43 : something

533 30 7
                                    

Jam 3 dini hari Taeyong terbangun dari tidurnya, ia merasa tenggorakan miliknya sangat kering. Dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil sebuah minuman. Suasana begitu sepi hanya ada suara jarum jam berdetak yang menemaninya malam ini.

Ia menenggak minuman dengan cepat, lampu rumah kini telah redup dimatikan oleh Nida saat akan pergi tidur.

Namun, saat akan kembali ke arah kamarnya setelah selesai minum ia mendengar suara rengekan seperti orang menangis. Taeyong berhenti sebentar dengan mendengarkan suara itu dengan seksama agar ia tak salah kira.

Dan benar adanya, itu adalah suara rengekan kecil. Dia mencari tahu dimana sumber suara, saat itu juga langkah kakinya mendekat ke arah sofa dimana Nida sudah terlelap 2 jam lalu setelah pulang bekerja.

Ia melihat Nida dengan keringat membanjiri dahi, dan tangan yang mengepal kencang di selimut. Taeyong langsung menyelakan lampu karena ia benar-benar khawatir pada Nida, dia mendekati arah Nida dan duduk di pinggiran sofa. Menyeka keringat dinginnya.

"Hajima..." suara itu terlontar dibibir Nida dengan suara lirih namun jelas.

Matanya tertutup, namun mengeluarkan air mata. Taeyong melihat hal itu langsung membangunkan Nida dengan mengusap wajahnya.

"Nida-ah, gweanchana?" Taeyong mendekatkan wajahnya pada wajah Nida.

"Hajima..." Nida merengek dengan mata tertutup dan tetap menangis.

Taeyong dibuat bingung kali ini, karena Nida mengigau namun terlihat begitu tertekan diraut wajahnya.

"Any, aku tidak akan pergi" ucap Taeyong membisik pada Nida. "Ssst, bangunlah. Jangan menangis" ucap Taeyong kembali.

"Hajimaaa!!!" Nida memekik, dan matanya terbuka. Ia melihat Taeyong didepannya.

Ia langsung memeluk Taeyong dengan erat, tangisnya pecah dan dadanya begitu sesak.

"Hajimaa!!" Ucap Nida kembali dengan pelukan yang begitu erat.

Taeyong menepuk bahu, dan tangan kirinya mengelus rambut Nida dengan sangat lembut. "Any, aku takan meninggalkanmu" bisik Taeyong.

"Kau bermimpi buruk?" Tanya Taeyong tanpa melepaskan pelukan.

Nida masih menangis merengek dengan kepala di pundak Taeyong. Pelukannya begitu kencang seakan tak boleh meninggalkan Nida malam ini. Tetapi akhirnya, Taeyong memopoh tubuh Nida untuk masuk kamar.

Ia sebenarnya tak tega jika melihat Nida harus tidur di sofa setiap malam. Namun, itu pilihan Nida. Dan dia hanya bisa menghargai itu.

Taeyong meletekan tubuh Nida, namun genggaman tangan dibaju Taeyong begitu erat. Hingga akhirnya dia ikut tidur disamping, sembari mengelus rambut Nida agar tenang dan kembali terlelap.

Dia menatap wajah Nida yang berada dihadapannya dengan pelukan yang tak bisa dilepaskan. Matanya masih basah dan rengekan kecil masih keluar dari mulut Nida. Dia berpikir apakah Nida bermimpi tentangnya, namun selama ini mimpi yang dialami mereka baik-baik saja tidak ada pertengkaran.

Hingga akhirnya Taeyong ikut terlelap disampingnya, dengan tangan di pinggul milik Nida dan tangan kananya di pucuk rambutnya.

☘☘☘

Pagi dengan suhu dibawah 0 derajat menyapa Nida dipagi hari. Ia terbangun tepat dipukul 8 pagi, ia menguap dan matanya terasa sembab. Ia membuka mata dan melihat sekelilingnya, ia menyadari bahwa ini bukan sofa tapi kamarnya.

Ia segera keluar kamar, dan melihat Taeyong yang sedang tertidur di sofa. Dan ia memicingkan matanya.

"Napa gue tidur di kamar? Perasaan tadi malem gue tidur disofa" dia terlihat memiringkan bibirnya.

Not Dream (NC 21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang