20 : Penculik

737 31 1
                                    

Setelah beberapa hari pertengkaran mereka sudah tak saling diam. Bahkan mereka seolah-olah nenganggap hari itu tidak ada. Dan tak ada kata maaf dari mulut mereka, namun sepertinya yang berubah hanya tak ada pembahasan nama Jaehyun diantara mereka.

Dan Nunu lebih mendengarkan dan memberi masukan kepada Nida saat ia bercerita tentang Taeyong. Lebih tepatnya mereka lebih saling menghargai dan mengerti.

Mereka hanya bertengkar beberapa saat mungkin faktornya adalah karena saling bertemu dan saling berkomunikasi satu sama lain.

Malam ini sudah terlalu dingin, mungkin karena sudah memasuki bulan Desember dan musim salju. Nida mematikan iMac di meja kantornya setelah menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, dan setelah itu ia beberes untuk pulang. Ia bekerja di waktu pagi, sehingga ia tak pulang larut malam.

Ia melangkah pergi dari ruang kantornya setelah mengucapkan salam ke crew lainnya. Tidak ada jadwal syuting hari ini maka dari itu ia tidak terlalu lelah, dan ia gunakan waktu di kantor dengan menyelesaikan segala tugasnya.

Sepatu bot stilleto berwarna hitam terdengar suaranya saat ia melangkah, coat panjang dan tebal berwarna abu-abu ia kenakan dengan setelan kemeja berwarna navy. Dan Nida turun menggunakan lift, tak lama ia sampai di lobi dan berjalan ke luar gedung.

Angin berhembus kencang ketika ia telah sampai di depan gedung, rambut panjangnya ikut bergerak mengibas. Ia melihat langit gelap sementara untuk memastikan apakah akan turun hujan malam ini?

*grepp*

"tarrawa" ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menggunakan sebuah masker dan topi putih merk terkenal. Laki-laki itu mengenakan sebuah coat tebal berwarna cokelat peanut dan celana boyfriend.

Nida terkejut akan datangnya seseorang yang misterius hingga menariknya untuk berjalan Mengikutinya. Dia tak bisa berkata-kata dan bertindak karena ia benar-benar terkejut.

Laki-laki itu membawanya ke dalama mobil merk Mercedes Benz Cls Class berwarna silver yang terparkir di depan gedung SBS. Dia membuka pintu untuk Nida dan menyuruhnya untuk masuk.

Nida yang masih terkejut dan tak bisa berpikir rasional ia malah menuruti perkataan laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobil miliknya. Laki-laki itu segera duduk dibangku sopir dan menancapkan mobilnya untuk pergi dari hadapan gedung.

Nida ketakutan namun ia berani menatap wajah yang tertutupi oleh topi dan masker. Ia memperhatikan wajah itu, terlihat rambut yang tak tertutupi berwarna cokelat peanut sama seperti coat yang dipakainya.

"n.. N.. Uguya?" ucap Nida dengan terbata-bata, jantungnya berdetak tak karuan. Ia ingin menjerit meminta tolong namun bibirnya kelu.

Laki-laki itu hanya terdiam, tatapannya masih menuju ke jalanan. Dan terus menerus menyetir membelah kota Seoul yang telah gelap gulita. 

Mereka terhenti di sebuah taman bukit belakang gedung SBS, disana mereka disuguhkan oleh pemandangan yang apik dengan lampu-lampu pemancar di bawah bukit. Laki-laki itu turun dari mobil, dan berjalan ke pintu Nida untuk membukanya.

Nida turun namun tubuhnya masih bergetar, ia sebenarnya begitu takut namun tak bisa berdiam diri saja. Ia lebih takut jika di depannya adalah seorang psikopat gila.

Mereka berhadapan diatas bukit, Nida mencoba mendongak untuk melihat siapa yang beraninya menculiknya seperti ini.

Laki-laki itu melepaskan topi miliknya, saat itu juga Nida melihat mata laki-laki itu yang sangat ia kenali. Setelah melepaskan topi, kini masker yang tertempel diwajahnya pun ia lepas.

Nida lemas saat melihat wajah laki-laki itu, wajah dingin bak Jack Frost ia lihat. Kakinya sudah tak bisa menahan berat bebannya, ia hampir ambruk setelah melihat wajah itu.

Not Dream (NC 21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang