12 : teguran

712 35 4
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat, tak ada yang istimewa. Hanya dengan aktivitas yang seperti biasanya. Di Seoul masih musim gugur, kali ini Nunu duduk disebuah ruang tunggu disebuah gedung yang menjulang tinggi.

Ini adalah sebuah kantor SBS, tempat dimana Nida bekerja. Namun sepertinya ia sedang tak menunggu Nida, bahkan pagi ini Nida masih tidur pulas dikasurnya berkat ia pulang pagi dari jadwal syuting running man.

Jam 8 pagi ini Nunu sudah sangat rapih, mengenakan blus putih gading dengan celana kain kulot berwarna hitam yang memanjang. Rambutnya ia uraikan dengan model Curly, serta stilleto berwarna hitam menambah kesan feminimnya.

Ia menggigit bibir bawahnya, ia terlihat gugup dan sedikit tak tenang. Ia mencoba menguasai dirinya sendiri. Ayok Nunu kau bisa tenang!

"Nunu nufi?" Namanya dipanggil, segera ia berdiri dari tempat duduknya. Ia masuk ke dalam ruangan bertuliskan HRD.

Nunu akan melakukan sebuah interview kerja, ia telah lolos seleksi tahap pertama dan kini ia akan ke tahap ke 2. Semoga kali ini ia dapat pekerjaan.

Di dalam ruangan, Nunu ditanyai oleh puluhan pertanyaan. Untungnya dia menjawab dengan baik, dia gugup diawal namun setelah berbicara ia dapat menghilangkan rasa gugupnya.

Dan beberapa puluh menit kemudian, Nunu keluar dari ruangan itu. Ia harus ke kampus, karena jam 10 ada kelas. Ia buru-buru mengambil coat panjangnya berwarna abu-abu kali ini.

Ia melangkah keluar dari gedung SBS, namun tiba-tiba rasa laparnya menyerangnya. Ia sudah tak bisa menahan rasa laparnya kali ini, dan ia melihat arah kantin kantor SBS yang satu jalur dengan arah keluar.

Nunu mampir kesana dahulu, suasana ramai dan penuh dengan staff serta para selebriti yang mungkin mempunyai jadwal di gedung ini. Nunu menuju ke kasir, ia memesan sebuah sandwich dan kopi. Ia buru-buru membayarnya karena melihat dibelakangnya sudah banyak yang mengantre. Tak lama ia juga mengambil pesanannya yang sudah jadi. Ia berjalan berbalik arah, sembari memasukan dompet kedalam tasnya. Ia berjalan tak menatap arah.

*Bruughh*

"Aww..." Pekik Nunu lirih.

Namun Nunu sadar bahwa ia yang salah dan segera meminta maaf kepada orang yang ia tabrak.

"Jeosohamnida" Nunu menunduk untuk meminta maaf.

Kopi hangat serta sandwich yang dibungkus untung tak tumpah dalam kantong plastik. Nunu sengaja tak makan disini, karena butuh waktu untuk menuju ke kampusnya yang lumayan jauh dari gedung ini.

"Gwaenchana?" Suara laki-laki yang ditabrak Nunu terdengar begitu jelas ditelinga Nunu, suaranya tak asing.

Nunu mengangkat kepalanya, ia melihat siapa laki-laki itu. Laki-laki yang lebih tinggi dari Nunu, walaupun Nunu sudah memakai stilleto namun tingginya belum terkalahkan.

Laki-laki tampan dengan mata bulat diiringi dengan tatapan penuh serius yang melihat ke arah Nunu. Saat itu pula Nunu sedikit sempoyongan saat melihat wajahnya.

Nunu menelan savilanya, bukan karena terpesona karena ketampanannya tapi karena Nunu terkejut akan laki-laki yang tak sengaja ia tabrak. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya dan mengubah raut wajahnya.

"Ne, saya baik-baik saja. Maaf sekali lagi" Nunu menunduk dan segera berlalu dari hadapannya.

"Ah jamkkaman!" Tiba-tiba laki-laki itu menepuk bahu Nunu yang baru melangkah pergi.

Nunu menahan nafasnya, matanya ia tutup. Dan ia membuang nafasnya dengan begitu hati-hati. Ia tidak mau terlihat begitu gugup kali ini.

"Apa kita pernah bertemu? Aku rasa, kau sangat tidak asing untukku" mata mereka bertemu, Nunu menatapnya dengan begitu lekat. Sebaliknya pun iya, bahkan mereka saling memandang satu sama lain.

Not Dream (NC 21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang