Beberapa hari belakangan, Elena tidak melihat keberadaan Max bahkan di sekitar papa Raga.
Biasanya dimana ada papa Raga, tak jauh pasti ada Max.
Elena menggeleng.
"Jangan pikirin dia lagi, Nena." ucap Elena untuk dirinya sendiri.
"Ish... tapi dia bikin kangen?"
Elena seharian ini hanya berguling-guling di kamarnya.
"Max! Awas kalau muncul lagi. Jangan harap bisa lepas dari aku."
Elena masih belum menyerah.
---
Raga bersama Riki mengunjungi Max.
Max sudah lebih baik. Hanya saja ia perlu waktu lebih untuk memulihkan diri.
"Max... kau tahu kenapa kami memukulmu?" Raga bertanya.
Max mengangguk mengerti.
"Jika kau hanya membuat Elena menangis. Kami tidak akan memukulmu sampai mematahkan kakimu."
Max menatap ragu pada Raga.
"Aku tahu apa yang sedang kau rencanakan." Riki berkacak pinggang menatap Max.
Usia Max satu tahun lebih muda dari Riki. Sejak Max bekerja untuk Raga. Dulu mereka sering bermain bersama. Saat itu juga Riki sudah menganggap Max seperti adiknya sendiri.
Max memalingkan wajah.
"Kau ingin balas dendam 'kan?" tebak Raga.
Riki lagi-lagi tertawa. Ingin sekali ia memukul kepala Max agar sadar. "Kau bodoh Max. Kau hanya sendiri, sedangkan mereka banyak. Kau hanya akan mati konyol, kau tahu?!
Kau adalah satu-satunya keluarga kerajaan di Denmark. Satu-satunya darah murni kerajaan. Jika mereka tahu kalau kau masih hidup. Kau tahu apa artinya? Mereka hanya akan memburumu dan membunuhmu."
"Aku tidak takut mati."
Riki tertawa mengejek. "Kau tidak akan pernah aku ijinkan untuk mati, Max! Karena Elena pasti akan sedih. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Aku tidak pantas untuk Elena."
"Ya... Kau sangat tidak layak."
---
"Nena... Ikut Papa..."
Elena menatap papa Raka. "Kemana Pa?"
"Ikut saja."
Raka membawa Elena ke salah satu kafe miliknya.
"Tunggu di sini. Papa harus mengurus sesuatu."
Elena mengangguk.
Kafe milik papa Raka selalu ramai pengunjung.
Mengamati sekeliling. Elena melihat seseorang yang dikenal.
"Sarah...."
Gadis cantik bernama Sarah, memakai seragam pelayan kafe.
"Duduk... temani aku ngobrol di sini."
"Saya harus kerja."
Elena menggeleng tegas. "Temani aku atau aku pecat kamu?"
Sarah terlihat ragu. Akhirnya ia duduk di seberang Elena.
"Berapa lama kamu kerja di sini?"
"Apa mau kamu?"
"Jangan takut. Aku hanya ingin berteman. Sekarang kita mulai dari hal-hal sederhana." Elena mencondongkan tubuh lebih dekat ke Sarah, berbisim pelan. "Dimana kamu tinggal?"