Chapter 7
Relung-Relung Awan
*****
Lan WangJi membuka mata yang baru saja hendak ia tutup ketika merasakan gerakkan mendadak dari orang yang berbaring di atas dadanya ini.
"Ada apa?" tanyanya memperhatikan laki-laki itu yang kini menyibak selimut mereka.
Wei WuXian merogoh pakaian yang ia letakkan di lantai dengan asal, "Aku hampir saja lupa... Ah. Lan Zhan, ini lihatlah. Alasan kenapa aku tadi siang ke desa tetangga. Aku mencari hadiah untukmu. Hehehehe."
Lan WangJi mengubah posisi menjadi duduk, memperhatikan Wei WuXian yang sedang tersenyum lebar sambil memegang gantungan berupa dua batu giok putih dan hitam berbentuk kelinci.
"Di desa tetangga juga menganggap kelinci adalah sesuatu yang istimewa. Bagi mereka, jika kau memberikan gantungan giok berbentuk kelinci pada pasangan, maka hubunganmu dan pasanganmu akan abadi," Wei WuXian meletakkan giok kelinci berwarna hitam pada Lan WangJi. "Aku mengambil yang putih. Ketika melihat giok ini, aku jadi teringat padamu, Lan Zhan. Jadi, misalnya aku sedang ke pasar dan kau sendirian di rumah, lihat giok hitammu itu dan ingatlah aku. Kau tidak akan kesepian."
Lan WangJi terdiam. Pantulan cahaya lilin di bawah pelupuk matanya begeletar seiringan detak jantung yang berdebar-debar. Ia menatap Wei WuXian. Laki-laki itu masih tersenyum, menyeringai dengan riang.
Lan WangJi akhirnya bersuara, "Tidak akan. Jika kau ke pasar, aku akan ikut."
Wei WuXian mengerutkan bibir, "Apa? Jadi kau tidak mau jadi anak mandiri yang menjaga rumah sementara orangtuanya pergi berbelanja?"
"Tidak mau," kata Lan WangJi menarik Wei WuXian lalu memeluk tubuh tanpa busana laki-laki itu. Ia mendekapnya hangat sambil memejamkan mata.
"Tidak boleh begitu. Kau harus jadi anak mandiri sementara aku--hei, Lan Zhan! Kupikir sudah selesai. Jangan mengeras!"
Lan WangJi tidak mengindahkan protesan dari bibir yang lebih mungil darinya itu. Ia malah membungkamnya dengan mulut sendiri lalu menindih Wei WuXian untuk kesekian kalinya, tidak peduli meski matahari mulai menunjukkan wujud.
***
Lan QiRen menarik napas sembari menutup mata sejenak, berusaha menenangkan perasaannya yang selama beberapa hari belakangan ini tidak nyaman. Ia menghembuskan napas, seiringan sebuah pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
"Sudah tahu dimana keberadaan WangJi?"
Keponakannya, yang saat ini sedang duduk berhadapan dengan Lan QiRen menurunkan tangan kanan yang sedang memegang cangkir teh. Setelah cangkir itu diletakan begitu rapi di atas meja kayu pendek di hadapannya, Lan XiChen menggeleng pelan, "Belum, Paman..."
Lan QiRen mendesah pelan. Ia sudah menduga jawaban itu akan sama seperti jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan setiap harinya. Sebagai pengganti orangtua, Lan QiRen tentu saja khawatir pada keponakannya yang satu itu layaknya pada anak sendiri. Awalnya Lan QiRen memang marah besar setelah mengetahui Lan WangJi meninggalkan masa hukuman dan melarikan diri bersama si kultivator iblis. Lan QiRen bahkan sudah menyusun hukuman apa yang yang harus diterima Lan WangJi jika ia berani munjukkan wajahnya di hadapn Lan QiRen. Namun, seiringan waktu berjalan, kemarahan itu perlahan memudar dan menghilang, telah tergantikan oleh rasa khawatir yang agak berlebihan. Lan QiRen tahu bahwa Lan WangJi baik-baik saja, namun selama 3 bulan belum mendapat informasi apapun tentang pria itu, tentu saja membuat hati Lan QiRen cemas. Lan WangJi memang kuat, tapi bagaimana... bagaimana dia mati di luar sana tanpa sepengetahuan Lan QiRen?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Cloud
Fiksi Penggemar[TIDAK DIREVISI. HARAP MAKLUM BILA ADA SALAH KATA DAN TYPO] "Berita buruk! Wei WuXian menghilang!" Kurang dari satu hari berlalu sejak pengepungan di Bukit Luanzang, beritanya tersebar luas bahkan lebih cepat dari perperangannya itu sendiri. Sementa...