epilog

1.7K 109 59
                                        

"KEMBALIKAN UANGKU!!"

"KEMBALIKAN KEKUASAANKU...!!"

"ARGHHH!"

"KEMBALIKAN SEMUANYA! KALIAN TIDAK TAHU JIKA AKU YANG BERKUASA DISINI EOH?!"

"KEMBALIKAN ATAU KALIAN AKAN MENDAPAT BALASANNYA!"

"TUNGGU SAJA!"

Teriakan seperti itu akan selalu menggema. Tidak peduli dengan keadaan sekitar, selagi sang pemilik suara sadar teriakan tersebut akan selalu terdengar. Ruangan dengan nuansa putih tersebut, terlihat kontras dengan isinya. Putih dan sunyi.

Seorang pemuda yang menyaksikan semuanya dibalik kaca ruangan tersebut, menghela nafasnya pelan. Dadanya bergemuruh. Mencoba menghalau air mata yang membuat matanya berkaca. Menggenggam erat pegangan kursi roda di depannya.

"Hyung... yang kulakukan sudah benar, bukan?" Tanya pemuda itu. Bertanya pada seseorang yang duduk di kursi rodanya. Tetapi pandangannya tetap mengarah lurus ke dalam ruangan.

Kim Namjoon.
Seseorang yang berada di kursi roda tersebut. Menganggukkan kepalanya pelan sambil menggenggam tangan adiknya dari depan.

"Semua yang kau lakukan adalah yang terbaik, Tae. Jangan berkecil hati, ada Hyung disini," ujarnya pada Kim Taehyung, adiknya. Berusaha tetap tegar setelah melihat seseorang di dalam ruangan tersebut untuk pertama kalinya.

"Aku tidak tahu jika semuanya akan menjadi serumit ini," desah Taehyung merasa bersalah.

"Sudahlah, Tae. Tiga tahun ini mungkin sudah cukup untuknya."

"Tapi kurungan tiga tahun orang ini tidak sebanding dengan apa yang ia lakukan untuk tujuh tahun yang lalu, Hyung!" Ujar Taehyung menggeram, menahan emosinya.

Sebenarnya sedari dulu ia ingin sekali meninju atau setidaknya membuat orang tersebut babak belur dan meregang nyawa. Namun entah mengapa hati kecilnya hanya mampu mengajukan penjara seumur hidup, seperti hukuman seseorang dulu.

"Dia sudah gila bahkan sebelum kurungannya genap dua tahun, Tae. Bukankah kita percepat saja eksekusinya? Jika memang kau ingin segera melenyapkannya." Tanya Namjoon berusaha menenangkan Taehyung.

"Aku ingin ia merasakan apa yang dirasakan oleh Appa, Ahn Ahjussi, Seokjin Hyung, ju.. juga sahabatku, Hyung."
Bela Taehyung terhadap pendapatnya. Saat menyebut akhir kata dalam kalimatnya, air mata Taehyung meluruh.

Namjoon menghela napas. Terserah adiknya.

Keheningan kembali melanda keduanya. Tidak terlalu hening, karena diamnya mereka berdua diisi dengan teriakan seseorang di dalam ruangan tersebut. Menatapnya dalam sunyinya masing-masing. Hingga sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Permisi, apakah Anda yang ingin bertemu dengan Eomma?" tanya seorang pemuda tersebut sopan.

Taehyung dan Namjoon lantas menoleh. Mereka juga menahan nafas secara bersamaan melihat seorang pemuda di depannya.

"Apakah Nyonya Jeon punya waktu?" Tanya Namjoon ramah.

"Aku sudah membujuknya, sekaligus aku juga ingin tahu. Bagaimana kehidupan saudaraku yang lain, Hyung." Ungkap pemuda tersebut jujur. Mata bolanya nampak bersinar.

Taehyung menghela napas. Lagi dan lagi beberapa kenyataan menamparnya berkali-kali. Entah kejadian apa yang membuatnya bertemu dengan bocah di depannya. Tetapi dengan bertemunya ia dengan bocah itu, membuat dirinya mampu mengungkapkan kejadian yang sebenarnya tujuh tahun silam.

Nyonya Jeon.
Yang Taehyung anggap wanita pelarian Jimin tempo hari. Yang Taehyung kira wanita itu meminta pertanggung jawaban Jimin saat itu.
Ternyata, ibu kandung Jimin yang bersembunyi dibalik seluruh fakta ini.

Gomawo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang