Elena dan Gema menyapu salah satu lapangan di sekolah. Saat ini jam pelajaran masih berlangsung. Mereka berdua sedang di hukum. Dikarenakan mengobrol di kelas.
"Gema!" Elena memukul punggung Gema.
"Apa sih, Elena?"
"Kamu gak dengerin cerita aku?"
"Aku dengerin, Elena sayang. Kamu bilang paman Max sedang pergi ke luar negeri. Tentang betapa rindunya kamu sama paman Max."
"Hehe... Kamu ingat?"
"Ya iyalah, kamunya aja udah bilang berulang kali."
Elena mengerucut sebal.
"Gema."
"Apalagi?"
"Temani aku ke mall ya? Aku mau beli hadiah buat Max. Besok Max pulang, dan satu hari berikutnya itu hari ulang tahun Max."
"Terserah."
"Oke, makasih Gema."
---
Elena dan Gema berkeliling Mall sudah hampir tiga jam. Belum juga menemukan yang sesuai kemauan Elena.
"Elena, aku nyerah."
"Ayolah, Gema... Aku harus kasih hadiah apa? Tahun lalu aku sudah kasih jam tangan, tahun sebelumnya kemeja..."
Gema lebih memilih duduk diam mendengarkan setiap kata Elena.
"Kasih aja sesuatu yang kamu buat sendiri."
Elena terdiam. Benar juga.
"Oh kau pintar, Gema!"
"Yah... Boleh sekarang kita pulang?"
Elena mengangguk. "Ayo."
---
Di sinilah Elena. Mendengarkan setiap instruksi dari nyonya Sila.
"Nena.... Masukan kuning telur. Bukan sama putih telurnya." Sila menggeram.
"Mama... Ini susah misahinnya."
"Nena... Minggir deh. Bikin Mama jadi greget ngeliatin kamu masak."
"Ih Mama... Nena mau belajar masak. Masa Nena gak bisa masak. Nena 'kan pengen jadi istri yang baik kayak Mama."
Sila mengusap kepala Elena. "Mama senang kamu mau belajar, sayang. Tapi sekarang kamu lihat Mama dulu ya..."
"Oke."
---
Max dalam perjalanan pulang.
Seorang pramugari tersenyum menyuguhkan secangkir kopi untuk Max.
Saat pramugari itu membungkuk dekat, Max berbisik pelan yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua, "Lima menit lagi, saya tunggu anda di toilet." Max melirik nama sang Pramugari, "Nona... Kris?"