkeologi dari masa Ottoman, Byzantium, dan Romawi.
Dipagi menjelang siang yang terik ini Silmi tak banyak kegiatan. Ditinggal Alwi kekampus nampaknya tak menjadikan Silmi gadis rumahan yang kerjaannya hanya diam atau sekedar beres-beres. Meski sendiri, semangat Silmi untuk menjelajahi kota indah ini tak pula luntur. Hari ini Silmi memutuskan untuk mengelilingi komplek rumahnya yang bagi Silmi sendiri sangat menawan.
Rumah-rumah khas Turki membentang sepanjang jalan yang menyerupai lorong panjang menuju jalan utama. Jalan beraspal yang menanjak dan menurun itu menjadi ciri khas tersendiri. Rumah bertingkat dengan model hampir sama itu dibangun seindah mungkin. Didepan-depan rumah, dapat dengan mudah ditemukan berbagai macam bunga dan tanaman lain yang indah. Atmosfir baru yang menenangkan.
Mata indah Silmi tak bosan melirik kesana kemari. Pemandangan baru yang tak akan ia dapatkan di indonesia. Ya, rumah khas Turki yang cantik. Senyum cantik si bidan terus nampak menghiasi wajah cerahnya yang sedap dipandang.
"Silmi!" Pekik sebuah suara dari kejauhan.
Silmi yang mendengar namanya dipanggil sontak menoleh kearah sumber suara.
Klik!
Suara jepretan foto yang diambil diam-diam itu mengusik Silmi. Tapi saat gadis itu menyipitkan mata, risih yang ia rasa karena seseorang mengambil fotonya seketika berubah menjadi sebilah senyum.
"Kang Alwi?"
Silmi berlari kecil menghampiri Alwi. Gadis dengan long dress tosca dan hijab merah muda itu melebarkan senyumnya yang apik. Nampak rona bahagia memancar.
"Ikut yuk." Ajak Alwi dengan nada riang.
"Kemana?"
"Belanja. Aku tau kamu pasti mau belanja, iya kan?"
"Gimana ndak mau, kulkas aja kosong ndak ada isinya. Bahan masakan juga ndak ada, ndak iso masak aku, Kang."
"Memang gak pernah ada isinya. Setiap hari aku makan dikampus, kalo malem ya, beli makan diluar."
"Jadi Kang Alwi ndak pernah masak?"
"Boro-boro, Sil. Mana sempet aku masak."
"Ndak sempet atau ndak bisa?" Goda Silmi yang membuat Alwi sedikit terbata-bata.
"Ya ... ya, gak ... gak bisa sih." Ucap Alwi diakhiri sebuah senyum kecut.
Silmi terbahak kecil seraya memalingkan wajah. Gadis itu nampak puas menggoda Alwi yang ia tahu pasti tidak bisa memasak. Bagaimana bisa memasak kalau membereskan rumah saja tidak bisa?
Saat Silmi sibuk tertawa karena menggoda Alwi, gadis itu tak sadar jika yang ia goda malah ikut asik menatapnya. Senyum tipis nampak melengkung dibibir Alwi. Matanya betah menatap Silmi yang tertawa lepas. Tawa yang belum pernah ia lihat sejauh ini. Tawa yang menghibur hatinya.
"Tapi, Kang ... gimana Kang Alwi tahu Silmi ada disini?" Tanya gadis itu saat tawanya mereda.
Alwi tersenyum sekilas.
"Gak sadar ya diikutin?"
"Diikutin?"
"Kebetulan aku pulang cepet jadi ya, aku pulang aja. Tapi pas mau kerumah, kamu malah keluar dan ... kamu kelihatannya ceria banget. Jadi aku ikutin deh." Jelas Alwi sedikit kikuk.
"Jadi Kang Alwi dari tadi ngikutin Silmi? Setengah jam ini?" Ulang Silmi tak percaya.
Pria yang ditanyai itu mengangguk santai. Sepotong senyum ia pamerkan agar Silmi tak menaruh praduga aneh mengenai dirinya. Alwi segera membalikkan badan, memunggungi Silmi. Dengan isyarat tangan si pria Bandung itu mengajak Silmi untuk segera pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/205875304-288-k891931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Khodijah Untukmu
Roman d'amourMenikahi seorang wanita tanpa cinta bukanlah perkara mudah. Sekalipun memiliki paras cantik dan pribadi yang ceria jikalau hati tak berlabuh untuknya, maka bahagia tak akan pernah singgah. Begitulah Alwi, seorang pria tampan yang akan meminang pujaa...