15.

3.3K 317 17
                                    

Devina pov

Aku dan Andre menonton tv dirumahku. Bagaimana bisa?
Dia memaksa ingin ikut kerumah, yasudah kuijinkan saja.
Lumayan ada teman, selama bibi ku mati aku kan hanya ditemani arwahnya. Becanda!

"Aku ngerasa ada yang aneh sama kamu.." ujar Andre memainkan rambutku yang tergerai.

Aku tersenyum kecil,
"Daridulu aku udah aneh kok."

"Bukan aneh, tapi unik." balasnya.

"Seriusan ini kamu mau jadi pacarku?" tanyaku becanda.

"Iya, aku rela melakukan apapun demi kamu." jawab Andre serius.

Oh sekarang dia jadi bucin...

"Gombal melulu." jawabku.

Ia menarik kepalaku untuk bersandar dibahu-nya. Aku menurut saja, toh ini rasanya nyaman. Oh inikah yang dinamakan pacaran?

"Susah banget ya bikin kamu ngerti perasaanku. Kamu menghindar terus, rahasia apa sih yang kamu tutupin?"

Aku diam. Bingung tentu saja.

"Kamu boleh bercerita apapun padaku. Kamu harus percaya, gimana kamu mau bahagia kalau kamu saja tidak bisa percaya."

Dia tau isi hatiku...

"Entahlah, Andre. Aku hanya merasa... Kesepian." aku menjauhkan diri darinya.

Ia kembali memelukku,
"Sudah kuduga. Meskipun kamu sering senyum, aku tau tatapan mata kamu kosong. Kamu ngerasa nggak punya harapan. Benerkan?"

Aku mengangguk.

"Kita diciptakan saling melengkapi loh, bukan saling membunuh." ucapnya menyindirku.

Aku diam. Menatapnya curiga, aku harus siap pisau lipat kayaknya.
Dia malah tersenyum.

"Aku tau apa yang kamu perbuat selama ini."

Aku menggeleng,
"Bohong kamu."

Mungkin harus kubunuh sekarang..

"Kamu itu ceroboh sekali, Dev. Kamu bahkan kadang meninggalkan jejak. Rambutmu sering rontok saat mengambil nyawa korbanmu. Dan aku yang harus menghilangkan bukti agar kamu tetap aman."

"Andre...."

"Iya, aku yang selama ini mati-matian ngejaga kamu. Nggak sadar ya, Sayang?"

"Kamu serius?" tanyaku lirih.

"Tenang saja, itulah guna-nya kekasih. Saling melindungi dan melengkapi. Mau kah kamu jadi kekasihku?"

Ia berlutut menyodorkan cincin yang entah dia dapat darimanaa.

Aku tersenyum kecil, mengangguk dan menerima. Kami berpelukan.
Aku nyaman. Inikah bahagia? Indah sekali. Baru kali ini aku bahagia karena alasan lain.
Biasanya aku bahagia karena membunuh, kali ini berbeda.

"Kamu tenang aja, aku bukan orang yang nyamar kok."

Aku menyahut,
"Kamu berani kubunuh jika kamu bohong?"

Ia mengelus rambutku halus,
"Bahkan aku rela mati untukmu."

Aku melepaskan pelukan dan tertawa geli,
"Sejak kapan kamu bucin begini, Andre?"

Ia tersenyum,
"Sejak kenal kamu."

"Jadi, kamu bersedia pacaran dengan seorang pembunuh?" tanyaku.

Andre kembali mendekapku,
"Aku mencintaimu apa adanya."

Kali ini benar-benar nyaman..

***

Sepertinya semua tokoh mulai gila😂
Saya juga mulai pusing mikirin tugas kok datang melulu ya.

Hayo ada yang baca cerita ini tapi cuma diem tanpa ngevote atau komen ya? Ngaku aja gak bakal digigit Devina kok😂

Sweet Psycho[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang