9

1.4K 129 29
                                        

Kemarin, Taehyung terpaksa harus pulang. Tidak dapat menemani Jimin hingga larut malam dan menginap. Tetapi, kali ini Taehyung berusaha kembali memboloskan diri para mata pelajaran kedua, untuk menemani Jimin dirumah sakit seperti kemarin. Lalu, jika sudah jam pulang sekolah, Taehyung akan kembali pulang, agar Taehyung tetap terlihat bersekolah.

Ah, benar saja. Taehyung baru ingat akan janji yang Taehyung dapat. Sesampainya di depan pintu rawat Jimin, Taehyung merenggut tidak suka. Bahwa lagi-lagi, ia tidak menepati janjinya untuk menemani Jimin.

Taehyung segera membuka pintu rawat Jimin. “Lho, Jim! Kau mau kemana?"

Taehyung merasa heran. Hal pertama yang ia temukan ialah Jimin yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya kemarin. Jimin sedang mengemas barangnya, bukan terbaring mengenakan seragam pasien seperti kemarin.

Jimin tetap tidak menggubris pertanyaan Taehyung. Nampaknya ia sedang terburu-buru.

“Hei, Jim! Santai saja, mau kemana kau?"
Tanya Taehyung kembali sembari merebut pekerjaan yang menarik seluruh atensi Jimin.

Jimin terkejut, terhenyak pada kehadiran Taehyung tiba-tiba. Dirinya yang panik setengah mati itu, kembali tidak menyadari bahwa Taehyung sudah berada di sampingnya.
"Se.. Sejak kapan kau masuk, Tae?" Tanya Jimin berusaha mengalihkan suasana.

"Eoh.. Aku berdiri di ambang pintu sedari tadi. Apakah kau tak menyadarinya?" tanya Taehyung kesal. Bisa-bisanya kehadiran dirinya disamakan dengan makhluk tak kasat mata yang kehadirannya selalu muncul tiba-tiba.

Jimin terkekeh dan kembali melanjutkan mengemasi barang-barang nya. "Aku harus pulang, Tae! Harus!”
Ujarnya.

Taehyung yang mengerti, hanya diam dan turut membantu sebisanya, mendengarkan seksama. "Aku sudah bolos sekolah tiga hari tepat dengan hari ini. Mungkin sampai dirumah, aku sudah tamat, Tae.."
Lanjut Jimin lirih dengan kalimat terakhir yang terucap sangat pelan. Mungkin saja Taehyung hampir tidak mendengarnya.

Taehyung tetap diam, mengamati dan mendengarkan. Tanpa disuruh dan tanpa paksaan,Jimin akan selalu bercerita dan menjelaskannya. Taehyung paham akan hal itu.

"Aku dapat pesan darinya, Tae. Aku harus ikut dengannya sekarang," Lanjut Jimin dengan penjelasannya.

Sebenarnya, sedari awal Taehyung ingin berpamitan kepada Jimin. Meminta izin bahwa ia kembali tidak bisa menemani Jimin, karena diajak ayahnya dalam suatu pertemuan kolega. Niatnya Taehyung ingin menghibur dan menemani Jimin sebentar, sebelum ia nanti pergi ke acara ayahnya. Niat awal Taehyung diurungkan, ternyata Jimin sudah dibolehkan pulang.

Taehyung tetap menyimak.

“Oh, iya, Tae! Jangan lupakan pesanku, ya! Aku percaya padamu dan aku tau kau takkan pernah mengecewakanku!” Ucap Jimin sembari menunjukkan senyum terbaiknya hingga matanya menyipit sempurna.

Taehyung hanya melengos, ia hafal dengan senyum itu. Senyum khas Jimin, senyum palsu atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Ponsel Jimin berdering, dengan cepat Jimin mengangkat teleponnya. Memotong Taehyung yang sudah membuka mulutnya untuk mengutarakan maksud dan niat awalnya.

“Cepatlah!”

"Baik, Appa—"

Tut.. Tut.. Tut..

Belum habis kalimat Jimin, sambungan itu telah ditutup secara sepihak. Dengan cekatan Jimin mengambil tasnya, dan berpamitan dengan Taehyung terburu-buru.

"Tae! Aku duluan, ya! Terimakasih atas semuanya, dan kamu hati-hati!" Ujarnya sembari berlalu.

Saat Jimin masih sampai diambang pintu, Taehyung mencegatnya. “Apakah kau bisa menyetir sendiri, Jim? Atau mau aku antarkan?” Tanya Taehyung khawatir.

Gomawo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang