Max merasakan kepalanya berputar. Mual hingga ke tenggorokan.
Gelap. Semua terlihat gelap. Bahkan melihat jari tanggannya sendiri, Max tidak bisa.
Entah sudah berapa lama dalam gelap. Max kembali merasakan kepalanya seakan ingin pecah.
Sinar terang menyilaukan. Max mengangkat tangan, menghalangi matanya.
Suara riuh dua anak kecil berlarian saling kejar. Satu tertawa, satunya cemberut mengejar.
Max melihat dua anak itu.
Entah mengapa Max merasa kedua anak itu terlihat familiar. Tapi Max tidak berhasil menebak.
Anak itu berlari mendekat. Melewati tubuh Max, seolah itu udara tipis.
Max meraba tubuhnya sendiri.
Apa ia hantu?
Max berbalik. Kembali melihat dua anak itu masih saling mengejar.
"Mommy.... Kakak nakal." adu salah satu anak yang mengejar.
"Aku gak nakal, Mom... adek aja yang gak bisa lari cepat." protes satunya.
Kedua anak itu menghampiri seorang wanita yang sedang duduk di tikar bawah pohon. Wajahnya menunduk, menulis sesuatu di sebuah buku.
Lagi-lagi Max merasa familiar.
"Kemari sayang, beri Mommy pelukan." wanita itu mengangkat wajahnya, merentangkan kedua tangan pada bocah kembar.
Max terpaku tidak mampu berkedip. "Elena?"
Wanita yang dipanggil 'Mommy' oleh dua bocah kembar adalah Elena.
"Anak siapa bocah itu?!" Max terhuyun ke belakang. Tidak ingin melihat penandangan harmonis di depannya.
Kepala Max kembali berputar. Cahaya menyilaukan muncul di depan mata.
Begitu membuka mata. Max berada di sebuah ruangan. Ada Sila sedang menggendong bayi.
Max ingat, ini adalah hari dimana Elena lahir.
Cklek.
Max menoleh.
Trio R dan Max remaja masuk.
Trio R terlihat antusias menyambut Elena. Mereka bergantian menyentuh pipi Elena. Masih belum berani menggendong.
Max remaja berdiri jauh. Diam.
"Max... kemari." pinta Raga.
Max mengangguk, mengikuti perintah dengan patuh.
"Lihat... dia cantik 'kan?" Raga membanggakan anaknya.
Max remaja mengalihkan tatapannya pada bayi mungil. Tangan bayi bergerak-gerak bodoh. Mata hitamnya jernih.
Perlahan Max mengulurkan jarinya. Disambut oleh tangan mungil Elena. Menggenggam erat.
"Lihat... Elena menyukaimu, Max." Sila tersenyum.
Max takjub melihat bayi mungil bernama Elena. Tanpa sadar bibirnya tersenyum.
---
Gambar di depan Max menghilang dan digantikan gambar lainnya.
Elena kecil menangis di depan sebuah gundukan. Ada bunga bertebaran di atasnya.
Max berdiri memegang sebuah payung. Melindungi Elena dari panas matahari.
Max mengingatnya, kejadian itu ketika kelinci peliharaan Elena mati.
Butuh seharian agar Elena mau berhenti menangis.