Max menghampiri Elena yang sedang terisak.
Baru saja pulang dari kantor. Langsung disuguhi pemandangan Elena yang terisak di depan boks bayi si kembar.
"Sayang.... Hei ada apa?"
Elena melihat itu Max. Ia memukul brutal ke Max.
"Sialan. Kamu memang jahat Max. Aku bilang, aku gak mau hamil dulu. Tunggu si kembar bisa jalan sendiri!"
Max gak ngerti!
"Aku hamil Max."
Bagus lah!
Max tersenyum. Mengecup kening Max. Mengucapkan terima kasih.
Elena mengerucut sebal. "Si kembar baru empat bulan, Max!"
Merengkuh Elena ke pelukan. "Sayang.... udah nangisnya kasihan baby kecil."
Mendengus, tapi Elena berhenti menangis. Menelusupkan wajahnya. Menghapus air mata dan sedikit ingus ke kemeja Max.
"Aku ngantuk."
Tanpa kata, Max mengangkat Elena, kembali ke kamar mereka.
---
Hamil kali ini tidak begitu merepotkan Elena.
Beruntung ia tidak mengalami mual. Hanya lebih banyak makan dan lebih manja pada Max. Tidak ingin jauh-jauh.
Ada beberapa kali Max harus batal berangkat ke kantor hanya karena Elena melilit Max di atas kasur, tidak membiarkannya pergi bahkan turun dari kasur.
Satu kali Elena menelepon sambil menangis. Karena ketika bangun, Max gak ada di sampingnya. Max sudah di kantor dan terpaksa balik lagi.
Max tidak berdaya.
---
Sayangnya ketika kehamilan Elena mendekati HPL, Max haru ke luar negeri. Perusahaan mengalami krisis. Max diharuskan ada di sana untuk mengurus karena tidk bisa diwakilkan.
Riki juga ikut membantu.
Ketika hari persalinan. Elena ditemani Sila, Raga, dan Raka.
Gema dan Sarah di rumah menjaga si kembar.
---
Seorang putri lahir.
Sangat cantik. Duplikat Elena.
Max langsung jatuh cinta begitu melihat putrinya. Mengingatkan ia ketika pertama kali bertemu Elena.
"Jenny Raskal." Max menamai putrinya.
---
Max menimang Jenny.
Melihat dua orang berdiri di depannya. Max menatap penuh tanya.
"Om..." Gema mengangkat wajahnya menatap Max. Gugup. Sebelah tangannya menggenggam tangan Sarah yang berdiri di sampingnya.
"Om... kami meminta restu untuk menikah."
Max diam. Dia terlalu syok hingga tidak tahu harus berkata apa.
Gema dan Sarah semakin gugup.
"Ayah..." panggil Sarah.
Max butuh menghela nafas beberapa kali, "Kalian sudah memikirkan ulang apa itu 'menikah?'"
"Kami yakin, Yah."
Max melihat keduanya bertekad. Kalau sudah seperti ini Max tidak bisa berkeras hati.
"Urus semuanya secepat mungkin."