Chapter 8
Keputusan
*****
Angin berhembus masuk ke sebuah ruangan dengan lembut, membuat tirai bambu berukiran awan melambai-malambai. Sesekali angin menjadi nakal. Ia menyentuh tumpukan kertas di atas meja, tapi tidak sampai mengacaukannya. Selain itu, angin juga menyentuh lembut wajah seseorang, berusaha menyapanya, namun laki-laki yang sedang duduk bagaikan patung itu bahkan tidak bisa merasakan keberadaannya. Meski diabaikan, angin tetap berhembus pelan di sekitarnya, seolah ingin mengajak bermain.
Seorang pria yang duduk di depannya, sambil membaca buku, tiba-tiba bersuara, "Kalau kau bosan, keluarlah bermain."
Tidak ada yang bicara setelah itu dan tak lama kemudian, pria itu berkata, "Aku harus mengoreksi jawaban murid-murid."
Lalu hening lagi.
Lan WangJi bersuara lagi, "Tidak boleh. Kondisimu belum pulih."
"Mn. Aku bisa membuat makanan pedas untukmu."
"Iya. Nanti aku belikan Tian Zi Xiao."
"Aku tidak minum, Wei Ying."
Tanpa disadari pria itu, seseorang yang tidak bermaksud mengintip apa yang dia lakukan di paviliun perpustakaan, menahan napas dan mengepalkan tangan. Seolah ada sesuatu yang menghantamnya, hatinya menjadi sangat sakit, membuat sesak napas, ingin marah, tapi mungkin air mata yang bisa mengekspresikannya meski tidak berhasil mengalir keluar.
Lan QiRen menahan perasaannya ketika meninggalkan tempat itu. Pikirannya kalut dan tidak tenang. Jelas sekali kondisi Lan WangJi tidak baik-baik saja. Apa yang harus dia lakukan? Tidak mungkin dia membiarkan hal ini berlangsung selamanya, bukan? Wei WuXian memang sudah menjadi mayat hidup, tapi ia tidak pernah berbicara atau berjalan dengan kehendak sendiri. Ia hanya diam, matanya tertutup, bibirnya terkatup rapat, benar-benar seperti boneka. Jika ia bergerak dan membuka mata, itu pasti akan menghancurkan setidaknya satu perabotan di sekitarnya.
"Apa kau sudah menemukan caranya, XiChen?" tanya Lan QiRen ketika Lan XiChen ke ruangannya untuk berdiskusi.
Lan XiChen menunduk, "Belum, Paman. Tapi aku menemukan beberapa cara untuk menekan energi jahat dengan musik. Cara untuk membuat Tuan Wei sadar seperti Jendral Hantu itu sulit sekali dilakukan. Teknik seperti itu, hanya Tuan Wei sendiri yang tahu."
"Aku khawatir pada WangJi. Dia bertingkah seperti sudah gi...," Lan QiRen menahan suara, tidak sanggup mengatakannya.
Lan XiChen menghela napas, seolah tahu apa yang dipikirkan pamannya ini. "Kondisinya semakin memburuk... Ia bahkan sudah dicap sebagai orang gila dari murid-murid sekte luar. Iya, kan, Paman?"
Lan QiRen memukul meja sedikit keras dengan kepalan tangannya, "Kita harus melakukan sesuatu, XiChen. Meskipun kita sudah sepakat akan membiarkan WangJi ingin melakukan apapun sesuka hatinya, tapi kita tidak bisa diam. Ini demi kebaikan WangJi."
Lan XiChen menghela napas, "Aku... akan memikirkan caranya."
***
Derap langkah kaki terdengar bersamaan suara tawa yang gembira. Ia berlari sambil mengangkat mainan baling-balingnya tinggi.
"JingYi... JingYi...," panggil anak kecil yang mengikuti dari belakang dengan napas terengah.
Lan JingYi berhenti, menunggu Lan SiZhui menyusulnya. Belum sempat anak itu mendekat, Lan JingYi berlari lagi.
"Dilarang... lari!" ujar Lan SiZhui.
Lan JingYi asik dengan mainannya sendiri. Ia terus berlari tanpa arah dan Lan SiZhui mengikutinya. Bukan bermaksud ikut bermain atau merebut baling-baling itu, tapi untuk menghentikan Lan JingYi yang sudah melanggar dua peraturan Yun Shen Buzhi Chu: dilarang berlari dan dilarang berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Cloud
Fanfiction[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] "Berita buruk! Wei WuXian menghilang!" Kurang dari satu hari berlalu sejak pengepungan di Bukit Luanzang, beritanya tersebar luas bahkan lebih cepat dari perperangannya itu sendiri. Sementa...