21 •Tertawa

1.8K 62 16
                                    

"Kenapa hati ini merasakan kehangatan setiap melihat dia tertawa?"

-Anha shyrta-

***

"Na"

Cewek itu hanya diam

"Anha syrta" panggil Adit sekali lagi dengan suara agak ditekan.

"Eh iya?" Anha yang sedang membaca novel langsung nengok.

"Pulang jam berapa?"

"Emm terserah lo aja deh"

"Gue gak balik"

"Ha? Maksudnya lo nginep gitu?"

"Ya"

"Sendiri?"

"Gue udh gede. Lo gak perlu khawatir!" Ucap Adit dingin.

"Gue ikut lo boleh gak?" Tanya Anha hati hati.

"Ga!"

"Ayolah dit. Sekali aja. Gue bosen dirumah"

"Ga"

"Dit..." rayu Anha dengan muka memelas.

"Lo bisa diem ga?!"

Anha terdiam. Ia benar benar kaget dengan reaksi Adit saat ini. Anha langsung pergi kekamarnya. Ia menahan tangis.

Adit mengacak rambutnya kesal. Kenapa ia bisa sebodoh itu.

"Na" panggil adit saat masuk ke kamar Anha.

Anha Menyeka air matanya.

"Na maaf" ucap Adit saat melihat wajah Anha. Cewek itu menangis.

"Lo keluar!" Ucao Anha membuang muka.

"Na.."

"Dan satu lagi. Lo gak perlu anter gue. Gue bisa pulang sendiri!"

"Lo gak boleh pulang. Gue minta maaf. Gue kebawa emosi"

"Gue cuma pengen disini. Apa gue salah?!"

Tanpa basa basi Adit langsung merengkuh Anha dalam dekapnya.

Entah perasaan apa ini? Kenapa Anha begitu tenang dalam pelukan lelaki ini?

"Maafin gue ya"

Anha hanya mengangguk. Ya tuhan hanga karna pelukan ia bisa mencair?

***

"Bangun Na"

"Hoaaaa. Apasih dit. Gua masih ngantuk" ucapnya sambil menggulat di atas kasur.

"Ikut gue sekarang"

"Mau kemana? Gue masih ngantuk nih. Hoaaa"

"5 menit" ucp cowok itu lalu pergi ke luar kamar.

Anha mengacak rambutnya. "Aduhh gue masih Ngantuk juga. Dia mau ngajak kemana sih" batin Anha.

"Dit"

Adit yang sedari tadi bermain game di hpbya langsung nengok. "Ayo" cook itu memasukan kembali ponselnya.

30 menit perjalanan. Kini mereka telah sampai di tempat yang dituju.

Adit berniat untuk membangunkan cewe disebelahnya. Namun niatnya tertunda. Entah kenapa saat melihat Anha tertidur ia merasa tenang.

"Ngapain lo ngeliatin gue?" Ucap Anha tiba2 saat matanya terbuka.

"Gr lo" ucap Adit langsung membuang muka kedepan.

Anha dan Adit memasuki tempat tersebut.

"Lo ngapain ngajak gue kesini?"

"Minggu depan kita bakal tour ke bali. Dan bakal ada acara pelepasan"

"Minggu depan?!" Anha syok. Bagaimana tidak? Sekolah tidak memberitahukan apapun tentang ini.

"Ya"

"Trus lo ngapain ngajak gue kesini?"

Cowok itu tidak menjawab. Ia tetap berjalan memasuki ruangan tersebut dengan Anha yang mengekornya.

"Hai bro"

Ait hanya tersenyum saat disapa oleh seseorang yang kelihatannya sudah dekat dengan Adit.

"Siapa ni dit?" Tanya org itu

"Kenalin. Saya ana. Temannya Adit"

"Halo ana. Saya Tio temen lama Adit sekaligus pemilik studio ini"

Anha tersenyum ramah.

"Mana gitar yang biasa gua pakai?"

"Oh gitar lo lagi dipake sama ank jerse. Tunggu bentar aja. Bentar lagi mereka kelar kok"

Adit hanya mengangguk. 30 menit kemudian ank jerse sudah keluar dari studio 3. Mereka melihat Anha dengan tatapan yang tidak wajar.

Anha menunduk. Entah mengapa ia merasa takut.

"Hai bro" sapa si ketua grup itu pada Adit. Adit yang melihat reaksi Anha langsung membals dengan tatapan tajam. "Hai cantik"

Anha yang sedaribtadi menunduk mencoba untuk mendengak, menatap pria yang baru saja menyapanya.

"Boleh kenalan? Namanya siapa?" Goda cowok itu sambil menyentuh wajah Anha.

Adit yang melihat itu langsung mengibaskan tangan pria itu dari wajah anha " jangan kurang ajar!"

"Wow..lo siapanya? Paling juga temen" cowok itu tersenyum meremehkan Adit.

"Gue pacarnya" ucap Adit sekilas melihat Anha. Cewek itu syok dengan ucapan Adit barusan. Pacar?

"Sombong banget lo ya! Urusan kita belom selesai!" Cowok itu langsung melangkah pergi dengan tangan jari jempol menghadap bawah

"Dit"

Adit hanya melirik Anha.

"Gak ush ditanggepin" anha yang mengetahui bahwa Adit terpancing emosi, langsung mencoba menenangkannya

Adit tersenyum pada Anha. Lalu memasuki studio 3 untuk mengambil gitar itu dan membawanya ke studio 2.

"Kenapa ga distudio 3?"

"Udh biasa disini"

"Ohh. Trus llu mau nyanyi lagu apa?"

"Tuhan jagakan dia. Lo bantu gue ya"

"Bantu apa?"

"Nyanyi"

"Oh oke"

Detik demi detik berlalu. Anha dan Adit tidak bisa menyelesaikan lagu itu dengan mulus. Anha yang selalu terpesona dengan permainan Adit, membuat cewek itu hilang fokus. Hampir di setiap bait, Anha salah. Dan mereka tertawa bersama. Entah apasaja yang mereka tertawakan.

"Lo itu ganteng dit. Tapi kenapa lo itu dingin?" Melihat tawa adit, ia merasakan kehangatan dihatinya.

"Tuhan. Jagakan dia. Dia kekasihku. Kan tetap milikku" nyanyi Anha sambil menatap wajah Adit yang tersenyum.

"Aku sungguh mencintai. Sungguh menyayangi.." sempat ada jeda beberapa detik. Hanya beberapa detik namun mampu membuat hati berdebar. "Setulus hatiku" lanjut Adit lalu tersenyum.


Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang