Hujan turun di malam hari.
Elena berdiri di balkon kamar. Merapatkan jubah tidurnya.
"Nena...." Max memerangkap Elena ke pelukan.
"Hm." Elena masih fokus melihat ke depan.
"Masuk. Di luar dingin."
"Sstt... diam Max." Elena menunjuk ke satu sudut di bawah.
Max mengikuti arahan Elena.
"Anak sulungku sudah dewasa." komentar Elena.
Max kaku.
Di bawah. Ada dua orang sedang berciuman. Itu Sarah dan Gema.
Sarah memang lahir tanpa rencana Max. Tapi Max sangat menyayanginya.
"Ehh... Mau kemana?!" Elena menangkap Tangan Max, ketika lelaki itu akan beranjak pergi.
Max menggertakan gigi. "Menghajar sahabat bodohmu itu."
"Diam di sini. Mereka berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri. Tentu saja jika Gema bodoh itu berani menyakiti Sarah kesayangan kita, kamu bisa menghajarnya."
Max tidak lagi ingin pergi, tapi nafasnya masih keras bahwa ia menahan amarah.
Anak gadisnya!
Elena menarik Max untuk menunduk mengecup bibir Max.
"Gema memang bodoh, Max. Tapi dia orang yang baik. Percaya padaku."
Max menangkup tangan Elena yang bertengger di pipinya. Menarik tangan Elena. Mengecup setiap jarinya. Barulah Max menghela nafas lega.
"Aku tidak ingin Sarah disakiti." ucap Max. Ia adalah ayah yang buruk.
---
Elena bangun di tengah malam karena mendengar suara tangis si kembar.
Menarik selimut lebih rapat menutupi tubuh polosnya. Bersiap bangun tapi ditahan oleh Max.
"Tidur sayang.... Biar si kembar aku yang urus." Max mencium pundak polos Elena.
Elena mengangguk. Kembali tidur. Terlalu lelah setelah percintaan panas.
Max melihat si kembar. Itu Alaska yang popoknya basah.
Mengganti popok Alaska. Max menggendong menimang anaknya untuk kembali tidur.
Max tidak kembali ke kasurnya. Ia keluar.
Tujuannya jelas!
Mengetuk pintu kamar Gema.
Gema sedikit linglung melihat Max. "Ada apa om?"
"Temani saya berlari."
"Huh?" jam masih menunjukan pukul dua dini hari. Ingin berlari? Apa om Max sedang tidur sambil berjalan.
Gema mengangguk tak berdaya. Mengikuti di belakang Max.
Mereka berlari di sepanjang garis pantai.
Lebih parahnya, Max menyuruh Gema berlari sambil telanjang dada.
Ketika pagi datang. Gema tidak ikut sarapan. Ia mengurung diri di kamar.
Gema masuk angin!
---
Elena, Max dan anak-anak duduk menikmati es kelapa muda. Bercerita hal-hal acak.
"Kita harus sering-sering berlibur seperti ini." ucap Elena.
"Hm... Ini menyenangkan." Sarah mengangguk setuju.
Max hanya tersenyum, sesekali mengusap rambut Elena.
"Ngomong-omong.... dimana Gema?" Elena mengernyit.
Sarah dan Max berkedip, mereka lupa dengan makhluk satu itu.
"Lupakan saja, toh dia sudah besar." Max kembali sibuk dengan es kelapa muda.
Sarah mengangguk, tapi sorot matanya menjadi kosong. Es kelapa muda tidak lagi terasa menyegarkan.
Elena menatap Max lalu Sarah. Keduanya terlihat aneh.
"Coba kamu cek Gema, Sarah.... Aku lihat pintu kamarnya terus tertutup."
Sarah mengiyakan, melangkah kembali ke dalam vila. Setiap langkahnya semakin ia percepat.
Setelah Sarah pergi, Elena menatap Max.
Mengambil gelas dari tangan Max.
Elena duduk di pangkuan Max, mengangkangi dan menghadap ke arah Max.
"Katakan, Max... Apa yang kamu sembunyikan?" Elena mengalungkan tangannya ke leher Max. Mengunci mata mereka.
Max berdeham. "Tidak ada." kilahnya.
Elena menyipit, bibirnya menyeringai.
Perlahan tangan Elena turun. Memasukan ke dalam celana Max. Meremas penis sang suami.
"Sshhh.... Elenahh.... ada si kembar."
"Katakan.... Max." Elena mengeratkan cengkeramannya.
Max menggeram mendesah. "Arggghhh.... Shhhh...."
Max tidak akan mengatakanya. Menyambar bibir Elena, melampiaskan hasratnya yang sudah terbangun.
"Hmmmmhhhh...."
Max menyesap bibir Elena. Menelusupkan tangan ke dalam kaos, menangkup kedua payudara, meremasnya kuat.
Elena megurut maju mundur penis Max dengan tangan. Keduanya menempel semakin dekat seolah ingin melebur jadi satu.
Tangan Max turun ke celana Elena. Menariknya turun.
"Max.... janganhh..."
Tidak mendengarkan Elena. Max terus menarik turun celana Elena. Mengangkat Elena hingga berdiri dengan kedua lutut.
Max meloloskan penisnya. Mengarahkan ke vagina Elena.
Blus!
"Aaahhh...." Elena mencengkeram pundak Max.
Max menahan pinggul Elena, mulai menggerakan naik turun. Pinggulnya sendiri juga mengikuti irama pinggul Elena. Keduanya mencipta harmoni yang panas.
Gerakan Max semakin cepat dan tak beraturan.
"Oohhh.... Max...."
"Hhmmmhh..."
Crot crot....
Elena menjatuhkan dagunya ke pndak Max. Kehangatan menyelubungi perutnya.
"Kamu gila Max. Ini di luar, bagaimana kalau Sarah kembali dan melihat kita?!"
Max terkekeh. "Siapa suruh kamu menghodaku?"
"Aku tidak." Elena menoleh ke arah si kembar, beruntung kedua anaknya sedang tidur.
"Minggir Max... Lepas penismu dariku!"
Max menggeleng, "Biarkan sebentar, kamu sangat hangat sayang."
Elena mendengus, membiarkan Max. Matanya mulai mengantuk.
---
Di vila.
Sarah sedang duduk di tepi ranjang Gema. Memeras handuk dengan air hangat, meletakan di kening Gema.
"Gema bodoh, gimana bisa kamu sakit diam aja?!"
Tidak ada jawaban dari Gema. Ia tidur setelah minum obat.